Chereads / I'm Coming / Chapter 3 - #2

Chapter 3 - #2

Saat itu dia bisa bergerak leluasa tanpa ada halangan apapun, karena kondisi rumah Vino yang sudah gelap kecuali beberapa tempat yang lampunya sengaja dinyalakan.

Pembunuh itu tidak langsung membunuh Vino, tapi dia sengaja menuju kamar pembantu yang ada di rumah itu. Langkah kakinya yang pelan membuat tidak ada yang menyadari jika dia sedang mengendap-endap di rumah itu.

Terlihat seorang Bibi yang sudah tua terlelap dengan mimpinya saat ini. Dari raut wajahnya sudah terlihat jika dia sangat capek membuatnya terlalu nyenyak dalam tidurnya. Dia membuka gagang pintu kamarnya dengan pelan untuk memastikan apakah pintunya terkunci atau tidak. Dan ternyata tidak.

Dia membuka pintunya dengan pelan agar Bibi yang ada di dalam tidak terbangun akibat ulahnya. Setelah pintunya terbuka dia mengambil sebuah bantal kepala yang tidak dipakai Bibi itu entah apa alasannya.

Dia mengangkat bantalnya bersamaan dengan menempelkan pistol. Bantalnya langsung didekatkan hingga menempel ke kepala Bibi itu. Bibi itu sempat terkejut dan memberontak karena ada sesuatu yang menempel di kepalanya dengan paksa. Tapi yang dia lakukan hanyalah tindakan yang sia-sia karena pembunuh itu langsung menarik pelatuk dari pistol yang dia pegang.

Peluru yang melewati bantal terlebih dahulu sebelum terkena kepala Bibi itu membuat suara tembakannya menjadi tersamarkan.

Darah yang keluar dari kepalanya langsung merembes ke kasur yang ada dibawahnya. Dia sengaja membiarkan bantalnya dalam posisi itu dan menutupi mayatnya dengan selimut. Jika dilihat dari luar maka darah tidak terlalu terlihat menempel di selimut karena dibawahnya tertutupi oleh bantal yang membuatnya menonjol.

Lampu yang ada di kamar itu langsung dimatikan sebelum dia keluar dari situ. Tujuannya selanjutnya adalah menuju kamar kamar orang tua Vino yang masih berada dibawah. Dan seperti sebelumnya, dia memakai cara yang sama untuk membunuh Bibi tadi dengan mereka.

Menempelkan pistol di bantal.

Setelah melancarkan aksinya kepada orang tua Vino, dia beralih menuju lantai atas melewati tangga. Sepertinya tangga rumah Vino terbuat dari kayu meskipun tidak terlalu kelihatan karena gelap tapi aku yakin, karena aku mendengar kayunya juga menimbulkan suara ketika diinjak.

Ketika dia sampai di lantai atas, kali ini terlihat ada beberapa ruangan di lantai ini. Dari beberapa ruangan itu, hanya ada dua kamar yang lampunya menyala sedangkan lainnya tidak kecuali lampu yang ada di luar ruangan. Dua kamar itu berdampingan dan ada sebuah papan nama di depan kamarnya.

Tertulis di kamar yang berada di sebelah kiri "Vino" dan di sebelah kanan adalah "Vina". Mereka berdua memang kembar tapi berbeda gender dan sekolah.

Pembunuh itu tidak langsung memasuki kamar Vino terlebih dahulu. Dia pergi menuju kamar Vina. Dan ternyata kamarnya dikunci dari dalam. Orang ini tidak kehabisan akal, karena dia masih sempat membawa beberapa peralatan untuk membobol pintu.

Dia hanya membutuhkan waktu sekitar 3 menit untuk membobol pintunya. Dan ini sudah berada di menit ke 23 dan detik ke 10. Setelah pintunya terbuka, dia langsung mendekati tubuh Vina yang saat itu masih dalam keadaan tidur dan memakai selimut.

Dengan brutalnya dia langsung menusuk leher Vina berulang kali dari belakang menggunakan pisau hingga meninggalkan lubang tusukan yang cukup banyak di lehernya. Vina tidak sempat berteriak karena kejadian yang menimpanya terlalu mendadak dan ajalnya langsung datang.

