Hari ini adalah hari terakhir MOS, Rachel dan anak-anak seangkatanya sudah berkumpul di halaman sedari tadi. Tak sedikit dari mereka yang sudah terlihat lelah meskipun acara hari ini bahkan belum sempat dimulai. Sebagian besar anak baru kemarin menerima hukuman karena ketahuan memalsukan tanda tangan. Ada yang harus berlari, push up, berjalan jongkok, menyanyi dan masih banyak jenis hukuman lainnya.
"Untung aja kemarin kita nggak kecyduk" ucap Lala sambil bertopang dagu
"Kecyduk juga nggak papa. Emang ada yang berani ngehukum gue?" jawab Cheryl menyombongkan diri.
"Gaya lu neng"
"Yaa kalau mau nyoba ditendang dari sekolah ini sih ya biarin pada belagak ngehukum gue deh ya. Gue itu aset berharga tau"
"Ok. Gue Aduin mampus lo"
"Aduin aja, emang gue pikirin"
"Aishh mulut lo pada bisa diem nggak sih, Pusing nih kuping gue" ujar Rachel melerai kedua temanya yang tak henti-hentinya adu bacot..
"Cheryl tuh yang mulai"
"Eh si bego, elo tuh yang mulai"
"Bodoamat. Btw siapa tuh orang yang lagi bacot di depan. Boleh juga" celetuk Lala sambil mengalihkan pandangannya ke mimbar.
"Mana gue tau, beningan Aldo sih kalo kata gue"
"Eh lo nggak tahu Chel? Bukanya lo udah dapet tanda tangannya dia?" Tanya Cheryl memastikan
"Emang dia siapa ryll? Kayaknya oke juga buat gue"
"Ngarep lo. Dia itu ketos angkatan ini. Denger-denger sih most wantednya JIS mana mau sama upil badak"
"Jahat lo. Down nih gue"
"Sabar La sabar. Cheryl emang gitu kalau ngomong suka bener"
"Anjerr. Gue mutilasi lo pada"
"Sebahagia lo"
"Eh udahan nih acaranya. Mau kemana dulu?" tanya Cheryl kepada Rachel dan Lala setelah acara MOS ditutup oleh ketua panitia penyelenggara
"Gue mau nyamperin Aldo dulu. Bye bitch"
"Yeee eek lu"
Aldo dan Rachel kini sudah berada di dalam kantin, mereka baru saja melihat daftar pembagian kelas yang tertempel di mading.
"Yah kita nggak sekelas lagi Do" ujar Rachel agak sedih
"Kamu maunya gimana?" Aldo langsung mengalihkan pandangan untuk menatap Rachel
"Ya mau sekelas sama kamu lah"
"Yaudah ntar aku urus"
"Eh nggak usah. Biarin aja. Toh kita udah pernah jalanin hubungan kaya gini"
"Iya tapi kamu nggak boleh curiga-curiga kaya dulu lagi pokoknya. Aku itu cuman suka kamu Chel"
"Ututu iya-iya, sorry deh kalo gitu"
Mereka berdua pun menghabiskan makanan mereka sebelum pulang ke rumah masing-masing.
Pagi ini Rachel benar-benar merasa sial, dia baru bangun pukul 07.30 WIB dan mobil semata wayangnya tidak mau menyala. Alhasil ia pun harus memesan taksi online dan terlambat sampai di sekolah.
"Yah gerbangnya udah di tutup aja bangke" gerutunya dari kejauhan
Akhirnya ia memutuskan untuk memanjat pagar belakang sekolah yang notabene lebih rendah. Sialnya tak jauh dari tempatnya berada ada sekelompok guru yang mengadakan inspeksi di area sekolah. Dengan berhati-hati ia mengendap dan memilih jalan memutar untuk sampai di kelasnya, jadi dia terpaksa untuk melewati meja piket guru. Rachel sudah was-was jika saja ada guru yang bersiaga di sana namun syukurnya meja piket sepi tidak ada seorangpun yang menjaga.
"Asik. Berkah anak shol-". Ucapan Rachel berhenti karena tiba-tiba ada yang menyentuh bahunya. Sialan anjing setan siapa nih mampus gue, racaunya dalam hati. Rachel pun berbalik dan mendapati seorang cowok di sana, Dafa si ketua osis.
Tanpa adanya aba-aba dafa menarik tangan Rachel dan membawanya ke belakang tangga.
"Ngapain lo masih di sini?" tanya dafa dengan berbisik
"Untung Lo ketemunya gue bukan orang lain. lo jalan aja ke sana terus tas lo taruh aja di ruang OSIS biar kalo ketemu guru lo nggak ketauan telat. Trus lo masuknya kalo kelas lo lagi kosong. Nih kuncinya" jelas Dafa panjang lebar yang membuat Rachel agak bingung mendengarnya.
Rachel menyambar kunci ruang osis yang dafa berikan dan langsung bergegas mengikuti intruksi yang Dafa berikan. Sebelum masuk ke dalam kelas Rachel mampir dulu di toilet untuk menanyakan sikon di dalam kelas. Untungnya Lala segera membalas. pesanya.
