Dewi fortuna lagi-lagi tidak berpihak kepada Rachel, pagi ini ia bangun terlambat dan harus berpacu dengan waktu untuk tiba di sekolah. Sialnya mobil yang ia kendarai mendadak berhenti di tengah perjalanan.
"What the fuck kok bisa-bisanya kehabisan bensin coba?" gerutu Rachel sambil memukul kemudi mobilnya. Ia kemudian meraih tasnya dari kursi penumpang dan dengan kesal keluar dari mobil. Saking kesalnya Rachel sampai menendang ban depan mobilnya, bukanya lega kakinya justru menjadi sakit sendiri.
"Sialan gue kira sepatu mahal nggak bakal ngerasain sakit kalo buat nendang ban Mobil"
TIINNN!!
"Anjing kodok brengsek"
"lo pikir ini jalan punya nenek moyang lo nglakson orang seenak jidat!!" geram Rachel sambil membalikkan tubuhnya. Ternyata dia adalah seorang cowok dengan almamater senada.
"Mikir dong lo jangan asal nglakson"
"Kuping gue sakit nih. Tanggung jawab"
"Anterin gue ke sekolah"
'Buruan dong mata lo nggak liat kalo sekarang udah nampol"
Rachel tak henti-hentinya mengomel hingga si empunya motor membuka helm full face nya. Mampus. Ternyata orang yang baru saja ia sumpah serapahi adalah Dafa. Si ketua osis Jakarta International School.
"Gue nggak ngira lo bakal se agresif ini" ujar Dafa sambil tersenyum miring.
"Apaan" jawab Rachel datar.
"Buruan naik keburu telat"
Rachel hanya mematung di tempatnya tanpa beranjak sedikitpun
"Kalau nggak mau yaudah gue jalan dulu" saat Dafa baru menstarter sepeda motornya Rachel sudah buru-buru nangkring di jok belakang. Membuat Dafa senang dan segera melajukan motor sportnya.
Pak satpam sudah hendak bersiap menutup gerbang sekolah setibanya Rachel dan Dafa. Beruntung Dafa sudah cukup akrab dengan pak satpam jadi beliau menunggu Dafa masuk terlebih dahulu sebelum menutup full pintu gerbang. Walaupun gerbang hampir di tutup tapi situasi di halaman dan koridor sekolah masih di tergolong ramai oleh rama siswa yang berlalu lalang. Dan tak butuh waktu lama bagi Dafa dan Rachel untuk menjadi pusat perhatian. Rachel buru-buru turun dari motor setibanya di parkiran dan segera pergi ke kelasnya.
"Wusss nyantai aja dong kayak abis di kejar-kejar aja" celetuk Lala dari tempat duduknya.
"Emang iye"
"Eh seriusan lo dikejar apaan? Setan?"
"Haters"
"Lah bangke"
"Apa? Emang gue salah"
"Jelas salah bego"
"Berisik lo pada Mrs.Bety dah dateng tuh" lerai Cheryl seraya membalikkan tubuh Lala supaya kembali menghadapi ke depan.
Rachel, Cheryl, dan Lala berjalan beriringan menuju kantin. Sepanjang koridor mereka selalu menjadi pusat perhatian hingga terkadang mereka risih dengan tatapan-tatapan itu.
"Udah biarin aja. Duduk di situ aja gimana?" tawar Cheryl
"Yuk ah"
Mereka bertiga duduk di sudut kantin, sambil menunggu makanan mereka tiba Rachel dan kawan-kawannya mengobrol ringan.
BRAKK!!
Tiba-tiba meja Rachel di gebrak oleh seorang siswi yang di belakangnya ada dua orang siswi lain. Rachel menilik identitas mereka dan yeah mereka anak kelas XII.
"Oh elo yang namanya Rachwl. Nggak usah sok kecantikan deh lo. Nggak usah keganjenan sama cowok gue. Lo pikir lo siapa sampe minta berangkat bareng Dafa" bentak cewek tersebut. Rachel, Cheryl, dan Lala yang terusik pun akhirnya berdiri.
Rachel menahan Cheryl dan Lala yang sudah bersiap. mencak-mencak, ia kemudian menatap tajam mata kakak kelasnya tadi.
"Sebelumnya maaf ya sist sebelum lo bacot nggak jelas lebih baik gue jelasin fakta nya aja"
"Bacot lo bil-"
"Pertama, Gue, Jocelyn Rachel Siregar, emang terlahir cantik. Kedua, Gue, Jocelyn Rachel Siregar, nggak pernah keganjenan. Ketiga, gue, Jocelyn Rachel Siregar, nggak pernah minta berangkat bareng Dafa. So, gue minta lo buat nggak ngerecokin makan siang gue lagi. Terimakasih." Ucap Rachel jelas dengan penuh penekanan di setiap katanya.
