Chereads / I'm Coming / Chapter 10 - #9

Chapter 10 - #9

Keadaan di dalam SMA Cakrawala serasa berubah menjadi mencekam. Setelah serangkaian peristiwa pembunuhan yang melibatkan para murid di dalamnya terjadi, sekarang SMA Cakrawala serasa kosong tanpa penghuni di dalamnya, bahkan para penjaga sekolah yang biasanya menginap di sekolah tidak lagi berani untuk tetap berada di sekolah.

"Sepi sekali ya?" celetuk Anto sambil menyalakan rokok dengan korek miliknya.

"Sekolah ini masih ditutup hingga penyelidikan selesai." balas Novanto sambil memperhatikan keadaan di sekeliling.

"Tapi tetap saja rasanya jadi menyeramkan." tambah Anto.

"Sudahlah, kita bertiga harus fokus dengan tugas sekarang." balas Joni.

"Jadi kita harus mulai darimana?" tanya Anto minta pendapat kepada Novanto.

"Kejadian pembunuhan pertama dimulai dari kelas sebelas ipa satu. Mungkin kita harus memulainya dari sana." jawab Novanto logis.

"Baiklah." ucap mereka berdua.

Setelah itu mereka mencari bertiga mencari-cari dimana letak kelas sebelas ipa satu terlebih dahulu dan terpaksa harus mengelilingi ke segala penjuru sekolah hingga dapat. Novanto juga sempat terpeleset karena licinnya lantai yang terkena air hujan kemarin hingga jidatnya benjol tapi tak sampai sebesar bakpao karena menabrak dinding.

"Ini dia rupanya." komen Anto sambil melihat papan nama kelas yang bertuliskan Sebelas Ipa satu.

"Wah ga kekunci juga." celetuk Anto yang pertama kali membuka pintu kelas dan ia sempat mempertanyakan dimana penjaga sekolah SMA Cakrawala sekarang? bahkan kelas saja tidak terkunci.

Sedangkan Novanto masih sibuk mengelus-elus jidatnya yang sempat menabrak dinding tadi dan Joni masih diam saja tanpa komentar.

"Menurut laporan dari kantor, ada dua orang yang menjadi korban disini dan keduanya adalah juga sama-sama perempuan." ucap Joni sambil membaca catatan miliknya.

"Siapa saja nama korbannya?" balas Novanto penasaran.

"Nama mereka berdua adalah Widya Indar Putri dan Eka Putri Kemala dan sama-sama masih berumur tujuh belas tahun." jawab Joni.

"Foto-fotonya yang diambil tim forensik sudah kushare barusan dan aku juga menambahkan video yang sempat viral beberapa waktu lalu. Cek hp kalian masing-masing" tambah Joni.

Sementara Novanto dan Anto sedang sibuk memperhatikan data-data yang baru diberikan oleh Joni. Joni saat ini terlihat sedang mengamati tempat-tempat yang sekiranya sempat ia lihat dalam video.

Ia sudah menonton video pembunuhan pertama berulang kali untuk memastikan tidak ada bagian yang ia lewatkan satu pun.

Wajah si pembunuh sama sekali tidak terlihat dalam video itu, hanya wajah para korban yang diperlihatkan agak jelas. Hanya sebuah rok yang ia lihat di bawah kamera, maksudnya rok yang dipakai si pembunuh dalam video.

Joni juga masih sedang mengingat-ingat di dekat bangku mana Eka dan Widya dibunuh..

"Hmm, orang itu berani juga rupanya.." komentar Novanto setelah puas melihat video yang diberikan Joni. Yang membuatnya janggal adalah orang itu benar-benar berani menyatakan untuk membunuh seseorang dan menuliskan sebuah kata-kata ancaman di papan tulis menggunakan darah seseorang yang ia barusan bunuh.

"Kurasa dia psikopat." tambah Anto ngeri.

"Mungkin saja." jawab Novanto menyetujui.

"Orang itu juga berbahaya. Menurut data dari kantor, dia sama sekali tidak meninggalkan sidik jari apapun di tempat ini, padahal kita semua tahu jika dia tidak memakai sarung tangan apapun ketika membunuh para korban yang ada disini. Kita bisa melihatnya di video, jadi bagaimana bisa?" balas Anto yang penasaran.

"Tidak memakai sarung tangan tapi juga tidak meninggalkan sidik jari apapun, padahal ia melalukan banyak kontak disini. Menarik." ujar Joni.

"Sebenarnya bisa saja dia menghapus beberapa sidik jari yang ia tinggalkan. Tapi sama sekali tak ada jejak. Bukannya itu aneh?" tanya Novanto.

"Kalau dilihat dari perkiraan waktu kejadian pembunuhan dengan waktu penemuan mayat korban, kemungkinannya kecil." balas Anto logis.