Rachel Siregar : Woi di kelas ada guru nggak?
Chrestella Paula : Nggak ada. Dari mana aja lo bitch?
Rachel langsung saja melesat ke dalam kelas tanpa membalas pesan Lala, untung saja ia kemarin sempat mengecek letak kelasnya jadi hari ini ia tidak perlu repot-repot memeriksa denah sekolah.
"Akhirnya sampai juga" ujar Rachel setelah membuka pintu kelasnya, ia segera menuju bangku tempatnya duduk.
"Eh bangke darimana aja lo? Jam segini baru berangkat?" cecar Lala sesaat setelah Rachel duduk.
"Bentaran njir. Bagi minum dong capek gue"
Setelah menenggak habis satu botol air mineral yang Lala berikan Rachel berniat menceritakan kejadian yang ia alami namun baru saja hendak membuka mulut, seorang guru sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kelas membuat suasana kelas kembali hening. Melihat keberadaan Rachel yang semula tak ada membuat sang guru bertanya kepadanya.
"Hei kamu yang dibelakang. Kamu darimana saja. Mengapa baru masuk kelas?"
Rachel sempat berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan guru tersebut. Untung saja dia sudah memiliki basic penipu sejak dini jadi hal seperti ini bukan masalah besar baginya.
"jadi gini bu, sebenarnya saya tadi pagi berniat ke ruang wakasek untuk mengumpulkan beberapa dokumen yang belum lengkap. Tapi ternyata masih ada dokumen yang tertinggal di rumah jadi terpaksa saya harus menunggu kakak saya mengantar ke sini. Maaf bu saya tadi masuk saat ibu sedang tidak berada di kelas" jawabnya spontan.
"Oh yasudah. jangan diulangi lagi, lain kali kamu harus lebih teliti. Baiklah mari kita lanjutkan pelajarannya"
Rachel menghembuskan nafas lega sebelum kembali duduk.
Saat ini Rachel dan Aldo sedang menelisik setiap inchi bangku kantin untuk mencari tempat kosong, beruntung Cheryl dan Lala sudah menyiapkan bagiku bagi mereka. Sebenarnya cukup canggung bagi Aldo untuk bergabung dengan mereka, sehingga ia memilih untuk bergabung dengan teman-temannya di sudut kantin.
"Eh Chel ceritain dong soal lo tadi pagi" pinta Lala menuntut penjelasan.
"Elo mahh.. Gue laper nih mau makan" tolak Rachel seraya memasukan satu suap nasi kedalam mulutnya. Merasa geram Lala pun mengambil pipinya dan menjauhkanya dari hadapan Rachel.
"Haha.. Haphahan hih. Hayikin bhehok. Huk uhuk uhuk!!"
Rachel tidak sengaja tersedak saat sedang bicara, untungnya ada Cheryl yang berbaik hati menyodorkan minum untuknya.
"Sialan. Kalo gue mampus gimana bego?"
"Makanya cerita dulu dong Rachel ku sayangggg"
"Bawel lo. Jadi tuh tadi pagi gue bangun kesiangan trus tiba-tiba mobil gue mati dong anjir. Yaudahlah gue pesen taksi online. Nah berangkat deh gue ke sekolah tapi pas sampe sini gerbang udah ditutup. Kan anjir banget. Untungnya gue ada bakat istimewa dari lahir jadi gue panjat dong tembok belakang sekolah dan sialnya nih cuy ada inspeksi dadakan di gedung belakang sama guru BK. Mampus citra gue bisa jelek dong secara gue cakep gini masak hari pertama udah dicap kriminal sih nggak trima dong gue. Yaudah gue muter lah lewat meja piket dan kucing-kucingan dulu sama guru yang naudzubillah bejibun di koridor" jelas Rachel kelewat panjang kali lebar tersebut.
"Anjing santai aja kali ngomongnya, nyerocos bae kaya toa emak-emak"
"Btw tas lo kemana, lo tadi kayaknya masuk Lurus-lurus aja" tanya Cheryl kemudian.
"ASTAGA TAS GUE". Rachel menepuk sifatnya dan bangkit dari bangku kantin.
Rachel berjalan menyusiri koridor menuju ruang osis, ia merasa risih karena sepanjang jalan ia selalu di tatap oleh senior-seniornya. Penampilannya tentu cukup mencolok untuk ukuran anak baru. Apaansih nggak pernah liat orang cakep apa, kalo rame gini gimana gue masuknya coba. Batinnya dalam hati. Saat dia sedang sibuk mengumpat dalam hati tiba-tiba terdengar suar seseorang yang memanggilanya.
"Rachel"
Rachel pun langsung berbalik dan sudah ada Dafa disana. Dafa mengedipkan sebelah matanya dan mengkode Rachel untuk menghampirinya. Tak ada pilihan lain, Rachel pun berpasrah untuk mengikuti maunya.
