Chereads / Bad Girl Story / Chapter 16 - chapter 16

Chapter 16 - chapter 16

Matahari bersinar dengan terang, udara pagi berhembus menerpa wajah Rachel yang masih saja terlelap. Dengan berat hati Rachel akhirnya membuka matanya dan beranjak untuk mencuci muka. Ia membuka pintu kamar dan mendapati Raga masih tertidur di sofa.

"Morning!!" kejutnya sambil menyibak selimut Raga. Damn, umpat Rachel dalam hati saat mendapati Raga dalam keadaan shirtless.

"Lo tidur se apart sama cewek yang bukan siapa-siapa lo anjritt. Pake baju elahh" Omel Rachel sambil memalingkan wajah ke samping.

"Apa?" tanya Raga sambil mengubah posisinya menjadi duduk.

"Pake baju, bugil mulu masuk angin bego"

"Gerah"

"Serah lo deh. Mau makan apa?" tanya Rachel sambil duduk disamping Raga

"Kenapa?"

"Nggak papa cuma tanya hahaha" jawab Rachel sekenanya, tampaknya tawa Rachel tidak menular ke Raga sehingga jatuhnya jayus. Ia pun segera mengalihkan topik pembicaraan.

"Ga, remote tv nya mana?"

Raga hanya mengedikkan bahu tanda tak peduli. Rachel menatapnya tajam sebelum kembali mengedarkan mata mencari remote tv. Ternyata remote tersebut ada di ujung sofa di sisi Raga.

"Ga, ambilin"

"Apa?"

"Remote tv nya, disamping lo tuh"

"Iya" jawabnya tanpa bergerak sedikitpun, matanya fokus kepada ponsel dan jarinya terus saja menari tanpa henti.

"Bullshit Iya iya doang" kesal Rachel.

"Bawel" Sahut Raga sambil sebelah tangannya meraba-raba sofa mencari keberadaan remot tersebut. Raga memberikan remote tersebut kepada Rachel dan kembali melanjutkan aktivitas gamingnya. Mereka larut pada kegiatan masing-masing hingga tanpa sadar matahari sudah semakin meninggi.

"Ga" panggil Rachel pelan.

"Hem" jawab Raga singkat

"Lo bisa berhenti main dulu nggak, gue mau ngomong bentaran" Setelah mendengar hal tersebut tanpa pikir panjang Raga langsung meletakkan ponselnya.

"Apa?"

"Gue disini tuh ngerepotin lu nggak sih?"

"Ck. Menurut lo?" Raga balik bertanya dengan sarkastik.

"Ngerepotin. Enggak juga si, eh ngerepotin, tapi Dikit. Dikit banget segini" Rachel mendekatkan ujung ibu jari dengan ujungg jari telunjuknya.

"Sekarang mau lo apa?"

Rachel menghela napas sebentar sebelum menjawab pertanyaan yang Raga lontarkan, terdengar ringan tapi berat untuk Rachel jawab karena sejujurnya Rachel tidak tahu ia harus bagaimana menjalani kehidupanya kini.

"Gue juga sebenernya nggak paham sama hidup gue sendiri. Gue nggak sekolah, nggak punya rumah, nggak punya duit, nggak punya keluarga, dan parahnya gue juga nggak punya temen. Gue cuma punya lo asal lo tahu. Nggak tahu deh sejak kapan hidup gue jadi se ampas ini. Dulu walaupun nggak ada orang disamping gue, gue masih ada duit. Temen, pacar, popularitas masih bisa gue pegang. Kalo lo jadi gue lo bakal apa?" jawab Rachel balik bertanya.

"Jalanin aja"

"Ck. Gampang banget lo ngomongnya. Susah Ga buat gue ngelanjutin hidup"

"Dibikin Gampang"

"Lo nggak tahu masalah gue apa. Gue nggak bakal bisa balik sekolah karena guee.. karena gue.. Anu" Rachel tidak jadi melanjutkan perkataannya, mana bisa ia memberi tahu Raga jika sebenarnya video tentang keburukannya sudah tersebar disekolah.

"Anu?"

"Ya itulah intinya hidup gue berat. Kadang gue sampe mikir gue harus bertrimaksih nggak sih sama lo karena udah nyelamatin gue waktu itu. Sebenernya keputusan gue buat hidup tuh bener nggak sih?"

"Jangan Bego" Raga menatap Rachel dengan tajam.

