Entah sudah berapa lama Rachel bertransformasi menjadi manusia goa, yang jelas malam ini Rachel benar-benar sudah lupa bagaimana rasanya menghambur-hamburkan uang. Akhir-akhir ini hidupnya hanya seputar dapur-kamar-kamar mandi, hiburan pun hanya televisi. Arghh sangat membosankan. Terlebih semenjak kunjungan dadakan tadi siang, seperti ada yang berbeda dengan Raga. Tidak tahu pasti, yang penting menurut Rachel tatapan matanya seringkali kosong dan sikapnya lebih dingin. Biasanya walaupun cuek tapi Raga masih merespon satu dua kata ucapan Rachel, tapi kini Rachel benar-benar diabaikan. Damn.
"Gaaa" panggil Rachel sambil menghampiri Raga yang tengah duduk di meja belajar.
"Ragaaa!" geram Rachel karena si empunya nama tak kunjung merespon. Walaupun Rachel berteriak Raga tetap saja masih bergeming. Sial ternyata kedua telinga Raga tersumpal earpod. Rachel pun langsung saja melepas earpod di telinga kiri Raga dan mengenakanya. Raga jelas terusik dengan tindakan tersebut, ia pun menatap Rachel tajam. Tapi sayang Rachel yang tidak memiliki akhlak tidak terintimidasi sedikitpun.
"Ck. galau? kuping lu nggak jebol apa dengerin musik volume nya full gini?" tanya Rachel sambil melepas kembali earpod nya.
"Bacot" jawab Raga singkat, padat, tapi cukup menusuk.
"Kasar banget sih jadi cowok. PMS lo?" cibir Rachel. Raga hanya diam tidak menanggapi.
"Lo kenapa sih ga? ada masalah? nyesel ngijinin gue tinggal disini?"
"Nggak" jawab Raga singkat.
"Terus kenapa? Lo boleh kok cerita sama gue. Gue pendengar budiman nan solutif asal lo tahu"
"Ck"
"Dih gamau ya udah. Melodrama lo nggak guna juga di hidup gue. Gue udah katam. Lo clubbing aja deh, gue jamin 100% lo bakal lupa masalah lo disana" ujar Rachel. Raga mengalihkan fokusnya ke Rachel, ke gadis sma yang baru saja memberinya saran yang cukup antimeanstream. Raga memandang Rachel sambil menaikkan alisnya seakan meminta penjelasan, dan Rachel peka.
"Ehm, gue nggak tahu gimana pandangan lo ke gue dengan first impression yang kek gitu. But, fyi aja gue mungkin bukan termasuk cewek baik-baik. Kemarin kemarin gue sempet ragu buat bilang tapi sekarang mungkin gue perlu bilang ini biar lo ntar nggak ngerasa ketipu. Gue bakal cerita sedetail mungkin, urusan lo buat ngusir gue atau nggak itu urusan belakangan"
"Gue anak JIS, dulu gue tinggal sendiri di langham residence. Bisa dibilang gue cukup famous. Mungkin kalo gue masih di JIS, bentaran anak HIS juga bakal tau gue. Yaa gue akuin gue nggak pernah niat buat sekolah sih. Aktivitas gue di sekolah ya nggak jauh-jauh dari mabal, bolos, dan bully anak-anak yang bisa dibilang sok narsis. Pulang sekolah gue tidur, malemnya gue clubbing sampe pagi "
"Kesialan gue bisa dibilang di mulai sejak gue lanjut sekolah di JIS. Disaat gue bikin pilihan buat ngikut cowok gue daripada nepatin janji ke sahabat lama gue. Selama sekolah disana, dalam waktu yang bisa dibilang cukup singkat itu. Gue bisa tahu gimana ke anjing an cowok sama temen-temen gue di JIS"
"Jadi, awalnya ada kakak kelas hits yang suka sama gue, dia pdkt in gue terus walaupun gue nggak lirik. Ya iyalah gue cewek setia. Tapi sialnya temen deket gue di JIS suka sama cowok itu dan dia salah paham ke gue. Gue yang sebelumnya nggak ngerasa beda sama dia fine-fine aja dong. Sampai akhirnya video gue waktu bully temen sekelas dan video gue clubbing kesebar di grup sekolah. Gue tau sendernya walaupun anonim karena video itu diambil dari jarak dekat dan emang cuma mereka yang bareng gue. Angle kameranya pun udah diseting jadi walaupun temen-temen gue juga ada disana tapi yang masuk frame cuma gue. Bangsat emang"
"Huuhhhmm" Rachel menarik nafas panjang sebelum kembali melanjutkan ceritanya.
