Chereads / Bad Girl Story / Chapter 3 - chapter 3

Chapter 3 - chapter 3

Rachel kini tengah duduk di bangku depan ruang BK, dia memutuskan untuk datang kesini setelah Alex tadi memberitahu dirinya bahwa Papanya sudah sampai di rang BK. Tapi mengapa sudah hampir 1 jam Papanya tak kunjung keluar? Apakah Bu Retno membeberkan semua ulahnya sejak kelas VII?. Oh god kalau benaran gitu sih sampai gajah bertelor juga kagak kelar-kelar. Racaunya dalam hati. Jujur dia merasa sedikit khawatir, khawatir kalau dia benar-benar di drop out dan mencoreng nama baik Papanya yang mungkin saja akan semakin merenggangkan hubungan mereka berdua.

Tiba-tiba seluruh pikiranya teralih saat pintu ruang BK terbuka dan menampilkan sesosok lelaki paruh baya yang nampak familier bagi Rachel, tapi sayang lelaki tersebut bukan Papanya. Rachel mengernyit berusaha mengingat siapa orang yang kini berada di hadapanya.

"Om Richard?" Tanyanya sedikit ragu. Rachel ingat kalau dia bertemu Om Richard, asisten Papanya disaat Papanya menggelar acara bisnis di rumahnya, dulu, dulu sekali saat Rachel masih kecil.

"Oh Rachel, iya Om yang terpaksa ke sini soalnya Papa kamu sedang ada meeting dengan klien penting di Bandung. Kalau begitu Om pamit dulu ya" Om Richard berlalu dari pandangan Rachel.

Meeting klien penting? Bukanya Papa available terus dirumah buat jaga Mama? Dulu aja Papa bela-belain pulang dari acara tender cuma gara-gara dipanggil wali kelas Regan pas SD. What the fucking bullshit now? Anak pulung kali gue nih. Beragam pertanyaan mulai bermunculan memenuhi otak Rachel, berdesak-desakkan meminta giliran untuk dijawab. Tak ada satupun pertanyaan yang terjawab, justru ada satu pertanyaan yang merajai seluruh akalnya kini. Apa sih salah gue sebenernya?. Wajahnya yang sedari pagi ditekuk kini nampak semakin kusut saat masuk ke dalam kelas, cukup untuk manarik perhatian Luna dan Grace.

"Apa banget dah muka lo tuh Chel?" tanya Luna saat Rachel duduk dibangkunya, tepat di belakang tempat duduk Luna dan Grace.

"Di tagih kali sama mpok ipeh suruh bayar utang.. Hahaha" Grace menyambar pertanyaan Luna bermaksud untuk mencairkan suasana yang suram tapi malah mendapat jitakan dari Luna.

"Apaan sih Grace, gue lagi pusing nih. Jauh-jauh sono". Rachel mengibaskan tangannya ke arah Grace sebelum membenamkan kepala di lipatan tangannya.

Grace berusaha membangunkan Rachel dari tidurnya dengan menyenggol sikunya pelan, Jangankan bangun bergerak pun tidak. Sumpah ni orang udah bego, tidur kaya orang mati lagi. Grace menyerah akhirnya dia berbalik dan meminta Luna mencoba membangunkan Rachel.

"Woi kebo bangun.. Bu Endang ngeliatin lo tuh" Luna berbisik tepat didepan Rachel

sambil menggoyangkan tangannya. Setelah beberapa saat akhirnya Rachel mendongak sebentar, tapi setelah itu ia kembali membenamkan wajahnya, miring ke samping. Mencari tempat ternyaman.

Luna mendengus sebal akhirnya dia berbalik, dan tepat saat itu matanya bertemu dengan mata bu Endang yang menatap ke arahnya. Sial ternyata dari tadi Bu Endang memperhatikan gerak-gerik 3 siswi itu. Bu Endang berjalan ke arah mereka, tidak, lebih tepatnya berjalan ke arah Rachel. Ketukan pantofel yang Bu Endang kenakan konstan dan berirama membuat tidur Rachel semakin lelap hingga tiba-tiba sebuah penghapus papan tulis meluncur dari tangan Bu Endang dan membentur dinding yang ada di hadapan Rachel. Rachel Refleks menegakkan tubuhnya dan matanya terbuka sempurna. Rachel melirik ke samping dan akhirnya menemukan biang keladi dari semua ini, Endang Setyorini, guru sialan.

