Chereads / Bad Girl Story / Chapter 12 - chapter 12

Chapter 12 - chapter 12

Warninggg!!

Terdapat beberapa adegan plus plus jadi untuk kaka-kaka reader yang belum cukup umur atau kurang nyaman bisa di skip yaa. Terimakasih.

Rachel memoleskan sedikit lipbalm di bibirnya dan memastikan penampilanya sebelum berangkat ke rumah Papanya. Hari ini dia menggunakan dress putih selutut dengan rambut yang ia gerai. Rachel menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan sebelum keluar dari mobil. Jujur ia sedikit nervous karena tak biasanya di ajak makan malam oleh Papanya. Justru Rachel pikir Papanya sudah enggan menjalin hubungan denga dirinya. Rachel membuka pintu utama rumah tersebut dan mulai berjalan ke meja makan. Meskipun tidak ada seorangpun anggota keluarganya yang menyambut tapi ia harap kehadirannya malam ini dapat mendekatkan dirinya dengan keluarganya. Bohong jika Rachel bilang benci keluarganya karena meskipun tak dianggap sedikitpun selama ini ia masih ingin merasakan kasih sayang dan perhatian orang tua.

Rachel duduk di salah satu kursi berhadapan dengan Regan sementara Ayahnya duduk di kursi yang berada di ujung meja. Rachel cukup heran karena tidak mendapati keberadaan Mamanya di sana, lantas apa alasan Papanya memanggil dirinya ke sini. Beragam makanan sudah tersaji di atas meja. Tidak ada yang memulai pembicaraan sebelum Papanya mulai angkat suara.

"Regan, kamu harus makan sayurnya juga supaya kebutuhan seratmu terpenuhi"

"Iya Pa nanti Regan makan kok"

"Kamu memang anak papa yang penurut"

"Papa bisa aja"

Rachel hanya diam, dia ingin sekali menulikan telinganya saat ini. Mengapa hanya Regan, Regan, dan Regan. Selalu Regan dan tidak pernah sekalipun dirinya.

Setelah Papa Rachel menyelesaikan makannya dan Regan kembali ke dalam kamar, Rachel beranjak untuk berpamitan.

"Pa udah malem Rachel mau pulang ke apartemen dulu"

"Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu"

Rachel kembali duduk dan mulai menyimak apa yang akan Papanya ucapkan.

"Kamu tahu kan menyekolahkan dan membiayai hidupmu selama ini tentu membutuhkan uang yang banyak, di usiamu saat ini saja kamu sudah minta apartemen dan mobil. Haha benalu. saya ingin kamu memahami kondisi saya"

"Rachel nggak ada maksud buat ngebebanin Papa. Tapi Rachel nggak ada pilihan lain selain ngelakuin itu. Rachel nggak bisa terus-terusan di abaikan kalau tinggal disini" sebisanya Rachel menahan emosi atas ucapan Papanya dan menjawabnya sebaik mungkin.

"Oleh karena itu saya mengajak kamu makan malam disini malam ini, saya punya satu permintaan untuk kamu"

"Papa mau Rachel gimana lagi? Keluar dari apartemen? atau suruh Rachel ganti semua uang yang Papa gunain buat biayain rachel selama ini?"

"Saya tidak meminta kamu melakukan semua itu. Kamu hanya anak manja dan merepotkan, saya tidak yakin kamu bisa bertahan hidup tanpa uang dari saya. Jadi saya minta kamu untuk setidaknya sedikit berguna bagi saya. Saya akan mengirim kamu sekolah ke London dan menikahkanmu dengan anak kolega saya di sana."

"Maksud Papa apa? Rachel nggak mau. Rachel udah punya pacar dan Papa nggak bisa dong seenaknya jodohin Rachel sama orang yang bahkan nggak Rachel kena!!l"

"Saya yang membiayai hidup kamu jadi saya berhak atas masa depan kamu. Jangan berani-beraninya membangkang perintah saya!"

"Tapi Rachel sayangnya sama Aldo Pa. Rachel nggak mau yang lain"

Plakkk!!

"Sudah berapa kali saya bilang. JAUHI ANAKNYA WIJAYA!!. Dia itu saingan bisnis saya"

Rachel memegangi pipi kirinya yang memerah. Rasanya sangat perih dan nyeri karena tamparan Papanya cukup keras. Perlahan air matanya luruh dan membasahi pipinya.

