Chereads / I'm Coming / Chapter 9 - #8

Chapter 9 - #8

Reza mencoba mencari tahu maksud Zafran menunjuk ke arah jendela dengan mendekati jendela, tapi reza tidak melihat apapun di luar sana karena gelap dan reza yakin tadi sebelum berhasil mendobrak mendengar suara sesuatu seperti ada yang membentur sesuatu." jelas Reza panjang lebar masih belum selesai karena dipotong

"Tunggu, tadi kamu bilang mendengar suara benturan?"

"Iya, Reza sempat mendengarnya sebentar tadi." balasnya jujur.

"Apa kamu tidak melihat ada orang lain selain Zafran disitu?" tanyanya sekali lagi.

"Tidak, tadi sudah Reza bilang kalo suasananya emang gelap diluar pa." argumennya.

"Baiklah...informasinya sudah cukup, ayo kita temani ibumu di dalam." ajaknya.

***

#Pukul 20:03

Hingga saat ini, masih belum ada awak media yang berhasil mengetahui dimana dan kamar nomor berapa dirawat karena dari pihak keluarga masih bungkam. Tapi hal ini tak berlaku bagi Nabila, ia langsung berusaha mencari informasi tentang keberadaan Zafran setelah mengetahui berita tentangnya yang sudah tersebar dan viral dimana-mana.

Dan tentu saja cara tercepat baginya untuk mendapatkan informasinya adalah dengan langsung menanyakan ke pihak keluarga Zafran yang langsung ditanggapi dengan cepat oleh mereka.

Setelah mengetahui dimana ia dirawat sekarang, Nabila langsung mengajak kedua orangtuanya untuk segera menjeguk Zafran saat ini juga karena ia masih tidak percaya Zafran sedang dirawat di rumah sakit hari ini.

"Rumah sakit itu kan? tunjuk ayah Nabila kepada sebuah gedung bertingkat yang bertuliskan Rumah Sakit Supriyadi.

"Iya, katanya Bambang (namanya ayahnya Zafran) Zafran dirawat disitu." balas istrinya menyetujui.

"Baiklah." lalu mengarahkan laju kemudinya untuk masuk lalu mencari parkir yang kebetulan terlihat agak sepi karena sudah malam hari (kecuali untuk kendaraan-kendaraan yang memang ikut nginap).

"Ayo" ajak ibu Nabila untuk turun dari mobil yang dibalasnya hanya dengan anggukan.

Setelah itu mereka bertiga langsung turun dari mobil dan berjalan masuk kedalam rumah sakit dengan santai meskipun sebenarnya yang paling khawatir adalah Nabila dari tadi.

Nabila sangat terkejut ketika mendengar apa yang terjadi dengan Zafran hari ini, yang ia sempat dengar adalah Zafran terluka karena diserang orang tidak dikenal di rumahnya sendiri pada hari yang sama ketika ia melihat ada tubuh seseorang yang lehernya terjerat lalu dilemparkan ke bawah dari atas.

Bahkan hingga saat ini ia masih merasa gemetaran dan ngeri ketika membayangkan apa yang ia lihat tadi pagi.

"Kamar VIP-1 kan?" tanya ibu Nabila untuk memastikan apakah benar atau tidak.

"Ya, kemungkinan kamar yang dijaga dua orang itu?" balasnya, karena ia melihat ada dua pria yang berbadan tegap, agak kurus dan kekar (yang satunya adalah Novanto) berjaga-jaga disekitar kamar VIP 1.

"Sepertinya iya, ayo kita kesana." jawabnya.

Dan seperti yang ayah Nabila duga, kamar yang dijaga kedua orang itu memanglah kamar VIP-1.

"Maaf, ini benar kamar anaknya bapak Bambang dirawat?" tanya ibu Nabila sopan kepada salah satu penjaga.

Novanto melirik sebentar kearah penjaga satunya untuk meminta persetujuan sebelum akhirnya berani untuk menjawab setelah melihat keluarga nabila membawa bingkisan yang berarti mereka hanya berniat untuk menjenguk saja kali ini.

"Benar, ini memang kamarnya Zafran." balas Novanto jujur.

"Kami mau menjenguk Zafran, boleh kan? tanyanya sekali lagi.

"Tentu saja boleh, silahkan masuk." jawab Novanto mempersilahkan.

(Suara ketukan pintu)

Setelah itu barulah mereka bertiga masuk kedalam dan terlihat

Ayah dan ibu Zafran sedang mengobrol dan Reza sedang menonton tv meskipun yang ia lihat adalah berita tentang yang terjadi di rumahnya hari ini.

