#Time skip.
Upacara telah selesai, dan para murid mulai kembali ke kelas masing-masing untuk memulai kegiatan belajar-mengajar yang sempat diliburkan beberapa hari kecuali kelas yang ditempati oleh anak kelas Ipa 11-1.
Kelas kami untuk sementara dipindah di ruangan kosong lain yang berada di dekat kelas dua belas. Tempatnya tidak terlalu luas dan sempit juga untuk ukuran kelas. Bisa dibilang, ruangan ini adalah bekas gudang penyimpanan barang-barang sekolah yang tidak terpakai lagi dan tentu saja kami harus bersih-bersih terlebih dahulu karena ruangan yang akan kami tempati masih memiliki banyak debu yang menempel.
Aku sebenarnya tidak tahan dengan debu, karena hidungku termasuk sensitif. Tapi untungnya aku membawa buff hari ini, jadi kupakaikan saja untuk melindungi hidungku dari debu.
Ketika semuanya termasuk aku sedang sibuk bersih-bersih dan memindahkan barang keluar kelas, aku tidak sengaja melihat sebuah kardus berwarna coklat yang sudah berdebu jika dari luar yang baru terlihat setelah beberapa kardus lain sudah dipindahkan. Sebenarnya aku ingin langsung membawanya keluar agar anak lain memindahkannya ke tempat lain. Tapi, kardus itu terlihat setengah terbuka dari luar dan membuatku penasaran.
Karena penasaran, jadi aku mencoba mendekati kardus itu untuk memeriksanya. Dan yang kutemukan disitu hanyalah foto buku memori milik kelas 12 sejak tahun 2007 hingga tahun 2016.
Aku hanya sempat melihat sampulnya karena teman-temanku yang lain mengingatkanku agar lebih cepat dalam bekerja. Dan setelah itu aku menata buku-buku ke dalam kardus kembali lalu menyerahkan kardus ini kepada orang lain.
Dan hingga bel istirahat berbunyi pun kegiatan kami masih belum selesai sepenuhnya, karena barang-barang yang ada di ruangan kami masih banyak yang dipindahkan dan dibersihkan.
(Suara perut berbunyi)
Suara yang timbul di perutku menandakan jika aku harus segera menerima asupan gizi makanan, jadi aku memutuskan untuk melangkahkan kakiku menuju kantin. Sepanjang perjalanan pun aku masih melihat banyak petugas yang masih berjaga-jaga.
Ada berbagai gerobak penjual makanan di kantin sekolahku, jadi aku bisa memilih berbagai jenis makanan yang berbeda setiap hari, dan untuk hari ini aku memilih makan bakso saja. Ketika sampai, terlihat kantin sudah ramai dihinggapi oleh para murid kelaparan dari berbagai penjuru arah dan aku bingung akan duduk dimana nanti.
Aku langsung pergi untuk mengantri di salah satu gerobak bakso agar cepat mendapatkan pesananku meskipun kulihat yang mengantri juga sudah banyak.
Sekitar lima menit kemudian, barulah aku bisa tenang karena setelah mendapatkan pesananku, aku mendapat tempat duduk di salah satu meja yang isinya anak campuran kelas 11.
"Akhirnya dapat tempat duduk juga" ucapku sambil memposisikan badanku agar mendapat posisi yang enak.
"Untunglah kita baik, kalo engga mungkin lu udah duduk di lantai tadi" canda irfan salah satu teman sekelasku.
"Dasar" jawabku kesal masih dalam posisi mulut menguyah.
"Hei, menurut kalian bagaimana dengan serangkaian kejadian yang terjadi akhir-akhir ini?" tanya Bayu, anak dari kelas 11-4.
Aku hanya diam saja ketika mendengar hal itu sedangkan yang lainnya
"Entahlah, aku saja muntah ketika melihat videonya" jawab Irfan.
"Sama" balas Fahrul.
"Jangan sampai kita jadi korban yang berikutnya" ucap Wildan.
"Hush, jangan bilang gitu" jawab Irfan serius.
"Bahkan Vino saja bisa menjadi korban dia. apalagi kita?" balas Wildan melanjutkan ucapannya.
"Sudah cukup, tidak ada gunanya bertengkar tentang itu sekarang" ucapku yang mulai angkat bicara setelah makananku habis kecuali kuahnya.
"Baiklah" jawab Wildan mulai tenang.
Disaat yang bersamaan, timbul kegaduhan dari beberapa orang meja yang ada di belakangku. Karena merasa terganggu, reflek aku membalikkan badanku untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Terlihat seorang cewek, yang dari penampilannya seperti seorang kutu buku sedang kerepotan untuk membersihkan baju cewek yang ada di depannya, karena bajunya tidak sengaja terkena tumpahan jus. Ditambah lagi yang terkena adalah seorang cewek yang paling populer di angkatanku. Namanya adalah Nabila. Sebenarnya dia termasuk teman kecilku yang berharga, tapi sejak masuk SMA, sifatnya berubah drastis.
Cantik sih iya, tapi sifat dan omongan yang dikeluarkannya juga tajam. Meskipun cewek yang menumpahkannya tadi sudah meminta maaf berulang kali, tapi dia masih memarahinya hingga membuatnya terpojok.
Sedangkan orang-orang yang berada di sekitar situ termasuk teman-temannya juga sudah berusaha menenangkan Nabila agar tidak terlalu melebih-lebihkan kejadian ini. Tapi tetap saja, dia tidak mau mendengarkan mereka.