Terlalu banyak darah yang bersimbah di kasur itu, dan aku ngeri melihatnya meskipun hanya lewat video saja. Tangannya sudah penuh darah kali ini, tapi dia hanya membiarkannya.

Dan inilah tujuannya yang terakhir. Dia pergi menuju kamar Vino yang berada disamping ruangan ini. Dan seperti Vina, dia juga mengunci kamarnya.

Entah kenapa orang ini sudah terlalu malas untuk membobol pintu lagi, dan dia hanya menggedor-gedor pintu kamar Vino kali ini dengan keras.

Merasa terganggu dengan suara gedoran malam ini, Vino berteriak

"Apaan sih, ini udah tengah malam"

Sedangkan pembunuh itu hanya diam saja sambil melanjutkan untuk menggedor-gedor pintu. Hingga akhirnya Vino membuka pintunya karena merasa kesal. Dan itulah saat-saat terakhirnya di dunia ini.

Tubuhnya langsung ditembaki pembunuh itu berulang kali yang sudah menyiapkan pistolnya tepat ketika Vino membuka pintu. Vino langsung terjatuh kebelakang ketika dia ditembaki.

Dada, perut, leher. Tiga bagian itu yang paling banyak terkena tembakan.

Pembunuh itu hanya memandangi tubuh Vino yang sudah tergeletak di lantai. Dan seperti yang terjadi di sekolah, orang ini juga menuliskan sesuatu di samping Vino menggunakan darah Vino.

Yang dia tuliskan adalah angka 7. Jika dipikir-pikir, itu adalah jumlah korban yang baru diketahui untuk saat ini.

Dan hanya sampai disitu videonya direkam. Berakhir di menit 30 detik ke 15. Video itu bahkan sudah viral sebelum sampai di tangan polisi. Tidak ada yang tahu pasti siapa yang pertama kali menyebarkan video ini, tapi kemungkinan terbesarnya adalah pembunuh itu sendiri.

***

#10 mei 2017

Ini adalah hari senin, dan merupakan seminggu semenjak kejadian pembunuhan secara berantai terjadi. Setelah seminggu kegiatan sekolah diliburkan, akhirnya hari ini kami diizinkan kembali masuk ke sekolah.

Saat ini aku masih berada di tengah barisan yang sedang mengikuti kegiatan upacara. Upacara kali ini juga terasa berbeda karena Kepala Sekolah mengumumkan berita kematian tentang korban pembunuhan yang menyangkut SMA Cakrawala. Karena kejadian yang seperti ini tidak pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

Reaksi para temanku baik yang seangkatan ataupun tidak juga sama. Mereka berduka setelah mendengar berita kematian para korban terutama korban yang terbaru, karena Vino adalah Ketua OSIS.

Banyak polisi yang masih ikut berjaga-jaga di sekolahku saat ini. Dan mereka terlihat juga membawa senjata api untuk antisipasi. Kelasku juga masih digaris kuning.

Seketika aku merasakan auranya berubah di sekitarku. Ini lebih mirip sebuah teror yang mulai menyebar perlahan-lahan diantara barisan kami. Bagi mereka yang sudah menonton video pembunuhan yang sebenarnya ilegal ini pasti tahu. Bahwa mereka (para korban), terbunuh dengan cara yang sadis dan mengerikan.

Aku masih berusaha untuk mengatasi ini, disaat-saat seperti inilah kita tidak boleh takut. Karena ketakutan membuat seseorang tidak bisa berpikir dengan jernih.

Tapi sepertinya yang memiliki pemikiran seperti itu masih sedikit, terbukti dari raut wajah mereka yang rata-rata terlihat khawatir dan cemas karena pelakunya ada diantara kami.

Tulisan darah di papan tulis yang waktu itu aku lihat di video, tiba-tiba muncul di kepalaku. Entah kenapa aku bisa mengingat hal yang mengerikan seperti itu. Karena sudah jelas bahwa yang tertulis disitu adalah surat ancaman kepada kami.

Ancaman menuju kematian.