Terik matahari tak henti-hentinya menyapa kulit Rachel, membuat si empunya bermandikan keringat. Rambutnya yang biasa tergerai sudah dia ikat sedari tadi saking gerahnya. Sudah berjam-jam dia berdiri di depan tiang bendera siang ini dengan ditemani Bu Retno yang mengemban amanah dari Bu Endang. Tapi guru itu tak kunjung beranjak juga. Apakah dia tidak bosan?.

"Ngelamun aja neng" Aldo membuyarkan lamunan Rachel karena dia dengan sengaja menempelkan minuman dingin ke pipinya.

"Ish apa-apaan sih Do. Kalau Bu Endang liat gimana?" tanya Rachel was was sambil melirik kanan-kiri, untung saja Bu Retno sudah tidak ada.

"Ya elah santai aja kali Chel, tumben-tumbenan kamu nurut buat dihukum, kenapa?" tanya Aldo sambil menuntun Rachel untuk duduk di tepi lapangan.

"Lagi nggak mood aja" jawab Rachel asal walaupun tidak sepenuhnya salah, mood Rachel hari ini memang buruk, sangat buruk. Aldo hanya berdeham singkat seraya menyodorkan satu botol air mineral yang sudah Aldo bukakan tutupnya.

"Makasih Do" Rachel menyunggingkan senyum manisnya sebelum meraih minuman tersebut dan menegaknya. Moodnya sudah membaik, bahkan kini dia merasa sangat bahagia karena ada Aldo disebelahnya, Aldo memang moodboster andalan.

Rachel mengenakan seatbeltnya dengan senyum yang terus mengembang. Dia sangat senang karena hari ini bisa pulang bersama Aldo. Sebenarnya bisa aja Aldo mengantar jemput setiap hari, tapi itu pasti terlalu merepotkan Aldo karena rumah mereka berlawanan arah.

"Mau kemana?" Tanya Aldo memecah keheningan. Rachel yang tadinya sedang sibuk memilih saluran radio mobil langsung menghentikan kegiatanya.

"Pulanglah, emang kenapa?" Rachel menoleh ke arah Aldo yang sedang fokus mengemudikan mobil.

"Siapa tahu mau mampir kemana dulu gitu" jawab Aldo tanpa menolehkan kepalanya. Rachel tahu kalu sebenarnya di usia mereka kini belum boleh mengemudikan kendaraan lebih-lebih mobil, jadi Rachel tak mempermasalahkan sikap Aldo. Bagi Rachel Aldo kini adalah sosok yang sangat pacar-able, dia tidak melepaskan tanggung jawabnya untuk fokus mengemudi tapi dia juga tidak membiarkan Rachel boring. He is so sweet pekiknya dalam hati.

"Eh kok berhenti Do?" Rachel memasang wajah cengo karena tiba-tiba saja Aldo membukakannya pintu dan mobil sudah menepi di McD.

"Ayo makan"

Rachel tidak menolak saat Aldo menggenggam jemarinya sejak turun dari mobil hingga membawanya duduk di bangku yang terletak di sudut ruangan.

"Aku pesenin dulu" Rachel hanya tersenyum tipis.

Setelah menunggu cukup lama Aldo akhirnya datang membawa 2 buah nampan berisi makanan mereka. Cheeseburger, french fries, cola, dan ice cream. Tanpa Aldo sadari Rachel mengulum senyumnya karena tanpa dia duga kekasihnya itu masih hafal menu favoritnya kalau sedang makan di McD.

"Ada apasih dari tadi senyam-senyum mulu, kesambet setan mana kamu? Bilang aku". Rachel menoleh ke arah Aldo

"Emang kenapa Do?".