"Gue anak orang yang bisa dibilang cukup berada. Gue punya keluarga besar, punya oma, punya om, punya tante, punya sepupu, punya papa, punya mama, gue juga punya kakak laki-laki. Tapi, dari kecil gue nggak pernah rasain kehangatan keluarga tuh gimana. Gue nggak tahu rasanya di gendong papa, main bareng papa ,main bareng kakak, dicium oma, ngobrol sama tante dan sebagainya. Di rumah itu, di keluarga itu, cuma Mama yang care sama gue. Tapi, sejak ngelahirin gue keadaanya lemah dan keluarga gue ngelarang dia berhubungan sama gue. Uang gue lancar, tapi buat perhatian NO. Gue nggak tahu kenapa dan gue berusaha nutup mata buat itu. Hingga tiba waktu itu, Gue diminta Papa buat pindah sekolah ke London dan bakal dinikahin sama anak koleganya. Gue berontak dong, dan kita pun cek cok. Mama denger semuanya dan dia down. Saat mama down gue nggak diijinin sama sekali buat nginjekin kaki disana. Gue kalut dan gue clubbing. Paginya sehabis clubbing gue dapet kabar, Mama udah nggak ada. Gue langsung pulang dan sialnya sampe sana gue justru dicaci maki dan dikatain sama papa gue sendiri. Saat itu gue dikasih tahu, apa alasan mereka ngebenci gue. Gue.. Gue anak haram dari orang yang perkosa Mama. Gue speechless. Gue nggak tahu harus gimana. Gue putusin buat nyamperin cowok gue. Gue cuma punya dia. Gue yakin dia tempat gue pulang. Tapi ternyata di rumah dia lagi asik ena-ena sama musuh bebuyutan gue di sekolah. Anjingg. Timing nya juga pas banget, malem itu video gue nyebar"
"Gue nggak tahu maksud Tuhan tuh apa ngelakuin ini semua ke gue. Sejak saat itu gue putusin buat nggak percaya lagi ketuhan, gue ngerasa hidup gue udah selesai jadi gue putusin buat bunuh diri"
"Sialan, elo satu-satunya orang yang tahu semua masalah gue. Buat respon, serah lo mau ngapain aja. lo usir gue juga nggak papa. setidaknya gue nggak bakal malu lagi kalo nangis. Satu-satunya orang yang gue rinduin cuma mama, gue jadi pengen nangis kalo inget Mama" ujar Rachel panjang lebar. Matanya sudah memanas ingin menumpahkan air mata, jadi sebisa mungkin ia tahan dengan megipas-ngipaskan tangan dan mendongakkan wajahnya. Rachel sudah menyiapkan mental untuk konsekuensi berbagi cerita kepada Raga, namun respon yang Raga berikan cukup membuat Rachel terkejut. Raga tiba-tiba saja bangkit dari kursi belajar dan memeluk Rachel. Raga lebih tinggi dari Rachel, walaupun Rachel juga terbilang sudah tinggi untuk ukuran wanita. Tangan Raga mengarahkan kepala Rachel untuk mencari tempat yang nyaman di dada bidang Raga. Rachel menunduk dan menenggelamkan wajahnya disana.
"Nangis aja sepuas lo. gue nggak liat nggak usah malu" ucap Raga sambil mengusap punggung Rachel dan sebelah tangannya mengelus kepala Rachel.
Rachel yang sudah lama tidak merasakan hangatnya pelukan pun menangis sejadinya. ia luapkan seluruh emosinya. Persetan dengan kaos Raga yag banjir air mata, ia hanya ingin di posisi ini lebih lama lagi.
🌻🌻🌻
TBC!!