Mereka berdua terus berada disitu hingga matahari benar-benar terlihat tenggelam dibalik beberapa pegunungan serta diikuti dengan kegelapan yang mulai mengambil alih keadaan.
Disitu, Intan lah yang senang dan paling menikmati keadaan, berbeda dengan Joseline yang tampak tidak sesenang Intan dan lebih terlihat seperti biasa saja, karena terlihat sedang memikirkan sesuatu.
Raut wajah Joseline juga tampak berubah meskipun sesaat ketika ia sedang melihat Bulan yang mulai menampakkan diri di atas sana secara perlahan. Satu-satunya alasan Joseline bersikap begitu karena setelah Bulan muncul di langit, itu tandanya ritualnya sudah bisa dimulali sejak saat itu juga.
"Ayo masuk, disini udah gelap" ajak Joseline yang sudah masuk kedalam mobil duluan untuk menyalakan mesin mobil.
"Iya kak.." balas Intan yang menurut begitu saja dan langsung beranjak dari tempatnya berdiri saat ini.
Setelah itu, Joseline berniat membawa mereka berdua ke Villa untuk segera mempercepat ritualnya. Di perjalanan pun, yang terlihat paling bersemangat ketika bercerita adalah Intan ketimbang Joseline. Intan bercerita tentang banyak hal meskipun Joseline hanya menjawab sekenanya saja. Meskipun begitu Intan masih juga terus terlihat selama perjalanan.
Hingga akhirnya mereka berdua sampai di depan Villa. Dan terlihat si Joko sedang dalam perjalanan untuk membuka gerbang depan. Disaat yang sama, Joseline sudah bosan mendengar segala ocehan dari Intan. Maka dari itu ia langsung memukul tengkuk Intan yang ada di belakang lehernya dengan keras. Intan yang tentu saja sangat tidak siap dengan apa yang dilakukan oleh Joseline langsung dibuat tak sadarkan diri olehnya.
Setidaknya Intan sudah tak bisa banyak mengoceh seperti tadi dan kuping Joseline tidak akan terasa panas lagi.
Intan yang satunya juga sudah menyadari jika kakaknya sudah kembali dengan membawakan calon tubuh fisiknya yang baru. Jadi untuk saat ini, ia hanya melihat kedatangan kakaknya dari jauh karena tak ingin menganggu saja.
"Siapkan tempat dan bawa dia setelah ini.." intruksi Joseline sambil menunjuk tubuh Intan yang sedang pingsan kepada si Joko yang pikirannya sudah tercuci otak. Jadi ia sama sekali tidak akan memikirkan hal yang aneh-aneh kepada Joseline dan akan mematuhi segala perintahnya.
"Siap tuan." ucapnya sambil mengangguk dan setelah itu mobil Joseline beranjak masuk ke dalam dan melewati gerbang depan Villa.
Dan setelah Joseline selesai memarkirkan mobilnya, ia langsung keluar dari mobil dan masuk kedalam Villa karena ia ingin mencari sesuatu yang akan digunakan untuk ritual nanti sementara urusan sisanya diurus oleh anak buahnya.
"Dia sudah disini kan?" tanya Intan yang mulai menampakkan diri tak jauh dari tempat Joseline berdiri saat ini.
"Iya, kamu bebas kalo mau ngeliat dia sekarang.." timpal Joseline yang masih berjalan dan sama sekali tidak memperlambat langkahnya.
"Makasih kakk, aku mau ngeliat dia hehe..." ucap Intan senang dan lalu tubuhnya menjadi tak terlihat bagi siapapun yang melihat, entah dia mau kemana.
Joseline sama sekali tak menjawab dan dia sedang berjalan menuju sebuah ruangan untuk mengambil barang itu, karena seingatnya ia meletakkan barang itu disitu.
"Disitu kau rupanya.." ucap Joseline entah kepada siapa lalu mengambil sebuah tabung kaca kecil dan masih ada isinya yang berada di dalam salah satu brangkas miliknya.
"Hmm.." ucap Joseline sambil mengamat-amati kondisi tabung kaca yang sedang ia pegang saat ini. Ia sedikit merasa ada sesuatu yang berbeda semenjak terakhir kali melihat tabungnya.
Isi tabung itu bukanlah sebuah benda yang sembarangan, melainkan merupakan sampel darah dari tubuh Intan yang asli. Joseline mengambilnya setelah Intan membunuh dirinya sendiri waktu itu.
Joseline sengaja menyimpan sampel itu di dalam brangkas karena ia mengira suatu hari nanti pasti sampel darah Intan akan berguna lagi. Dan sekarang adalah waktunya.
