Hening cukup lama memegang kendali atas diri Rachel dan Aldo. Saat ini mereka duduk di sofa apartemen Rachel.
"Semalem ngapain?" tanya Rachel menuntut penjelasan, suaranya tidak rendah dan tidak tinggi. Datar.
"Clubbing" jawab Aldo singkat.
"Sendiri?". Pertanyaan Rachel hanya mendapat anggukan dari Aldo.
"Kenapa Do? Coba cerita apa salahnya sih, emang kamu anggep aku apa?". rachel menghela napas gua sementara Aldo hanya bergeming tidak menanggapi, sejurus kemudian ia memeluk Rachel erat dan membenamkan kepalanya di ceruk leher Rachel. Rachel mengelus punggung Aldo, perlahan ia menarik Aldo ke belakang dan menatap mata kekasihnya yang memerah. Aldo menghembuskan napas sebelum mulai bercerita tentang masalahnya. Ternyata kemarin di rumah ia berselisih dengan Ayahnya dan berakhir dengan tamparan di pipinya. Aldo yang kalut langsung pergi ke kelab dan menenggak berbotol-botol tequila hingga mabuk berat. Ia juga tidak tahu menahu mengapa bisa berada di apartemen Rachel. Rachel tak tahu harus merespon apa, karena sejujurnya ia juga tidak dekat dengan sosok seorang ayah. Oleh karena itu, ia hanya melontarkan beberapa kalimat penenang sebelum meminta Aldo pulang dan menyelesaikan masalahnya.
Esok harinya, di dalam kelas Rachel tengah berbincang-bincang heboh dengan Grace dan Luna. Entah apa yang mereka bicarakan tapi semangat mereka nampak sangat menggebu-gebu saat saling berkomentar.
"Gilakk norak banget kan tuh anak" Ucap Grace sambil menggebrak meja.
"Ck. Abis di beliin Om Broto kalik.. Upss" Rachel menyahuti ucapan Grace, bergaya seakan sedang menutupi suatu rahasia yang hampir terbongkar, namun tetap saja kekehannya terdengar kemudian.
"Wkwk udah bukan rahasia lagi kali Chel, tapi kok bisa ya dia baik, alim, dan pinter. Aduhh miss drama banget kan". Luna yang heran pun melontarkan pertanyaan yang justru terdengar seperti pernyataan kepada kedua sahabatnya.
Koridor kelas sudah cukup sepi, mungkin hanya menyisakan beberapa siswa yang tetap tinggal di sekolah karena mempunyai kepentingan tertentu. Rachel berjalan sedikit cepat karena ia harus segera menghampiri kedua sahabatnya yang sudah menunggu di perpustakaan. Tepat setelah bel berbunyi tadi Bu Retno menghampiri Rachel ke kelasnya dan langsung membawanya ke ruang BK. Jika saja Rachel tahu kalau selama lebih dari 30 menit ia duduk diam sambil harus mendengarkan wejangan-wejangan Bu Retno, ia pasti sudah memilih untuk pura-pura pingsan saja tadi. Mungkin karena langkahnya yang terlalu cepat dan pandangannya tidak fokus, Rachel hampir saja menabrak seseorang di belokan koridor kelas. Orang yang tadi hampir saja bertabrakan dengan Rachel pun sama terkejutnya. Ternyata orang itu adalah Aldo.
Penampilan Aldo sedikit lebih kacau dari biasanya. Matanya merah, rambutnya berantakan, wajahnya kucel, dan satu lagi, aroma tembakau mencuat tajam dari seragamnya. Rachel segera menarik Aldo yang sedari tadi hanya bergeming menuju sisi gedung sekolah.
"Lo kenapa sih Do? Kalau ketemu Bu Retno bisa panjang ntar urusan lo" tanya Rachel to the point setelah melirik situasi di sekitar mereka yang terbilang sepi. Aldo hanya diam. Satu detik, dua detik, tiga detik, dan.. Aldo merentangkan tangannya dan membawa Rachel kedalam pelukannya. Rachel hanya diam, dia tahu jika sekarang Aldo sedang tidak baik-baik saja. Setelah Rachel melihat keadaan Aldo yang mulai tenang, ia pun membawa Aldo ke parkiran dan mengajaknya masuk ke dalam mobil. Aldo duduk di kursi samping kemudi sementara Rachel yang mengemudikan mobilnya, beruntung ia tadi tidak membawa kendaraan ke sekolah. Mereka berdua hanya diam, tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibir keduanya.
"Apartemen Angga" Ucapan Aldo refleks membuat Rachel mengurungkan niatnya untuk berbelok ke arah kompleks perumahan Aldo.
