Dering jam beker menggema sempurna hingga terdengar di seluruh penjuru ruangan, mengusik seorang gadis yang tengah terlelap. Gadis itu hanya menggeliat sebelum membenamkan kepalanya kedalam bantal. Kesabaranya mulai habis, bising jam beker seakan terus mengejeknya sehingga dengan berat hati tangannya meraba-raba nakas yang terletak di sisi ranjang. Matanya masih enggan untuk terbuka, refleks tangannya menyenggol jam beker hingga terjatuh dan seketika senyap. Gadis itu kembali membiarkan dirinya terbuai di bawah alam sadar. Dia baru saja merebahkan tubuhnya pada pukul 4 dini hari jadi tidur lebih lama lagi tak apa pikirnya.
Kening gadis itu mengernyit, ia merasa ada yang berusaha menerobos masuk kedalam matanya. Perlahan ia membuka matanya yang masih berat dan langsung disambut oleh silau cahaya matahari dari arah balkon. Ia ingat semalam ia lupa menutup gorden dan hanya melempar heels serta tasnya ke sembarang arah sebelum tertidur. Sebelah tangannya terangkat untuk menyembunyikan wajahnya, dengan setengah kesadaranya ia meraih benda pipih di bawah bantalnya dan membuka lockscreen ponsel keluaran terbaru itu. Matanya membelalak sempurna saat ponsel di genggamanya sudah menunjukan pukul 07.48 WIB. Damn.. Telat lagi batinnya. Tanpa basa-basi dia menyibak selimut yang sebelumya membalut tubuhnya dan berjalan sempoyongan ke kamar mandi.
Setelah kurang lebih 15 menit merapikan diri gadis itu pun keluar dari kamar. Terlalu berantakan sebenarnya untuk dikatakan rapi. Bajunya yang pres body dikeluarkan, roknya menggantung setengah paha, dasi tidak melingkari lehernya, dan rambut lurus sepunggungnya yang berwarna coklat gelap serta diombre pada ujungnya dibiarkan tergerai. Dia hanya menyapukan bedak tipis dan mengoleskan lipbalm untuk menyamarkan bibirnya yang pucat. Namun satu kata yang dapat mendefinisikan parasnya kini, sempurna. Dia segera menyambar kuci mobilnya yang tergeletak di atas meja dan pergi memasuki lift. Setelah sampai di parkiran apartemen ia langsung menghampiri mobil jazz merah miliknya kemudian menancap gas menuju sekolah.
Mobilnya menepi di bahu jalan. Gadis itu melirik bangunan besar yang berada di seberang jalan dan sialnya pagar hitam itu telah berdiri kokoh menutup pintu gerbang sekolahnya, SMP Harapan Bangsa. Salah satu sekolah elit yang ada di kota jakarta. Dia kembali melajukan mobilnya dan menghentikanya di samping angkringan kecil di belakang sekolah.
"Telat lagi neng?" tanya abang penjual di angkringan tersebut.
"Hehe iya bang.. nitip yak" jawab gadis itu diiringi cengiranya.
Abang tersebut mengangguk sebelum kembali masuk ke dalam angkringan.
Gadis itu melamun sebentar sebelum akhirnya tersadar dan dengan segera berlari memutari sekolah. Sesampainya di depan gerbang belakang sekolah dia langsung melongokkan kepalanya kedalam, mengintip situasi taman belakang sekolah. Untung keadaan sangat sepi sehingga ia dengan bebas masuk kedalam area sekolah dan berjalan tanpa beban. Tapi baru beberapa langkah ia berjalan di koridor kelas langkahnya terhenti oleh teriakan melengking seorang wanita yang sangat ia hafal. Ya, siapa lagi kalo bukan Bu Retno guru BK yang di juluki sebagai malaikat pencabut nyawa di sekolahnya.
"RACHELLLL!!!"
🌻🌻🌻
TBC!!