"Mau aku suruh tanggung jawab, abis kamu bukanya nyeremin malah tambah cantik" ucapan Aldo sukses membuat Rachel salting dia langsung menunduk menyembunyikan rona di pipinya.

Aldo tersenyum sekilas sebelum meraih tisu dan membantu membersihkan sudut bibir Rachel dari saus. Rachel yang diperlakukan seprti itu hanya tertegun, jika dibiarkan begini lama-lama dia akan mati meledak. Akhirnya Rachel meminta Aldo untuk mengantarkanya pulang.

Rachel menutup pintu apartemennya rapat-rapat. Setelah bersandar cukup lama di pintu dan menstabilkan detak jantungnya ia berteriak histeris.

"ALDOO RASANYAA GUEE MAUU MATII AJAA!!". Wajahnya masih memerah karena mengingat kejadian-kejadian yang baru saja ia alami tapi semuanya harus sirna karena ketukan pintu apartemennya. Baru saja mau membuka mulut untuk mengomel Rachel langsung dibuat bungkam, bagaimana tidak Aldo kini sedang berdiri di depan apartemennya dan langsung memeluknya.

"Kamu gapapa kan Chel, aku ada salah apa sama kamu? Kamu bercanda kan soal yang mau mati aja. Please bilang aja ada apa?". Aldo melepas pelukan dan beralih menatap Rachel.

Mampus gue mampus batin Rachel menjerit. Tanpa berlama-lama Rachel langsung menarik diri ke dalam apartemen dan menutup pintunya. Aldo sempat bingung tapi dia segera menyadari sesuatu. Pipi Rachel tadi sangat merah, dia sedang blushing karena....

"Ciee Rachel Blushing gara-gara Aldo Ciee" Aldo sengaja menggoda Rachel, dia sudah membayangkan ekspresi Rachel pasti sekarang sudah semerah kepiting rebus.

"ALDO SIALAN PULANG LO!! UDAH MALEM DI CARIIN BOKAP LO TUH!!" Teriak Rachel dari balik pintu.

"JANGAN KANGEN ALDO LOH, DIA EMANG GANTENGNYA MAKSIMAL" Aldo sudah menjauh tapi sebelum pintu lift tertutup dia masih mampu mendengar sumpah serapah yang Rachel lontarkan.

Pagi ini Rachel dengan semangat melangkahkan kakinya ke meja patry, semalam jantungnya dipacu untuk bermaraton selama bertukar pesan dengan Aldo. Alay memang tapi itulah yang kini Rachel rasakan. Dia berencana untuk membawakan pujaan hatinya itu bekal. Terlalu beresiko jika Rachel menyiapkan bekal dengan sentuhan bumbu dapur, jadi ia berniat membawakan bekal berupa sandwich saja. Rachel melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, sudah pukul 06.15 WIB Aldo pasti sudah bersiap berangkat ke sekolah. Rachel mandi dan mengenakan seragamnya secepat kilat. Setelah itu, dia menyambar tasnya dan menyampirkan salah satu selempangnya di bahu kemudian bergegas ke sekolah.

Mobil Rachel mulai memasuki area parkir sekolah, nampaknya kehadiran jazz merah Rachel cukup menarik perhatian siswa-siswi yang berlalu lalang. Jarang sekali ada yang melihat Rachel sepagi ini disekolah, ya walaupun bel masuk tidak lama lagi berbunyi tapi saat ini sudah terhitung datang lebih awal bagi seorang Jocelynn Rachel Siregar yang notabene miss Late. Rachel bergegas menuju kelas Aldo dengan langkah rngan dan senyum yang tak kunjung pudar, bahkan sesekali dia melempar sapaan kepada siswa yang ia jumpa di koridor. Rachel mengabaikan bisik-bisik dan tatapan aneh dari para siswi yang berdiri di sepanjang koridor kelas, patung selamat datang biarin aja pikirnya.

