"Aku habis bantuin beres-beres rumah tadi"-Lea
"Jadi gimana?" -tambah Lea lagi.
"Situasi juga malah jadi bertambah rumit, aku juga lagi mikir nih" -Deni
"Semuanya terjadi begitu cepat, kita saat ini hanya bisa menunggu Zafran terbangun dari komanya, entah sampai kapan kita harus menunggu karena dia adalah satu-satunya kunci utama untuk menemukan si pembunuh" -Arka
"Tapi kita kan masih belum tau kapan dia akan bangun?" -Tari
"Kita hanya bisa berharap saja sekarang..." -Deni
"Menurut kalian semua, para korban apa juga punya sebuah keterkaitan....maksudku semacam ada sesuatu hal yang membuat mereka jadi korban pembunuhan berantai?" -Arka
"Mungkin saja, tapi juga masih ada kemungkinan kalau mereka itu cuma korban random" -Lea
"Kepala sekolah? apakah mungkin dia juga termasuk korban dia?" -Arka
"Kalau dia juga korban si pembunuh, harusnya kan video waktu pembunuhannya kan udah disebar ke internet dan jadi viral lagi kayak video-video sebelumnya?" -Deni
"Yahh, mungkin aja ada alasan tertentu kenapa videonya tidak disebar?" -Tari
"Mungkin" -Arka
#Disisi lain...
*Zafran POV*
"Dimana aku? kenapa aku pake rok?" batinku heran.
Aku tidak tahu sedang berada dimana saat ini, semuanya tampak tidak asing meskipun aku tidak mengingatnya. Dan juga aku tidak bisa bebas ketika menggerakkan badanku sendiri, bahkan untuk mengucapkan satu kata pun aku tidak sanggup, bagaikan mulutku sedang ditutup rapat oleh sesuatu yang berat.
Keadaan disekitar cuma terlihat buram, hanya ada beberapa tempat yang dapat aku lihat dengan jelas.
Tunggu.
Sepertinya aku baru sadar jika aku sedang berada di parkiran. Di kejauhan sana aku juga melihat seorang temanku, Eka.
Dia terlihat sedang berjalan menuju ke kelas, dan entah mengapa tubuhku ini tiba-tiba bergerak sendiri seperti sedang mengikuti Eka dari belakang. Aku sama sekali tidak bisa menggerakan tubuhku dan bagaikan sedang melihat film yang ada di bioskop, bedanya kali ini aku merasakannya secara langsung.
Tubuhku ini terus mengikuti Eka dari belakang hingga kami berdua sama-sama sudah memasuki kelas.
"Meskipun aku cuma bisa melihat sekilas, tapi sejak kapan di tangan kananku ada pisau? aku sama sekali tidak menyadarinya dari tadi" batinku khawatir.
Tubuhku ini tiba-tiba saja langsung mendekati Eka dan tanpa sepatah kata pun badanku ini langsung menjambak kepala Eka dan menikam lehernya berulang kali.
Aku merasa ngeri melihat pemandangan yang sedang kulihat saat ini.
Aku sedang melihat badanku bergerak untuk membunuh seseorang dan aku sama sekali tidak punya kekuatan untuk menghentikannya, bahkan untuk berbicara pun tidak sanggup.
Hingga akhirnya badan Eka terkulai lemas karena sudah kekurangan darah.
"Dug"
Disaat yang bersamaan aku juga mendengar suara meja didekatku, dan ketika badannku membalikkan arah untuk melihat ada siapa yang ada disitu, aku melihat Widya yang sedang shock sambil menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.
Bahkan belum sempat Widya untuk meloloskan diri, lagi-lagi badanku ini bergerak dengan seenaknya sendiri dan memakai pisau yang barusan ia pakai untuk dilemparkan ke arah Widya hingga menancap.
Kejadian demi kejadian terus terjadi, hingga akhirnya Widya tewas kehabisan nafas karena dibekap oleh badanku ini.
Setelah itu keadaan disekitarku tiba-tiba menjadi gelap.
"Hahaha, sudah puas menonton sebagian kecil dari karya kita?" terdengar suara wanita psikopat yang mengerikan ketika didengarkan, entah darimana asal suaranya, tapi yang jelas suaranya terdengar menggema sekali
"Kita? aku tidak mengenalmu sama sekali. Siapa kau?" balasku dengan teriakkan pula
"Mau tahu siapa aku? aku adalah kau dan kau adalah aku...hahahaha"
"Mustahill, kau bohong...." teriakku balik karena tak percaya.
"Yahh, semua akan jelas pada akhirnya. Sudah saatnya diriku untuk bangkit kembali memakai tubuhmu sekarang. Hahaha"
"Selamat menikmati nerakaku ini."