Setibanya di apartemen Angga Rachel langsung memutuskan untuk keluar dari mobil dan berniat untuk mencari taksi, tapi baru saja membalikkan badan Aldo langsung meraih pergelangan tangannya dan menuntunya masuk ke apartemen Angga. Mungkin untuk ukuran anak SMP fasilitas yang Rachel dan teman-temannya terima itu berlebihan, tapi ya mau bagaimana lagi, Orang Kaya Bebas. Hampir seluruh teman-teman dekat Rachel itu orang berada dan terpandang di kota ini. Tanpa mengetuk pintu, Aldo langsung menekan beberapa angka di sisi pintu dan membukanya. Karena sudah berteman dekat mungkin Angga sudah memberitahukan password nya. Ruangan ini kosong, kemudian Aldo mengajak Rachel memasuki sebuah kamar, jujur Rachel agak takut tapi sebisa mungkin ia tidak menampakkan rasa gugupnya. Aldo merebahkan tubuhnya, kemudian ia meminta Rachel ikut berbaring di sisinya. Rachel mengikuti kemauan Aldo, belum sempat ia menyamankan posisinya Aldo langsung menarik pinggangnya dan memeluknya erat.
"Plis biarin kayak gini sebentar" pinta Aldo tepat di telinga Rachel. Rachel hanya diam tidak merespon.
Rachel meraih ponselnya yang ada di sampingnya, sial ternyata ponselnya lowbat. Diapun melirik jam tangan G-Shock Black GA-700-1ADR yang kini melingkar di tangan Aldo. Astaga udah jam set 5 pekiknya dalam hati sambil memelototkan mata. Ia ingat jika hari ini ia belum memberi kabar kepada sahabat-sahabatnya. Dengan hati-hati ia menyingkirkan lengan Aldo dari dadanya. Setelah Rachel mengenakan sepatunya, ia langsung menuliskan memo kemudian berlalu dari apartemen Angga. Untung saja ia berhasil mengingat angka yang sebelumnya di masukkan oleh Aldo. Rachel langsung menghentikan sebuah taksi dan bergegas ke sekolahnya. Sial, gerbang sekolahnya sudah tergembok. Akhirnya dengan langkah gontai, Rachel pulang kembali ke apartemennya.
Rachel membanting pintu apartemen sedikit keras. Ia mengacak rambutnya frustasi sebelum melempar dirinya ke sofa. Rachel meraih ponselnya dari dalam saku dan menyambungkannya dengan powerbank. Butuh waktu sekitar 2 menit untuk menunggu ponselnya kembali berfungsi. Rachel nampak berpikir sebentar sebelum akhirnya mengetikkan sesuatu.
Sobat gesrek
Rachel Siregar : Hem guys
Rachel Siregar : Maaf bgt nih sebelumnya gw tadi gk bisa dateng
Rachel Siregar : Lo pada psti dah nungguin gw lama bgt yaa
Rachel Siregar : Maaf bgt gw tadi tiba2 ada urusan, mendesaaaakkk bgt
Rachel Siregar : Mau ngabarin lo pada ehh hp gw lowbat
Rachel Siregar : Sumpah✌
Rachel Siregar : Maafin Rachel ya :(
Hening, setelah pesan terakhir yang ia kirimkan ponselnya tidak bergetar sama sekali. Rachel benar-benar takut kalo sahabat-sahabatnya itu marah. Wajar memang, siapa juga yang tidak marah jika harus menunggu berjam-jam terlebih ujung-ujungnya orang itu tidak datang juga.
Rachel Siregar : Maaf
Rachel Siregar : Maafin atuh
Rachel Siregar : Woi maafin gw napa
Rachel Siregar : Hei gw lg minta maaf nih
Rachel Siregar : Maafin gw plis
Rachel Siregar : Ayolah maafin gw
Rachel Siregar : Lo pada mau maafin gw kan
Rachel Siregar : Tega ya lo pada giniin gw
Rachel Siregar : Maafin gw bitch, anjing, sialan, bangke lo semua
Rachel Siregar : Tuh kan kelepasan ngatain gw nya
Rachel Siregar : Maafin Rachel ya zheyenkku
Rachel Siregar : Rachel tetep zheyenk kalian kok
Rachel Siregar : Zheyenk.. Pliss
Grace Binanggal : Sialan diem lo!
Rachel Siregar : Grace, Rachel zheyenk bgt sama kamu.. Unchh maafin ya
Grace Binanggal : Gk
Luna Marcha : Najis lo @Rachel Siregar
Rachel Siregar : Eh ada Lunaku ter zheyenk.. Maafin aku ya
Luna Marcha : Gk
Rachel Siregar : Kok pada jahat sih, adek gabisa diginiin
Rachel Siregar : Janji deh kalau lo pada mau maafin, gw siyap jadi babu lo seminggu
Rachel Siregar : Ok gk tuh
Rachel Siregar : Jgn sider dong
Rachel Siregar : Bodo ah gw ndiri jg capek
Rachel Siregar : Gk tenang idup gw cuy
Rachel Siregar : Sialan!!