Rachel melongokkan kepalanya ke dalam kelas. Ekspresinya yang secerah mentari kini berubah 180°. Wajahnya sangat suram. Dia melangkahkan kakinya menuju meja Aldo dengan wajah datar. Di hadapanya ada Aldo yang sedang menikmati cupcake dan di depan Aldo ada Rere, si cabe muka 2, yang sengaja membalik kursi agar bisa duduk berhadapan dengan Aldo. Sepertinya Aldo sangat excited sehingga tidak menyadari kedatangan Rachel. Rachel berdecak sebelum berdeham untuk menyadarkan Aldo akan keberadaanya. Aldo refleks menoleh dan cukup terkejut akan kehadiran Rachel.

"Eh ada kamu Chel, kapan masuknya kok aku nggak tau" tanya Aldo.

"Ya mana bisa ngeh kalau ada aku, kamu kan udah makan cupcake dari cabe muka 2, ada peletnya kalik" Rachel menjawab dengan ekspresi dan nada bicara yang sama, da—tar. Rere yang merasa tersindir pun hanya melirik Rachel tajam sebelum akhirnya menarik diri dari hadapan Aldo.

"Oh iya Chel, ngapain pagi-pagi kesini? Nggak biasa banget" Aldo bertanya dengan hati-hati, takut menyinggung Rachel. Tapi Rachel tetap Rachel moodnya sudah buruk dan tidak bisa mentolerir lagi

"Kenapa? Emangnya salah aku kesini pagi-pagi?".

"Ehm bukan gitu Chel maksud aku-".

"Maksud kamu apa? Aku ganggu jadwal selingkuh kamu sama tuh cabe muka 2? Yaudah kalau gitu aku pergi" Rachel memotong ucapan Aldo dan pergi begitu saja setelah beradu argumentasi dan jangan tanyakan bagaimana nasib bekal makan serta sekotak susu coklat yang tadi ia genggam. Mereka sudah berakhir di dalam tempat sampah di depan kelas Aldo.

"Apa lo liat-liat?" Aldo menyentak seluruh teman satu kelas yang sedang memandanginya, jujur ia merasa sangat tidak nyaman. Akhirnya. dia menghela napas kasar sebelum keluar dari kelas

Bel istirahat berbunyi tapi Bu Endang masih tetap ngoceh di depan kelas, akhirnya tanpa berbasa-basi Aldo pergi keluar kelas meninggalkan Bu Endang begitu saja. Disinilah Aldo kini berada di depan kelas IX C, dari tempatnya dia sudah dapat mengetahui keberadaan Rachel lengkap dengan ekspresinya. Aldo masuk ke dalam kelas dan langsung menarik satu kursi ke kedepan meja rachel.

"Chel" Aldo memanggil dengan suara pelan.

Rachel menyadari kehadiran Aldo, dia berusaha mati-matian menahan kepalanya untuk tidak menoleh sedikitpun. Mendapati respon seperti itu, Aldo akhirnya mengambil langkah baru. Aldo menarik tangan Rachel dan menggenggamnya erat. Berhasil, Rachel langsung menoleh dan menatap tepat manik mata Aldo. Rachel sempat tersihir oleh ketampanan Aldo tapi akhirnya dia kembali mendapat kesadaranya lagi.

"Apa?" tanyanya cuek.

"Kamu kenapa? Jangan marah. Please maafin aku Chel" ujar Aldo sarat akan penyesalan. Rachel diam, tak tahu harus menanggapi apa.

"Chel" desak aldo lagi. Rachel menghela napas sebelum bersuara.

"Iya" Rachel berkata dengan berat hati.

"Iya apa?" Lagi-lagi Aldo mengangkat suaranya. Apakah kurang jelas batin Rachel dalam hati.

"Iya aku maafin" jawab Rachel lagi. Aldo ingin ngobrol lebih lama dengan Rachel, tapi bel sudah berbunyi dan teman-teman Rachel sudah kembali ke kelas.

"Woi dah bel tuh, sekolah itu buat belajar bukannya pacaran mulu. Pantes bego" Grace yang baru masuk kelas langsung melontarkan kalimat pedas. Aldo berdecak sebelum pergi meninggalkan kelas sementara Rachel hanya memutar bola matanya malas. Entah mengapa kedua sahabat Rachel ini sangat tidak menyukai Aldo.