Cewek tadi pun diam seribu bahasa karena tak tahu harus menjawab apa, karena emosi yang sudah meluap-luap dia hendak memukul Rachel namun ditahan oleh salah satu temannya. Ya, mungkin dia sudah cukup tahu siapa geng lawan yang di hadapi oleh karibnya.
Sementara itu Rachel, Cheryl, dan Lala hanya duduk diam di bangku kantin. Mereka sudah tidak selera untuk menghabiskan makanannya.
"Maksudnya apasih tuh cewek nggak jelas banget pake acara ngelabrak orang" ujar Lala kemudian.
"Mana gue tahu. Tapi lo beneran berangkat bareng Aldo Chel?" tanya Cheryl
Rachel hanya mengangguk singkat.
"Seriusan lo?" tanya lala heboh
"Seriuslah, tapi gue nggak minta anter dianya yang nawarin. Oke in aja kan"
"Oh"
"Balik ke kelas aja yuk nggak mood nih gue" pinta Rachel yang disetujui kedua temanya.
Rachel, Cheryl, dan Lala ngetem dulu di depan aula sepulang sekolah. Hari ini Rachel tidak membawa mobil sehingga ia harus mencari tumpangan.
"Btw lo mau bikin perhitungan ke Nining kapan Chel?" tanya Cheryl sambil menyesap ice coffenya
"Besok kalik"
"Enaknya diapain ya? Nih anak di diemin lama-lama makin ngelunjak"
"Bener tuh La. Gimana kalau kita sikat di kamar mandi belakang aja. Kan sepi tuh" tawar Cheryl.
"Briliant"
"Pulang sama siapa lo pada? Gue mau bimbingan"
"Sama cowok gue lah"
Di saat Rachel tengah berbincang-bincang sembari menunggu Aldo untuk pulang bersama tiba-tiba Dafa datang dan menawarinya tumpangan.
"Ayo Chel gue anterin balik"
"Eh" jawab Rachel spontan
"Kan lo tadi berangkat sama gue, ya udah tanggung jawab gue juga buat nganterin lo balik"
"Oh itu. Nggak usah gue balik sama cowok gue aja"
Ekspresi kecewa jelas terlihat dari ekspresi Dafa yang membuat Rachel sedikit canggung.
"Eh Ryll, elo jadi ikut bimbingan nggak? Kalo jadi ikut sih Lala biar dianter pulang sama Dafa aja. Iya kan Daf?" Tawar Rachel
"Eh apasih Chel. Gue bisa kok nunggu Cheryl" tolak Lala sambil sedikit tersipu.
"Ayolah ya kalik lo nunggu sampe lumutan sendirian. Gimana kalo Dafa nemenin lo?"
"Emang kak Dafa mau?"
"Tanya aja sama orangnya. Gue jamin nggak bakal nolak deh. Ya kan?"
"Oh iy-iyaa"
Setelah mengatakan itu Rachel pamit pulang dengan Aldo terlebih dahulu.
Lala dan Dafa tidak terlibat pembicaraan sedikitpun, keduanya hanya diam dan fokus pada ponsel masing-masing. Tapi percayalah jika saat ini jantung Lala berdebar tidak karuan.
"La"
"Kak"
Keduanya bertanya dalam waktu yang bersamaan.
"Lo duluan aja" ujar Lala
"Oh ok. Gue mau nanya lo deket sama Rachel dari kapan?"
"Eh Rachel yaa.. Kita deket sejak masuk JIS sih"
"Lo tau nggak Rachel sama cowoknya udah jadian sejak kapan? Atau lo tau nggak mereka berdua tu sedeket apa"
"Setau gue sih mereka udah jadian sejak SMP. Hubungan mereka juga ok ok aja"
"Gue suka sama dia"
"huk huk huk suka sama siapa?" Lala terkejut hingga terbatuk-batuk
"Gue suka sama Rachel. Lo bisa kan bikin gue deket sama dia"
"Ha-ha-ha bisa—kok" Jawab Lala sok tegar. Saat ini hati nya cukup sakit karena bagaimanapun Dafa adalah orang yang sudah di sukainya dan ia sudah berkali-kali mencari perhatiannya. Tapi sekarang dia malah menyukai temannya sendiri bahkan meminta bantuan darinya untuk bisa dekat dengan cewek yang diaukainya. Oh god leluconmu sungguh menggelikan.