"Gue udah selesai liat daftar anak yang kemarin ngelanggar aturan pas MOS, jadi lo bisa ambil lagi buku sama tas lo yang kemarin belum di kasih balik. Oh ya ntar lo buat salinan softfile nya terus lo kasih ke sekertaris osis"
Setelah berucap demikian Dafa langsung pergi dan Rachel segera masuk ke dalam ruang OSIS. Beruntung ada Dafa disana jadi dia tidak jadi terjebak disituasi yang menyulitkan dan dapat kembali tepat saat bel masuk kelas berbunyi.
Sepertinya sifat malas Rachel sudah mendarah daging sehingga saat ini pun ia enggan mendengarkan penjelasan guru dan memilih menyumbat telingannya dengan earpod. Rachel baru saja hendak meletakan kepalanya tapi aksinya harus terhenti karena ada seorang siswa yang melaporkannya. Nining.
"Rachel!! Kenapa kamu tidak mendengarkan penjelasan ibu?. Jadi kamu sudah merasa pintar?. kalau begitu keluar kamu dari kelas dan buat resume jawaban soal-soal yang ada di buku paket mengenai bab eksponensial. Ibu tunggu minggu depan!!"
Rachel tertangkap basah oleh guru killer dan tidak diberi waktu untuk menyangkal sedikitpun, sehingga kini ia harus terusir dari kelas dan terdampar di depan kelas. Sungguh saat ini Hatinya sangat penuh umpatan untuk Nining.
Kantin sudah pasti tidak memungkinkan menjadi tempat persembunyianya, ia sekarang tidak punya arah yang hend hendak ia tuju. Ia pun memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, tidak ada tempat lain yang aman baginya kini. Rachel mengambil sebuah buku dan ia telungkupkan diatas kepalanya. Dia sangat lelah dan ingin menghabiskan waktu seharian ini untuk tidur, tapi baru saja ia menguap tiba-tiba ada seseorang yang membelai rambutnya.
"Eh anjing" Rachel menoleh cepat dan tepat didepan wajahnya terdapat wajah seorang cowok.
"Ish Aldo apaan sih. Ngagetin tau nggak" gerutu Rachel sambil memanyunkan bibirnya.
"Maaf lah. Kamu kenapa hei, kok sensi banget sih?" Aldo yang heran kemudian mengambil duduk di samping Rachel.
"Iya iya aku sensi. Yaudah sana pergi yang jauh nggak usah balik"
"Apasih.. Please cerita dong biar aku ngerti"
"Ya menurut kamu aja. Masa aku dikeluarin dari kelas dan suruh ngeresume jawaban soal satu bab. Nggak waras tuh guru" jelas Rachel sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Aldo.
"Kok bisa? Emang kamu ngapa-"
"Udah deh do, aku lagi males banget. Please kamu tinggalin aku sendiri dulu ya?"
"Hemm. Kalo ada apa-apa bilang aku"
"Hem okay"
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Rachel dengan sengaja meminta Cheryl dan Lala pulang terlambat untuk membantunya memberi pelajaran kepada Nining. Tentu dengan senang hati mereka berdua menyanggupi. Rachel dan teman-temanya kini sedang menunggu Nining lewat sepulang sekolah. Menurut informasi yang Rachel dapat, rumah Nining berada di daerah pinggiran dan pulang pergi sekolah mengendarai sepeda melewati jalan yang terletak di belakang sekolah. Jalanan itu membelah kebun yang di tumbuhi pepohonan cukup rimbun sehingga cukup mendukung rencana Rachel. Benar saja, beberapa saat kemudian Nining lewat dengan mengendarai sepedaNya.
"Berhenti lo!!" Teriak Rachel, dan saat tu juga Nining berhenti menggowes sepedanya.
"Turun lo" titah Rachel kemudian.
Nining pun segera menurutinya dan turun dari sepeda.
Sejurus kemudian sepeda tersebut sudah berada di tangan Lala dan ia bawa menuju seberang jalan. Dan tanpa di duga-duga Lala mendorong sepeda Nining ke dalam jurang yang dialiri jeram cukup deras.
"SEPEDA AKU. SEPEDA AKU KENAPA KALIAN BUANG KE SITU?!!" teriak Nining histeris.
Rachel berjalan ke arah Nining, setibaya di depan Nining ia tersenyum sebentar sebelum..
PLAKKK!!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Nining. Nining yang tidak siap pun refleks tersoyong ke samping dan meringis kesakitan.
"LO PURA-PURA BEGO APA GIMANA?? GARA-GARA MULUT LO INI GUE JADI KENA HUKUM ANJING!! LO MASIH NGGAK TAHU SALAH LO APA?? INGET YA!! JANGAN PERNAH CARI GARA-GARA LAGI SAMA GUE. KALAU LO MASIH ADA NYALI BUAT NGUSIK GUE, LO BAKAL LIAT SENDIRI AKIBATNYA!!"
Setelah mengatakan itu Rachel. Cheryl, dan Lala segera pergi dari tempat itu, meninggalkan Nining yang tengah menangis tersedu-sedu.