"Kalau itu sih, kemungkinan besar." ucap Joni yang menyetujui perkataan Anto.

"Menurutmu, apa ada sejenis gel yang membuat sidik jari kita bisa tersamarkan?" tanya Novanto pada Joni.

"Maksudmu?" balas Joni yang masih belum mengerti juga.

"Di video itu, cuma ada dua kemungkinan dia sama sekali tidak meninggalkan jejak sidik jari. Dan kemungkinan pertama adalah dia memakai semacam jel yang dapat menyamarkan jejak sidik jari." jelas Novanto panjang lebar.

"Hmm, itu bisa saja. Tapi aku jarang mendengar yang seperti itu." jawab Joni.

"Itu baru kemungkinan pertama, kemungkinan kedua?" sambung Joni penasaran.

"Dia menghilangkan sidik jarinya sendiri atau dari awal dia memang tidak punya sidik jadi." balas Novanto.

"Maksudmu?" tanya Anto balik yang masih belum mencerna perkataan Novanto barusan

"Kalian tau kan, operasi untuk menghilangkan sidik jari seseorang itu dianggap ilegal oleh pemerintah. Ditambah lagi jarang ada dokter yang mau melakukan operasi semacam itu kalau tidak dibayar besar." jelas Novanto singkat.

"Ah, aku baru mengerti sekarang." balas Joni paham sedangkan Anto terlihat sedang berusaha mencerna perkataan Novanto barusan.

"Kita akan memikirkan itu nanti, ayo kita selidiki tempat ini. Siapa tau kita bakal menemukan sesuatu yang sempat terlewatkan.." komen Anto.

"Ya/ok." balas mereka berdua.

Setelah itu mereka bertiga mulai fokus memperhatikan bagian demi bagian di segala sisi penjuru kelas, dari hal yang sekiranya ga penting hingga hal yang penting. Hingga tiga puluh menit berlalu pun, mereka bertiga tidak bisa menemukan apapun yang bisa dipakai sebagai petunjuk.

Kelas sebelas IPA satu terasa kotor dan berdebu karena sudah lama tidak ditempati semenjak kejadian pembunuhan yang pertama. Karena masih tidak menemukan apapun, mereka bertiga mulai membagi tugas untuk menyelidiki beberapa tempat lain yang ada di dalam sekolah dengan berpencar untuk menghemat waktu.

Dan terlihat Novanto langsung bergegas menuju lokasi pembunuhan terakhir di sekolah sejauh ini. Menurut data yang diterimanya, korban terakhir bernama Alicia Geovany. Seorang siswi kelas sepuluh yang merupakan blasteran. Ia tewas karena digantung dan dilemparkan seseorang ke bawah.

Sampai saat ini masih ada kemungkinan kalau Alicia itu bunuh diri, tapi juga tidak melepas kemungkinan jika dia termasuk korban pembunuhan berantai yang terjadi di SMA Cakrawala. Berdasarkan informasi para saksi, korban tiba-tiba terjatuh ke bawah dengan tali yang menjerat di lehernya. Tidak ada yang sempat melihat seseorang yang melempar Alicia dari lantai dua.

Mereka juga sempat mengatakan jika saksi yang paling dekat dan lebih mengetahui detail peristiwa adalah Zafran dan seorang cewek yang tidak ia kenali, karena kejadian itu terjadi tepat di depan mereka berdua. Tentu saja Novanto menanyai Zafran tapi terasa akan lama nantinya, hingga ia terbangun dari komanya.

Novanto saat ini terlihat sedang melihat-lihat data tentang Alicia saat ini. Ia juga sempat melihat wajah Alicia ketika masih hidup dan ketika terjerat tali hingga membuatnya tewas.

"Alicia ini, jika dilihat dari catatan BP/BKnya, terlihat bersih tanpa ada tulisan. Dan jika ditanyai tentang kesehariannya, para saksi mengatakan jika ia adalah anak yang baik. Pastinya ada alasan tertentu mengapa ia menjadi korban dengan pelaku atau bahkan ia ini bisa jadi korban acak?" pikir Novanto serius hingga membuat jidatnya berkedut-kedut lagi efek nabrak dinding tadi.

Novanto melanjutkan penyelidikannya dengan menghampiri dimana perkiraan arah Alicia dilempar dari atas, dapat dipastikan dari tempat ujung tali yang terikat di lantai dua. Itu adalah sebuah pagar besi yang membatasi tepi lantai dengan bawah agar tidak ada anak yang terjatuh dari lantai dua.

Jika diperhatikan pagar besi itu memang dirancang cukup kokoh dan kuat. Cukup kuat untuk menahan berat badan Alicia hingga tergantung di bawah.