Seorang wanita paruh baya sedang duduk di atas kursi roda sambil menatap rembulan malam dari jendela kamarnya. Sayup-sayup ia mendengar suara percek cok an dari luar kamar. Wanita tersebut kemudian keluar dari kamar dan menuju ke sumber suara. di seberang ruang makan matanya melihat suami dan anak gadis yang sangat ia rindukan sedang terlibat adu mulut. Dengan sekuat tenaga ia mencoba berdiri dari kursi roda. Ia berjalan perlahan memegangi dadanya yang sakit untuk melerai keduanya. Plak!! Dia melihat anak gadisnya di tampar oleh suaminya sendiri. Dia ingin sekali berteriak namun tak bisa akhirnya sambil berlinang air mata dia menguatkan langkahnya menghampiri anak gadisnya yang nampak sangat rapuh disana. Ia ingin membelai dan merengkuh gadis kecilnya yang sudah bertahun-tahun tak ia temui. Tinggal beberapa langkah lagi untuk bisa meraih punggung kecil itu. Namun tiba-tiba kepalanya terasa sangat pusing dan pandangannya mulai kabur.

Brukk!!

Papa Rachel mendengar suara benda terjatuh dengan keras dan menoleh ke arah sumber suara. Wajahnya jelas terkejut melihat Sarah, isterinya sudah terkapar di lantai.

"Sarahh!" Papa Rachel buru-buru berlari menghampiri Sarah sementara Rachel masih mematung di tempatnya.

"Sayang bangun, buka mata kamu!!" Papa Rachel terlihat kalang kabut dan terus menepuki pipi isterinya tersebut.

Rachel berlari dan ikut bersimpuh di hadapan Mamanya, baru saja ia ingin menyentuh tangan Mamanya, Papanya sudah menghempaskan tangan Rachel dan meneriakinya untuk menjauh.

"PERGI KAMU DARI SINI!! GARA-GARA KAMU ISTERI SAYA JADI KAYA GINI"

Rachel masih diam di tempatnya memandangi kedua orang tuanya yang bahkan tidak mengharapkannya.

"REGAN!!"

"REGAN!!!'

"Iya paa"

""CEPET SIAPIN MOBIL, MAMA KAMU DROP LAGI. KITA KE RUMAH SAKIT SEKARANG!"

"Iyaaa paa"

Rachel masih saja bergeming, dia melihat semua keributan yang ada dihadapnya namun sejengkalpun ia tidak bisa mendekati mereka. Mamanya sudah di larikan ke rumah sakit saat ini, berulang kali dia menenangkan dirinya sendiri. Jujur dia juga mengkhawatirkan kondisi Mamanya, tapi dia tidak yakin apakah dia akan diterima jika datang ke rumah sakit.

Malam semakin larut, Rachel sudah berdiri di depan pintu masuk Rumah sakit Medika selama 2 jam. Ya, sedari tadi dirinya sudah sampai di rumah sakit namun ia masih belum menemukan keberanian untuk masuk. Ia takut kehadiran akan menimbulkan keributan dan memperburuk kondisi Mamanya. Rachel sangat di lema saat ini. Oke. Dia sudah tidak bisa menahan kegelisahanya dan memutuskan untuk masuk kedalam rumah sakit. Ia bergegas menuju meja petugas jaga dan menanyakan ruangan tempat Mamanya di rawat. ternyata kondisi ibunya kritis dan di rawat di ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif. Rachel langsung berlari ke ruang ICU tapi Baru saja ia tiba di ujung koridor rumah sakit Papanya sudah terlanjur melihatnya dan terlihat emosi. Ia menghampiri Rachel dan menampar gadis itu saat ini juga.

Plak!!

"Berani-beraninya kamu menampakkan diri disini. Dasar anak sialan. Gara-gara kamu istri saya harus kesakitan di dalam sana. Gara-gara kamu isteri saya harus memakai selang-selang itu untuk hidup. Gara-gara kamu hidup kami menjadi seperti ini. Pergi kamu!! Pergi dan jangan pernah kembali!!" Papa Rachel mrka bahkan seperti orang kesetanan. Dia memaki dan meneriaki Rachel. Keadaan yang semula hening menjadi ricuh. Papanya di tenangkan oleh salah satu kerabatnya sementara Rachel sudah di seret Regan keluar dari rumah sakit.