"Cuma firasatku aja.." batin Joseline lalu menyimpan tabung itu di kantongnya karena ukurannya yang tidak terlalu besar dan cukup disitu. Setelah itu ia beranjak pergi dari tempat itu setelah menutup brangkasnya kembali.
Disisi lain, Intan akhirnya telah berhasil melihat si calon tubuh fisiknya yang baru yang sedang dalam perjalanan menuju sebuah ruangan bersama beberapa anak buah Joseline. Intan juga tahu jika calon tubuhnya itu kebetulan memiliki nama panggilan yang sama dengannya. Justru, menurutnya hal itu juga semakin menambah nilai berharga dari calon tubuhnya itu.
Baru melihat tubuhnya dari jauh saja sudah membuat Intan tidak sabar tentang hal-hal yang bisa ia lakukan setelah memakai tubuh barunya itu, seperti memotong-motong tubuh orang yang tak bisa berkutik misalnya.
Yah, otak Intan boleh dibilang sudah tidak waras lagi karena ia sudah berubah dari gadis baik-baik menjadi gadis psycho. Semua hal yang berhubungan dengan darah menjadi kesukaan baginya.
#1 jam kemudian...
Semua persiapan sudah siap. Tidak ada halangan yang menghalangi untuk saat ini. Calon tubuh Intan sudah terikat di sebuah ranjang kasur khusus seperti yang ada di rumah sakit. Ikatan yang mengikat tubuh Intan cukup membuatnya untuk tidak bisa berkutik sama sekali karena selain ikatannya cukup kencang, juga ikatannya ada banyak.
Disitu hanya ada tiga orang saja. Tidak ada orang lain lagi selain Intan yang masih terikat, Intan yang satunya, dan Joseline yang memakai baju yang bisa dibilang cukup santai.
Satu-satunya syarat wajib dalam ritual yang akan dilakukan oleh Joseline saat ini adalah ritualnya harus dilakukan ketika malam dimana Bulan Purnama muncul dan harus benar-benar Bulan purnama penuh, tidak kurang dan tidak lebih. Jika tidak begitu, maka ritualnya akan sia-sia saja dan tidak akan menghasilkan efek apapun.
Dan malam ini, Bulan purnama penuh sudah muncul. Sesuai dengan perhitungan Joseline yang sudah mempersiapkan semua hal untuk malam ini sejak lama.
Saat ini, Intan hanya diam saja ketika melihat Joseline sedang melakukan sesuatu. Ia tidak ingin mengganggu kakaknya yang sedang bekerja untuknya kali ini.
Sedangkan Joseline, setelah ia memindahkan isi darah asli Intan yang sebelumnya berada di tabung dan sekarang berada di jarum suntik. Joseline langsung menyuntikkan darah Intan ke Intan yang kini masih terikat di ranjang sembari merapalkan suatu mantra yang berbahasa kuno.
Sebuah mantra yang bahasanya lebih kuno daripada bahasa latin itu sendiri. Ia mengucapkannya dengan perlahan-lahan dan dengan nada cukup pelan mengikuti irama angin.
Ksheir jveir loerf hirt kseric fresr urk rka
Tepat setelah Joseline mengucapkan kalimat terakhir dari manta yang harus dia ucapkan. Tubuh astral Intan tiba-tiba langsung terhisap dengan kuat kedalam tubuh Intan yang berada di ranjang. Ia tak tahu bagaimana bisa tubuhnya ditarik dengan kuat, tapi yang jelas gaya tarik gravitasinya benar-benar kuat hingga tak bisa membuatnya untuk menghindar sedikitpun.
Hal yang sebenarnya terjadi disaat yang sama adalah jantung Intan yang asli telah berhenti berdetak untuk waktu yang cukup lama sebelum Intan yang lain mengambil alih tubuhnya.
Ritual itu, menggunakan tumbal nyawa sebagai bayarannya, dan nyawa Intan lah yang menjadi bayarannya. Bisa dibilang Intan yang sebelumnya telah mati dan tubuhnya kembali digunakan oleh Intan yang lain, bukan dirinya sendiri.
"Pelan-pelan, kamu ga terburu-buru kok..." ucap Joseline mulai membuka ikatan demi ikatan yang kini mulai terlepas satu persatu. Kesadaran Intan juga mulai kembali, terlihat dari caranya mulai membuka tutup kedua bola matanya.
"Aku kembali lagi!!" sahut Intan yang sangat kegirangan karena saking tidak percaya ia saat ini telah memiliki tubuh fisik lagi, bukan tubuh astral semata.