"Btw lo tadi mau ngomong apa"
"Oh eh enggak kok. Nggak penting"
"Ok"
Lala dan Dafa pun kembali terdiam sebelum Lala memutuskan untuk pulang duluan dengan taksi.
Esok harinya seperti yang telah direncanakan diam-diam Rachel Cs membuntuti Nining saat keluar dari kelas. Beruntung saat ini kelas sedang jam kosong jadi mereka dapat dengan mudah menjalankan aksi mereka. Rachel membekap mulut Nining dan menutup mata Nining dengan sehelai kain hitam tanpa sepengetahuan Nining kemudian menyeretnya ke kamar mandi belakang sekolah yang Terbilang sepi karena jarang di gunakan kecuali jika ada event-event tertentu di area belakang sekolah. Sesampainya disana Rachel melepas bekawan mulut Nining dan mengikat kecuali tangannya.
"Kamu siapa? ngapain bawa aku ke sini? Ini dimana?" tanya Nining gemetaran
"Aku mohon jangan ngapa-ngapain aku. Ibuku sakit dan aku punya adik yang masih kecil-kecil di rumah"
"Tolong siapa pun kamu lepasin aku. Aku mohon" Nining semakin kelimpungan, tangannya meraba-raba dan akhirnya ia dapat meraih tangan seseorang.
"Aku mohon lepasin aku. Aku nggak tau punya salah apa ke kamu sampai kamu giniin aku tapi aku mohon tolong lepasin aku" pinta Nining sambil menangis sesenggukan.
"Lepasin!!" Rachel mengempaskan tangan Nining hingga Nining terhempas dan kepalanya membentur dinding.
Meskipun kepalanya terasa sakit Nining menguatkan diri untuk berdiri dan kembali berjalan sempoyongan ke tempat Rachel tadi berdiri.
"A-aku tahu kamu Rachel. Rachel tolong maafin aku kalau aku punya salah"
Plakkkk!!
"Elo itu harus dikasih pelajaran dulu biar tahu diri. Gue udah sering ngingetin lo buat jauh-jauh dari hidup gue tapi lo terus dorong gue ke dalam masalah"
"Maafin aku kalo ternyata yang aku lakuin itu salah Chel. Aku mohon lepasin aku"
Plakkk!!
"Orang kayak elo nggak pantes dapet maaf dari gue"
"Aku janji nggak bakal ikut campur ke dalam hidup kamu lagi Chel"
Plakkk!!
"Orang kayak elo sampai kapanpun nggak akan pernah bisa berubah so lebih baik lo nikmatin aja hadiah dari gue"
Nining yang semula Tergugu di lantai dijambak rambut nya oleh Rachel kemudian di celupkanya kepala Nining kedalam wastafel.
"Rach blup blup blup.. Tol blup blup blup"
"Mampus lo"
Mungkin karena sudah terlalu banyak meminum air dan kesulitan bernafas perlawanan Nining berkurang dan tubuhnya mulai lemas. Setelah Rachel menyadari jika nafas Nining melemah dia pun segera menjambak rambut Nining dan mengeluarkan kepalanya dari air. Rachel melepaskan ikatan tangan Nining dan meninggalkan Nining terkapar di dalam kamar mandi.
"Seenggaknya gue nggak mau mengotori tangan gue buat bunuh lo Ning".
Rachel, Cheryl, dan Lala kemudian kembali ke dalam kelas tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Rachel cukup lelah hari ini, tapi setidaknya dia sudah puas melampiaskan amarahnya kepada Nining. Ia sudah bersiap-siap untuk berendam akan tetapi rupanya ia menerima tamu. Dengan kesal Rachel membukakan pintu apartemen.
"Maaf non saya ke sini cuman mau nyampaiin pesen dari tuan kalau non di minta buat dateng ke rumah malam ini" ujar Pak dedi sopir keluarganya.
"Ngapain ya pak? nggak biasanya" jawab Rachel keheranan.
"Saya juga kurang tahu non, daripada penasaran mending entar malem non datang sendiri ke rumah"
"Yasudah pak terimakasih"
Rachel menghempaskan tubuhnya ke kasur jujur dia bertanya-tanya dalam hati. Dia baru menyadari jika selama dia bersekolah di JIS dia belum berinteraksi dengan keluargamu sedikitpun.
"Ngapain ya papa nyuruh gue ke sana?"
Tanya Rachel pada dirinya sendiri.