Rachel melempar ponselnya ke kasur. Ia sendiri juga sudah cukup lelah hari ini. Setidaknya malam ini ia harus istirahat terlebih dahulu untuk berjaga-jaga hal apa yang akan terjadi esok. Rachel sudah menekadkan diri untuk menerima segala konsekuensinya.
Atmosfer kelas hari ini terasa agak berbeda, biasanya jika ia tiba di ambang pintu ia akan langsung disambut oleh koaran sahabat-sahabatnya. Tapi kali ini mereka hanya mengobrol berdua, mengabaikan kehadiran Rachel. Sebenarnya Rachel sudah tidak mood berada di kelas tapi ia menguatkan diri untuk tetap berada di kelas meskipun sangat membosankan. Siapa tahu jika ia berada di dekat mereka, Sahabat-sahabatnya itu tidak betah mendiamkannya lama-lama dan mengajaknya berbicara lagi. Tapi harapan Rachel mungkin harus pupus, hingga saat ini, jam terakhir sekolah, Grace dan Luna tidak mengajaknya berbicara sepatah katapun. Jangankan berbicara menoleh ke belakang saja tidak. Mungkin teman-teman sekelasnya sudah mulai berprasangka tentang apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka bertiga.
Bel pulang sekolah pun berbunyi dengan nyaring, Rachel mengemas barang-barangnya dan beranjak pergi. Moodnya sangat kacau. Hari ini ia didiamkan teman-temannya sekaligus didiamkan Aldo. Entah apa salahnya kepada Aldo, tapi Grace dan Luna sudah cukup menyita pikirannya.
"Mau kemana lo?" ucapan Grace membuat Rachel mematung di tempat, ia berbalik dan mendapati suatu kenyataan. Grace sedang berbicara dengan Bimo yang sudah berganti pakaian olahraga yang semula berdiri tepat dibelakangnya. Rachel menghembuskan napas pelan sebelum kembali berbalik dan melangkah.
"Gue tanya mau kemana lo?". Lagi-lagi ucapan Grace membuat langkah Rachel terhenti. Dia berbalik dan betapa terkejutnya ia saat mendapati Grace dan Luna berada di hadapannya. Dengan ekspresi cengo Rachel sontak menunjuk dirinya sendiri meminta kepastian.
"Ya iyalah bego. Siapa lagi" Grace berujar sambil memutar bola matanya malas.
"Gu-gue mau pulang lah" jawab Rachel agak gelagapan tapi masih dengan nada ketusnya.
"Lah lo nggak mau belajar bareng kita?". Mendengar ucapan Luna membuat Rachel memelototkan mata, ia tidak percaya jika sahabatnya itu mengajaknya belajar bersama.
"Nih tas gue sama Luna. Babu harus nurut. Awas aja ngelawan". Rachel sanagt senang, ternyata mereka sudah memaafkan kesalahannya. Persetan dengan harga diri, ia langsung meraih tas kedua sahabatnya itu dan berjalan mendahului mereka dengan ekspresi senang. Sementara itu Grace dan Luna diam-diam tanpa sepengetahuan Rachel saling melempar pandang dan mengulum senyum simpul.
Hari demi hari silih berganti dan tak terasa hari ini adalah hari terakhir Rachel mengikuti UN. Memang sejauh ini semua terasa berjalan cukup lancar. Sebenarnya Rachel mendapat kromosom genetika yang unggul dari orang tuanya, namun karena sikapnya yang kerap acuh tak acuh itu pun membuatnya tergolong ke dalam strata anak yang kurang pandai di sekolahnya. meskipun begutu berkat bantuan kedua sahabatnya ia mampu mengejar ketertinggalannya yang benar-benar sangat jauh dan mulai sedikit menunjukan citra seorang pelajar. Tapi Rachel tetap Rachel, ia seringkali membuat kegaduhan di dalam ruang ujian hanya karena merasa bosan dan pusing melihat soal-soal ujiannya.
Pintu ujian terbuka lebar. Sorak sorai siswa memenuhi koridor kelas. Ujian terakhir telah mereka lalui dan hanya menunggu waktu untuk menerima surat kelulusan kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
"Nongki di lapak mpok ipeh kuy". Rachel dan Luna mengiyakan ajakan Grace, mereka bertiga langsung berlalu menuju kantin. Setelah makanan yang mereka pesan datang, mereka pun makan sambil sesekali mengobrol.
"Soalnya susah-susah gila" ucap Rachel sambil mengelap peluh di dahinya, mungkin baksonya terlalu pedas.
"Lo aja yang bego" sahut Grace santai.
"Emang lo bisa ngerjainnya bitch?" tanya Rachel yang dijawab gelengan tak berdosa oleh Grace.
"Sialan sini lo gue rukyah sampai mampus"
mereka bertiga lalu ikut bereuforia dengan anak-anak lain.