Hatiku mengatakan jika aku tidak usah ikut campur dalam masalah mereka, tapi kakiku sudah melangkahkan kaki ke arah mereka. Karena sudah terlanjur, jadi aku menetapkan tekadku kali ini.
"Sudahlah, tidak usah seperti itu. Toh dia sudah meminta maaf dengan tulus berulang kali kepadamu" ucapku berusaha untuk melerai.
"Tidak usah ikut campur, ini bukan urusanmu Zafran." jawabnya sambil melirikku dengan tajam.
Aku yang mendengarnya memanggilku Zafran agak terkejut sebenarnya. Dan bisa diartikan dia serius kali ini.
"Siapa namamu?" tanyaku memalingkan kepalaku ke arah cewek yang satunya.
"Intan" balasnya singkat.
"Baiklah Intan, kamu hanya perlu memberinya uang ganti agar dia dapat meloundry pakaiannya yang terkena tumpahan jus ini. Dan masalah selesai. Jangan membuatnya menjadi rumit." ucapku.
"Mengerti?" tambahku.
"I iya" jawabnya menunduk lalu mencari-cari dimana dompetnya berada untuk mengambil uang miliknya.
"Ini, maafkan aku yang ceroboh ini" ucap Intan dengan nada gemetaran sambil menyerahkan selembar uang tiga puluh ribu.
"Yaudah, untuk kali ini aja" balas Nabila dengan nada ketus tapi tetap menerima uang dari Intan.
Setelah itu Nabila langsung meninggalkan kami dengan teman-temannya meskipun kelihatannya ia masih kesal tentang barusan. Tapi aku masih bisa memakluminya karena sudah mengenalnya sejak lama.
"Lain kali hati-hati kalo bawa barang" ucapku mengingatkan sambil melihatnya masih tetap menundukkan kepala.
"I iya kak." jawabnya dengan nada tidak gemetaran lagi.
"Ya udah, aku mau balik ke kelas"
Setelah itu, aku sudah tidak ingin nongkrong di kantin lagi hari ini tapi juga malas menuju ke kelas. Karena waktu istirahat masih tinggal 15 menit lagi jadi aku memutuskan untuk kembali mengecek kelas lamaku yang sudah menjadi bekas TKP.
Entah kenapa sepertinya masih banyak hal janggal yang tertinggal disitu.
Ketika sampai, di sekitar kelasku masih ada beberapa siswa yang sedang mengamati kelasku dari luar. Mereka semua memiliki alasan, tapi kebanyakan adalah hanya penasaran.
Garis kuning dari polisi sudah dilepas dari kelasku yang berarti penyelidikan mereka sudah selesai, tapi kelasku ini masih belum dipakai karena perintah langsung dari pihak sekolah.
Aku membuka pintu kelasku dengan pelan sambil terbayang rekaman yang kulihat waktu itu. Setelah masuk, aku melihat jika tulisan yang ditulis di papan tulis sudah dihapus dan tempat ini sudah dibersihkan
Dari darah.
Selain mengamati kelasku ini, aku mencoba untuk tidak melewatkan petunjuk yang tersisa meskipun kemungkinannya kecil. Dimulai dari mejanya Eka.
Masih ada sedikit cipratan darah yang menempel di mejanya, meskipun sudah mengering tapi masih dapat dilihat dengan mata.
Belum puas aku mengamati tempat ini tapi bel istirahat sudah berbunyi duluan. Terpaksa aku kembali ke kelas setelah ini.
Tiba-tiba aku dicegat di dekat pintu dan diberi pertanyaan "Kamu habis dari dalam kan?" oleh seorang cowok yang sepertinya satu angkatan denganku tapi aku tidak mengenalnya.
"Iya, emang napa?" balasku to the point karena sedang terburu-buru.
"Sebelumnya, namaku adalah Deni dan aku adalah ketua dari klub Detektif"
"terus?"
"Ini tentang semua kejadian yang terjadi beberapa hari ini, tertarik untuk menyelidikinya?" jawab Deni bersemangat.
"Entahlah" jawabku ragu.
"Tidak apa-apa, jika sudah menemukan jawabannya segera hubungi aku dan barusan aku mengirimkan pesan lewat WA" balas Deni dan benar juga beberapa detik kemudian terdengar suara notifikasi dari hpku.
"Baiklah, aku duluan dulu" ucapku pamit yang langsung dijawabnya dengan anggukan.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 16:25 dan aku masih berada di dalam kamarku sambil mendengarkan musik dari laptopku.
Disaat yang sama aku juga masih menimbang-nimbang tawaran dari seseorang yang bernama Deni itu. Nama klub yang dia sebutkan itu terasa asing dan aku belum pernah mendengarnya di sekolahku.
Masih dalam mode berpikir aku membaca pesan terbaru yang dikirim oleh Deni lima menit yang lalu. bertuliskan :
"Gimana?" tetapi aku masih belum meresponnya.
"Baiklah aku ikut, sepertinya ini akan menjadi menarik" balasku singkat.
"Oke" jawabnya dan setelah itu aku dimasukkan ke dalam sebuah Grup WA yang berjudulkan "Klub Detektif" dan anggotanya hanya lima orang termasuk aku.
"Kita akan kumpul anggota besok, informasi tentang waktunya akan menyusul" tambah Deni.
"Ok"