Novanto mencocokkan gambar dimana ujung tali itu terikat dengan yang ia lihat saat ini. Setelah yakin jika yang ia lihat itu cocok dengan gambar yang ada di hpnya, ia mengamati keadaan di sekitar itu, sambil membayangkan bagaimana bisa seseorang melemparkan Alicia dari lantai dua tanpa diketahui satu orang pun.

Perlu diketahui, lantai dimana Alicia dilemparkan adalah lorong panjang yang berisi angkatan kelas sepuluh dan tentunya terasa mustahil bagi seseorang tidak tertangkap dari situ atau setidaknya ada yang melihat si pelaku dari situ.

"Hmm..." Novanto masih berusaha keras untuk memikirkan beberapa kemungkinan yang terjadi ketika Alicia tewas dengan leher terjerat tali.

Menurut pendapatnya, semua data yang sudah ia terima dari kantor itu tidak lengkap. Kebanyakan data hanya terfokus dengan petunjuk disekitar korban, seperti identitas atau perkiraan waktu kematian. Untuk petunjuk yang mengarahkan kepada si pembunuh sendiri sama sekali tidak ada di TKP.

Tanpa ada petunjuk yang pasti, akan terasa sulit untuk menemukan petunjuk-petunjuk lain yang mengarahkan si pembunuh. Sedangkan disisi lain, Joni saat ini mencoba reka ulang adegan di video yang paling pertama muncul. Ia berniat melakukan itu untuk mencoba mengetahui pola pikir si pembunuh dan pergerakkannya.

Tapi untuk menyelidiki asal mulai video itu sendiri sebenarnya sangat susah, bahkan tim siber yang ada di departemen juga kesulitan untuk mencari. Itu semua karena, ketika sebuah video sudah menjadi viral, maka semua orang akan berbondong-bondong untuk saling membagi video satu sama lain karena penasaran.

Dalam satu hari saja, mungkin sebuah video yang viral bisa tersebar dan dilihat oleh ratusan juta orang atau bahkan mungkin milyaran orang. Maka dari itu untuk menyelidikinya memang cukup susah bagaikan atom di dalam sebuah virus.

Video dimulai dari parkiran sekolah. Maka dari itu Joni juga memulai dari situ. Ia juga mencoba memperkirakan posisi si pembunuh ketika merekam. Sebelum Joni melanjutkan reka adegan. Dia mengamati keadaan di sekitar parkiran dan berharap menemukan sebuah cctv.

Dan ternyata memang ada meskipun jumlahnya cuma satu sejauh yang dapat Joni temukan. Kamera itu tersembunyi di atas dekat atap parkiran. Joni kebetulan saja dapat menyadarinya.

Joni memutuskan untuk membatalkan reka adegannya dan ia memiliki rencana lain. Saat ini ia sedang menuju ruang kepala sekolah karena berdasarkan informasi yang ia terima dari Anto, seluruh kamera pengawas/ cctv di sekolah terhubung dengan komputer milik kepala sekolah.

Setelah sampai di depan sebuah ruangan yang bertuliskan Ruang Kepala Sekolah, Joni mencoba membuka pintu untuk masuk dan ternyata tidak bisa karena terkunci. Ia masih tidak kehabisan akal, bagi Joni membobol sebuah pintu cukup mudah hanya bermodalkan pinset dan paku dia bisa membobol pintu dalam waktu kurang dari satu menit.

(Suara pintu terbuka)

Tidak ada siapa-siapa di dalam ketika Joni melihat, lalu ia mengamati keadaan di sekitarnya sebentar agar dirinya tidak disangka sebagai maling. Karena memang tidak ada siapa-siapa lagi yang ada di sekitarnya, Joni langsung masuk ke dalam dan menutup pintunya rapat-rapat. Tak lupa Joni menyempatkan diri untuk menyalakan lampu supaya pandangannya lebih jelas.

Joni tidak menyentuh apapun selain yang berhubungan dengan tujuannya saat ini. Ia langsung duduk di kursi kepala sekolah sambil menunggu komputer kepala sekolah dinyalakan. Setelah nyala, masih ada penghalang baginya.

Komputernya diberi kata sandi, dan ia harus memasukkan kata sandi untuk aksi lebih lanjut. Dan terpaksa dirinya menjadi berkutat serius memandang layar komputer.

Perlu sepuluh menit bagi Joni agar bisa menembus pengamanan komputer setelah mengutak-atik beberapa hal, ia akhirnya bisa leluasa mengakses komputer si kepala sekolah.

Pandangan Joni menjadi terkejut ketika melihat-lihat file yang tertera di layarnya saat ini. ia bukan terkejut karena mengetahui kepala sekolah menyimpan vo*ep di komputernya. Yang membuat ia terkejut adalah ketika adalah ada sebuah file yang bertuliskan Sejarah Kelam SMA Cakrawala.

"Ini..." ucap Joni tak percaya dengan yang sedang ia lihat.