"anjing ngapain lo disini!! lo itu cuman pembawa sial tau nggak. Mending lo pergi daripada gue bikin lo mati bitch!!"

Rachel yang saat ini sedang kalut memutuskan untuk menghabiskan malamnya di kelab. Untung saja ia masih memiliki kekasih dan teman yang bisa memahami dirinya. Rachel menenggak beberapa seloki minuman keras bahkan sesekali ia meneguk miras langsung dari botolnya. Cheryl dan Lala yang melihat hal itu hanya bisa diam. Fajar sudah hampir habis. Kelab sudah hendak di tutup sementara teman-temannya sudah pamit pulang. Rachel tidak mau pulang ke apartemen jadi dia meminta Aldo untuk membawanya pergi. Aldo dengan senang hati membawa Rachel ke apartemen Angga. Saat ini Angga memang sedang pergi dari apartemen, jadi apartemen sedang dalam keadaan kosong sehingga hanya akan ada mereka berdua disana. Rachel yang sudah dalam keadaan mabuk di hempaskan Aldo dari gendonganya dan ia ikut berbaring di samping Rachel. Tiba-tiba saja Aldo naik ke atas tubuh Rachel dan membelai lembut wajahnya. Rachel sudah tidak bisa berpikir jernih, Dia sudah terlalu lelah dengan dunia ini. Dia tidak berniat untuk menolak tindakan Aldo toh semua ini juga untuk Aldo. Ia tidak akan membantah Papanya jika bukan karena Aldo. Dia pasrah saat tangan Aldo perlahan menelusup ke dalam dressnya. Dengan nakal tengah Aldo membelai pinggang Rachel. Rachel hanya bisa menggeliat, Setelah itu tangannya mulai naik ke atas dan menelusup punggung Rachel. Ia lalu melepas pengait bra milik Rachel. Aldo meremas payudara Rachel. Kanan kiri bergantian. Rachel sudah tak bisa menahan desahannya. Aldo berhenti, kemudian ia membuka retsleting dan menarik dress Rachel ke bawah. Sekarang tubuh bagian atas Rachel sudah terbuka sepenuhnya., tangan Aldo terus menggerayangi tubuhnya, menciumnya secara brutal dan mencupangi lehernya dan bahunya. Aldo tersenyum nakal sebelum mendekatkan wajahnya ke dada Rachel, ia kemudian mengulum puting payudara Rachel. Desahan rachel semakin jelas.dan ia semakin mengeratkan kalungan tangannya di leher Aldo. Aldo menggigit puting Rachel membuat si empunya menjerit dan balas menggigit bahu Aldo. Setelah terus di cumbu oleh Aldo akhirnya Rachel mengalami orgasme dan bagian bawahnya sudah mulai basah berlendir. Aldo yang menyadari hal tersebut langsung mendongak dan turun dari perut Rachel. Ia kemudian memasukan tangannya ke dalam celana dalam Rachel lalu membelai miss V nya

"Ashhhh.Ashhh Aldo jangann nakal Ashhh"

"Aku bakal bikin kamu bahagia sampe lupain masalah kamu Chel. Tunggu aja" bisik Aldo di telinga Rachel sambil melucuti pakaiannya sendiri. Di tengah suasana yang panas dan penuh gairah ini tiba-tiba Ponsel Rachel yang ada di sampingnya berdering. tanpa melihat id penelpon Rachel langsung mengangkatnya dan mengkode Aldo untuk berhenti. Dengan nafas yang terengah-engah Rachel mendengarkan ucapan si penelpon. tubuhnya tiba-tiba menegang bak tersengat listrik ia kemudian segera bangkit berdiri. Rachel langsung memunguti pakaiannya dan segera mengenakanya. Tidak ada waktu untuk membersihkan tubuhnya. Ia langsung turun dari apartemen mengabaikan Aldo yang terus memanggilnya. Beruntung hari sudah pagi jadi sudah ada taksi lewat, Rachel segera menghentikan taksi tersebut dan langsung bergegas pergi.