Setelah itu keadaan semakin menjadi gelap dan perlahan-lahan tubuhku seperti diseret ke sebuah tempat asing yang sama sekali belum pernah kulihat sebelumnya. Sebuah tempat dimana aku sama sekali tidak bisa menggerakan seluruh anggota tubuhku.
Aku terpenjara disini!
*POV END*
*Normal POV*
Sedetik kemudian, tubuh Zafran langsung terbangun dari komanya yang sudah berhari-hari
(Disini saya akan menyebutkan entitas lain yang berada di tubuh Zafran sebagai Dark Zafran agar kalian lebih mudah dalam membedakan)
"Di dimana aku" tanya Dark Zafran dengan berpura-pura mengeluarkan nada lemah dan wajah pucat karena merasa lemas belum makan selama berhari-hari.
"Di rumah sakit" jawab ibu Zafran yang sepertinya sedari tadi memang sudah berada di samping tubuh Zafran sambil mengelus-elus kepalanya.
"Hah?" tanya Dark Zafran masih berpura-pura untuk bingung ketika mendengar perkataannya.
"Nanti saja penjelasannya" balas ibu Zafran lalu langsung berjalan keluaru untuk memanggil suster yang kebetulan sempat lewat di depan kamar Zafran.
Setelah itu, tanpa sepengetahuan ibunya Zafran. Dark Zafran langsung melepas infus yang menempel di tangannya dengan paksa dan cepat.
Karena di kamar itu tidak ada siapa-siapa lagi selain Dark Zafran, ia langsung turun dari ranjang tempat sebelumnya ia tidur waktu koma lalu berjalan menuju ke jendela.
Dark Zafran terlihat menyeringai ketika melihat pemandangan di luar jendela sana.
"Mulai dari mana ya??"
#Grup detektif.
Berita tentang tewasnya seorang Kepala Sekolah SMA Negeri Cakrawala menjadi sebuah berita yang lagi-lagi langsung viral dimana-mana karena masih berkaitan dengan SMA Cakrawala.
Dari yang awalnya berita tentang banyak murid Cakrawala yang tewas mengenaskan dengan berbagai cara oleh sang pembunuh yang identitasnya hingga kini bahkan masih misterius oleh semua orang hingga berita tentang kepala sekolah itu sendiri.
Topik tentang SMA Cakrawala bahkan bisa dibilang sudah menyebar bukan hanya dari negeri Indonesia saja, bahkan sudah disorot oleh media internasional, saking menariknya berita itu bagi mereka.
Bagi media internasional, kasus yang ada di SMA Cakrawala sangat mengundang rasa penasaran bagi mereka, bahkan sudah banyak orang-orang asing yang mengaku sebagai pakar mendadak ikut mengomentari dan membuat beberapa hipotesis tentang apa yang sebenarnya terjadi di SMA Cakrawala.
Mulai dari ada yang bilang itu karena ulah seseorang, dendam tak terbalaskan, hingga merupakan upacara untuk setan.
Ngaco sekali mereka ini.
Disisi lain, Deni masih terlihat bimbang tentang sesuatu yang akan ia sampaikan di hadapan semua anggota grup detektif yang sengaja ia kumpulkan di basecamp secara mendadak sore ini.
"Jadi, kenapa kita semua dikumpulkan mendadak sore ini? kau terlihat ingin menyampaikan sesuatu kepada kita." tanya Erka langsung to the point, karena ia melihat wajah Deni tampak risau dari tadi.
"Kalian harus dengerin ini baik-baik." intruksi Deni yang memasang wajah serius meskipun masih agak gugup.
"Sebenarnya sih aku udah tau siapa pelaku sebenarnya dibalik pembunuhan berantai ini." tambah Deni agak getar-getir.
"Hahh? kenapa gak bilang ke kita dari dulu?." balas Tari langsung sewot.
"Jangan sewot dulu Tar, Deni pasti punya alasan kenapa dia sembunyiin tentang itu ke kita." ucap Lea berusaha meredam emosi Tari.
"Jelaskan ke kami sekarang..." tambah Erka yang masih ingin mendengarkan kelanjutannya.
"Aku baru menyadarinya waktu pembunuhan pertama kali. Saat itu aku lagi di dekat TKP karena kebetulan sengaja emang niat pengin berangkat pagi karena mau ngerjain pr yang belum sempat kukerjakan malam sebelumnya. Karena waktu itu firasatku tidak enak pas lewat di kelas XI IPA 1 dan lagi aku juga sempet dengar suara-suara mencurigakan dari dalem kelas. Makanya waktu itu aku memutuskan untuk mengintip dari jendela dan untungnya posisiku saat itu agak menguntungkan karena disamarkan oleh tirai." jelas Deni belum selesai.