"Assalamualaikum" ucap ibunya Nabila.

"Waalaikumsalam" balas mereka semua kecuali Zafran yang memang masih koma saat ini.

Sementara para orang tua sedang berbicara saat ini, Nabila hanya diam dan duduk di samping Zafran yang masih belum sadar. Entah kenapa ingin rasanya ia menangis ketika melihat teman semasa kecilnya menjadi begini, ditambah lagi ia juga sempat melihat luka goresan yang membekas di tubuh Zafran saat ini.

Malah tambah perih hatinya.

"Zafran..." ucap Nabila dalam hati sambil menggenggam tangan kirinya.

***

#Skip time...

Grup detektif sangat terkejut ketika mendengar Zafran saat ini masuk rumah sakit ditambah lagi mereka semua sudah mengetahui apa yang menimpa Zafran kemarin. Dan setelah menjenguk Zafran, Deni mulai memikirkan rencana baru kali ini bersama anggota grup detektif di sebuah kafe.

"Jadi, bagaimana selanjutnya?" tanya Erka yang menunggu keputusan Deni saat ini.

"Entahlah, aku juga masih bingung. Kita tidak tahu siapa pelakunya karena hanya Zafran yang sempat melihatnya." balas Deni jujur sambil memangku dagu dengan kedua tangannya.

"Mungkin kita harus kembali ke sekolah untuk menyelidiki" usul Tari.

"Tentu saja kita tidak bisa masuk kedalam sana begitu saja, terlalu banyak penjagaan polisi karena saat ini garis kuning polisi masing terpasang." jawab Deni logis.

"Karena kejadian terakhir ada di rumah Zafran, mungkin kita harus kesana untuk mengecek ulang." ucap Lea sambil menyeruput es buah miliknya.

"Benar juga kata Lea, kita harus kesana setelah ini." tambah Erka yang menyetujui.

"Baiklah, ayo kita kesana." balas Deni juga ikut-ikutan setuju.

#Skip..

Grup Detektif kali ini sudah lengkap meskipun tanpa Zafran, mereka sudah berada di dekat rumah Zafran yang sepertinya tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang saat ini karena ada beberapa petugas yang menjaganya. Ditambah lagi, di sekitar rumah Zafran masih terlihat ramai oleh orang-orang yang penaran dan masih terlihat beberapa awak media mewawancarai sejumlah orang termasuk petugas juga.

"Kita tidak bisa masuk." komen Deni kecewa karena mereka sia-sia datang ke tempat ini.

"Tidak apa-apa, kita bisa mengamati kondisi rumah Zafran dari tempat kita saat ini. Lihat kaca jendelal di atas itu dipecah dengan sengaja." tunjuk Erka ke kamar Zafran.

"Benar juga, yang seperti itu pasti disengaja." balas Deni yang menyetujui pendapat Erka.

"Kita akan berpecar sebentar, aku dan Tari mau melihat keadaan rumah Zafran dari sudut lain." pinta Lea kepada Deni.

"Baiklah, jangan lupa hati-hati." ucap Deni mengingatkan.

"Ya."

Sementara Deni dan Erka masih sibuk mencari celah, Tari dan Lea mencoba melihat rumah Zafran dari sudut pandang lain. Karena rumah Zafran menghadap barat dan selatan, Mereka berdua berpindah menuju barat sedangkan Deni dan Erka masih di daerah selatan.

"Disini ramai sekali" keluh Tari karena ia tidak terlalu suka dengan keramaian.

"Tenanglah, kita cuma sebentar disini." balas Lea yang masih sibuk mengamati.

Yang dapat Lea tangkap dari pengamatannya kali ini adalah dia melihat ada yang ganjil di atap besi yang berada di rumah Zafran, karena ia melihat ada sedikit penyokan yang menjorok ke dalam disana, berbeda dengan atap lainnya yang masih terlihat normal.

Sedangkan yang dapat Tari tangkap dari pengamatannya sendiri adalah dia melihat sepertinya tidak ada siapa-siapa di dalam rumah Zafran kecuali para petugas yang memang ditugaskan untuk berjaga disitu.

"Ayo, kita harus berkumpul kembali sekarang." ajak Lea kepada Tari yang hanya dibalasnya dengan anggukan kepala.

"Gimana?" tanya Deni yang melihat kedatangan Lea dan Tari.

"Kami punya beberapa informasi penting, tapi bukan disini tempat yang tepat untuk membahasnya." balas Tari.