"Lah gimana lagi coba, yakalik aja gue numpang di apart lo terus sih. Ngerepotin amat hidup gue"

"Bayar kalo ada duit"

"Lo dengerin gue nggak sih? gue kan nggak punya duit." ujar Rachel geram.

"Kerja."

"Hah apaan? Kerja?" Rachel tak tahu apakah ada pekerjaan bagi orang sepertinya.

"Hem"

"Yadeh. By the way Bonyok lo tau nggak kalo gue disini?" tanyan Rachel penasaran.

"Nggak"

"Ohhh. Temen lo?"

"Nggak"

"Hemmmm. Cewek lo?"

"Nggak"

"Sialan. Lo punya cewek?" Rachel memelototkan matanya tak percaya, bagaimana bisa cowok yang sudah mempunyai pacar tinggal dengan cewek lain.

"Penting?" jawab Raga santai.

"Ya pen-" Ucapan Rachel terpotong karena tiba-tiba saja ada seorang cowok yang masuk ke dalam apartemen Raga. Dilihat dari perawakanya ia tak jauh berbeda dari Raga. Mungkin ia teman Raga karena bisa masuk apartemen Raga sesuka hati. Baik Rachel maupun cowok tadi sama-sama termenung.

"Ngapain?" Tanya Raga kemudian sambil memakai kaosnya.

"Ah apaan, nggak tahu lupa gue mau ngapain" Cowok tersebut kemudian menghampiri Raga dan Rachel yang duduk di sofa.

"Cabut lo"

"Widihh sans atuh nyet" Cowok tadi mengabaikan ucapan Raga dan kemudian duduk di single sofa.

"Parah lo njir. Anak orang lo ajak ngapain disini?" bisiknya ke telinga Raga. Raga yang mendengar hal tersebut langsung mendorong wajah cowok tersebut menjauh.

"Haii. Gue Dion temennya Raga"

Rachel yang merasa canggung dengan cowok tersebut hanya tersenyum kikuk.

"Nama lo siapa?"

"Gue Rachel"

"Ohh Rachel, namanya cantik ya kayak orangnya"

"Cabut!" ucap Raga tanpa basa-basi.

"Iya nyet ganggu bae. Rumah lo dimana Chel gue anterin sekalian" tawar Dion kepada Rachel.

"Eh, nggak usah" tolak Rachel.

"Nggak papa santai aja"

"Gue tidur sama Raga"

satu detik, dua detik, tiga detik. Hening. Dion tidak menyangka jika sohibnya yang kaku ternyata bisa bertindak sejauh ini. Sementara Raga menaikkan sebelah alisnya dan menatap Rachel. Rachel baru sadar jika kalimatnya ambigu ia pun segera menjelaskanya

"Eh bukan gitu. maksud gue nggak kayak yang lo pikirin kok"

"Gue mikirin apa coba?" goda Dion.

"Ahh nggak tahu pokoknya gue cuma numpang disini nggak lebih." jelas Rachel sebelum pergi masuk kedalam kamar.

Seperginya Rachel Dion segera menyerang Raga.

"Cantik anjrit. Boleh juga selera lo. pantes lo dikasih modelan Sasha nggak doyan ternyata lo nyimpen kayak ginian di rumah. Nggak se seksi Sasha sih tapi cuman liat bentar aja udah pengen gue makan tuh cewek. Lo udah ngapain aja, nggak yakin gue kalo dia lo anggurin juga" cecar Dion tanpa berhenti.

"Apaan bangsat"

"Halah. Jujur aja. Raga yang gue kenal anti banget sama cewek. tapi gue liat sendiri lo shirtless didepan dia"

"Nggak jelas lo"

"Ya ya ya Gue seneng lo udah bisa lupain dia bro. Gue cabut duluan" pamit Dion kemudian.

Raga terdiam, ia kembali teringat dengan seseorang yang sudah beberapa hari ini ia lupakan. Dion sialan, batinnya.

"Ga, Raga" panggil Rachel sembari menyenggol lengan cowok tersebut.

"Apa?"

Ngelamun aja lo, mikirin apaan?" tanya Rachel.

"Nothing"

"Yang tadi temen lo kan. Gimana coba kalo lo ntar dapet masalah karena gue?"

"Nggak akan"

"Ohhh. Okedeh"

🌻🌻🌻

TBC!!