"Tentu saja, baiklah kita akan kembali ke Basecamp, karena urusan kita disini sudah selesai." jawab Deni.

Membutuhkan kurang lebih hampir dua puluh menit untuk para anggota detektif sampai di basecamp baru mereka. Karena yang akan mereka bahas ini adalah sebuah masalah serius, semua orang yang ada disana terlihat tegang dan berkutat dengan pikiran masing-masing.

"Jadi, kalian bisa saling memberitahu informasi yang barusan kalian dapat ketika mengamati di rumah Zafran." ucap Deni membuka pembicaraan.

"Sepertinya keadaan di dalam rumah Zafran kacau karena peristiwa kemarin, aku dan Lea bisa melihatnya dari luar tadi." balas Tari yang pertama kali mengeluarkan pendapatnya/

"Ah, dia benar juga soal itu." tambah Lea yang menyetujui pernyataan yang barusan Tari lontarkan.

"Selain itu, ada lagi?" tanya Erka kepada Tari.

"Rumah Zafran dijaga ketat setelah peristiwa kemarin, tentu saja semua anggota keluarganya masih ada di rumah sakit sekarang.." balas Tari.

"Bagaimana denganmu?" tanya Deni ke arah Lea.

"Ada bagian yang penyok di atap rumah Zafran, terlihat seperti telah dibentur oleh sesuatu cukup keras entah apa itu.." jelas Lea singkat

"Kalau itu, aku dan Erka juga sempat menyadarinya." balas Deni sambil mengingat-ingat apa yang ia lihat tadi.

"Itu sudah semua informasi yang aku dan Tari dapatkan."akhir Lea.

"Baiklah, giliran kami yang akan menjelaskan.."

"Ada sebuah jendela yang pecah di lantai atas, lokasinya berdekatan dengan atap yang penyok itu, jadi kemungkinan besar memang ada kaitannya." sambung Erka

"Jendela dan atap yang penyok, cukup masuk akal kan?" tanya Deni logis.

"Iya juga ya." sahut Lea.

"Lalu sepertinya kita tadi sempat bertemu dengan si pembunuh di dalam kerumunan. Bisa saja dia menyamar di dalam kerumunan untuk sekedar mengetahui hasil yang ia perbuat kemarin dan kita secara tidak sadar sudah bertemu dengannya." sambung Deni.

"Tapi sepertinya itu cuma baru sekedar kemungkinan, kita masih belum mendengar cerita versi lengkap dari Zafran sendiri. Yang baru kita tau saat ini, dia telah diserang oleh seseorang dan membuatnya koma di rumah sakit sekarang." balas Erka.

"Tidak ada yang bilang kalau dia gegar otak kan?" celetuk Tari.

"Ah itu, sama sekali tidak ada yang pernah bilang tentang itu." tambah Lea.

"Kalau dia gegar otak, seharusnya dia sudah harus segera dioprasi, kepalanya di perban dan kita tidak bisa menemuinya secepat itu karena masih dalam masa kritis." jawab Deni.

"Benar juga." ucap Erka yang menyetujui perkataan Deni.

"Katakanlah begini saja. Berita tentang Zafran diserang oleh orang asing di kamarnya sendiri sudah bisa dipastikan benar. Tentu saja jika seseorang sedang diserang, dia pasti akan melakukan perlawanan balik karena itu sudah hakikat seorang manusia untuk mempertahankan diri sendiri. Pada titik tertentu salah satu dari mereka berhasil menang dan melemparkan yang kalah ke jendela hingga membentur atap dulu, baru tanah." jelas Deni panjang lebar.

"Pertanyaan utama, siapa identitas sebenarnya dari si penyerang Zafran itu, apakah orang yang sama ataupun tidak?" tambahnya.

"Dan jangan lupa juga, jika ternyata teorimu benar tentang ada yang terjatuh dari jendela. Seharusnya dia sedang terluka saat ini." sambung Erka sambil membenarkan posisi kacamatanya dengan tangannya.

"Itu masih kemungkinan kan?" balas Lea ragu.

"Mungkin." ujar Erka.

#Disisi lain.

Novanto beserta kedua rekannya sedang berada di sekolah Zafran kali ini, Ayah Zafran yang memerintahkan langsung untuk melakukan penyelidikan di sekolah Zafran. Karena mereka dari pihak kepolisian, tentu saja mereka bisa masuk dengan mudah kedalam sekolah meskipun garis polisi sudah terpasang sejak beberapa hari lalu.