Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Menjadi Asing

Hal_Halis
--
chs / week
--
NOT RATINGS
19.8k
Views
Synopsis
Terkadang dalam hidup ini. Kita tak mampu untuk beranjak dari masa lalu. Hingga kesempatan kita untuk mendapatkan kehidupan baru yang bahagia senantiasa terlewatkan. Ada banyak orang - orang yang menawarkan kebahagiaan untuk kita di masa depan. Namun kita membiarkannya dan tak peduli lantaran penantian kita akan cinta yang lalu akan kembali. Dalam cerita ini, akan menggambarkan tentang bagaimana seseorang dengan penantiannya. Serta pembuktiannya kepada cinta masa lalunya. Namun, ketika mereka kembali bertemu. Yang tersisa hanya kehampaan. Karena, tampa di ketahuinya. Hatinya telah berpindah kepada yang lain, di masa depannya yang ia tidak ketahui.
VIEW MORE

Chapter 1 - Mimpi Seorang Wanita Desa

Nama saya Diana. Saya adalah wanita yang memiliki banyak mimpi.  Meski terlahir di pelosok desa,  tapi sangat berharap di masa yang akan datang, dapat hidup di tengah perkotaan. Saya bukannya tidak suka tinggal di kampung halaman. Hanya saja,  aku mempunyai mimpi untuk melanjutkan sekolah di perguruan tinggi negeri yang hanya ada di kota-kota besar.  Sekali lagi,  tidak ada yang salah dengan kampung halamanku. Hanya ingin meraih mimpi. Dan menurut pemikiran saya,  dengan masuk dalam perguruan tinggi negeri yang berada di kota besar saja yang bisa menuntunku kearah mimpi-mimpiku. Tentang mimpiku,  aku  ingin menjadi seorang Dokter.

Bagiku,  menjadi seseorang yang bisa membantu orang lain untuk menjaga kesehatannya, sangat mengagumkan.  Terlebih lagi, saya pernah mengalami rasa sakit yang cukup membuatku tidak bisa menjalani hidup secara normal selama setengah tahun.  Saya pernah menderita penyakit Tipes (Tifus) saat duduk di bangku Sekolah Dasar.  Dan saya tahu bagaimana tersiksanya hidup dengan menderita sebuah penyakit dalam tubuh. Itu menjadi alasan utama untuk memilih menjadi Dokter sebagai profesi saya nantinya.  Saya juga merasa kagum dengan Dokter-Dokter yang telah membantuku untuk melawan penyakit, hingga akhirnya saya kembali sehat meski tidak seratus persen. Masih besar kemungkinan,  penyakitku akan kambuh lagi. Saya ingin menjadi dokter, sebagai wujud dari rasa syukurku terhadap tuhan yang masih memberiku rezeki kesehatan dan untuk mengabdikan diriku di tengah masyarakat, sebagai seorang Dokter.

Di akhir tahun dua ribu tiga belas ini,  adalah masa-masa perjuanganku. Saya nantinya,  akan mendaftar di beberapa kampus ternama di kota Makssar. kota Makassar sebagai ibu kota Sulawesi Selatan merupakan salah satu kota besar dan maju di kawasan Indonesia timur. Perkembangan dan kualitas perguruan tingginya tidak kalah jauh dengan perguruan tinggi yang ada di kota-kota besar lainnya, khususnya di ibu kota negara indonesia (Di Jakarta).

Saya sudah selesai merapikan pakaianku dan memasukkannya ke dalam koper.  Beberapa peralatan mandi serta alat dandan juga,  telah kumasukkan ke dalam tas ransel kecilku. Lalu berdiam sejenak,  untuk mengingat dan memastikan barang bawaanku telah lengkap.

"tok.. tok.. tok."

Pintu terbuka dan muncullah sesosok wanita paruh baya yang sangat saya kagumi dan sangat saya sayangi. Dia ibuku, ibu yang mengajarkanku arti berkasih sayang dan selalu memberiku semangat di saat-saat terpurukku selama ini. Saya pastinya akan merasa kesepian tampa dia nantinya. Mungkin nanti, ketika saya kuliah dan tinggal dikota Makassar akan membuat saya di landa rindu yang cukup membuatku untuk ingin kembali secepatnya. Tapi ibu telah berpesan, agar saya harus sebisa mungkin menumpuhkan seluruh perhatianku pada proses ujian masuk ke perguruan tinggi. Ibu hanya sebentar saja di kamarku.  Lalu dia pergi, setelah memastikan barang bawaanku lengkap dan memastikan saya tidur lebih awal. Dia takut jika saya nantinya akan kelelahan dalam perjalanan. Karena perjalanan memakan waktu empat sampai lima jam dari pusat kota Bulukumba.  Dari kampung ke kota Bulukumba,  masih butuh waktu tiga puluh menit. Kurang lebih  lima jam aku akan sampai di tujuanku,  Kota Makassar. Kota dengan sejuta mimpi dan kegelisahan hidup bagi wanita desa sepertiku.

                               ***

"tok.. tok.. tok"

Aku segera membuka pintu kamarku.

" kamu sudah siap?" tanya ibuku.

" belum bu,  saya baru mau dandan ini. " jawabku sambil tersenyum manja padanya.

" aduh.. Kenapa lama sekali. Bapakmu sudah siap itu!"

Sambil menunjuk keluar. Di halaman,  Bapak memanaskan sepeda motornya. Kami sudah janjian untuk sama-sama ke terminal yang berada di pusat kota Bulukumba. Karena kebetulan Bapak juga ingin membeli beberapa alat-alat pertanian.

" maaf bu, sebentar lagi ya. " saya sedikit merengek manja padanya.

" ya sudah, jangan lama-lama dandannya.  Dan jangan lupa sarapan! Ibu sudah siapkan di meja makan. "

" siap nyonya. Hehehe" ibu hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuanku. Lalu beranjak keluar meninggalkanku sendiri di kamar.

                           ***

Di sepanjang perjalanan saya kedinginan. Saya mencoba mendekap erat badan Bapak. Udara pagi hari di kampung sangat segar, tapi cukup membuat kulitku kering. Ketika memasuki wilayah perkotaan,  saya mampu merasakan suhu udara yang normal.  Dan aku tidak tahu, jika matahari mulai meninggi, udara seperti ini masih bisa di rasakan atau tidak? Setahu saya, meski Kota Bulukumba kecil tapi prekonomiannya terus tumbuh dengan pesat, dan prekonomian Kabupaten Bulukumba berpusat di kota ini. Dan kendaraan roda dua hingga truk-truk besar akan banyak berlalu lalang di pusat kota.  Yang pada akhirnya, sisa pembakaran mesin kendaraan akan mulai menginfeksi suhu udara yang normal ini, dan udara menjadi tidak sehat. Hingga, jika matahari makin terik, maka suhu udara akan menjadi sangat panas. Atau dengan kenyataan lain, lapisan pelindung bumi menjadi sangat tipis. Sudah menjadi keharusan bagi pemerintah mencanangkan konsep kota hijau,  dimana kota memiliki taman-taman penghijauan atau menanam pohon di sepanjang pinggiran jalan. Mungkin hal itu akan membantu mengurangi polusi dan menambah keindahan sebuah kota serta menjaga kesehatan udara di kawasan perkotaan itu sendiri.

Memikirkan tentang kesehatan kota akan memberi suasana yang nyaman bagi para insan yang setiap hari bergelut di pusat kota. Rasanya,  saya mulai memiliki sedikit pemahaman tentang arti dari seorang dokter,  yaitu sebagai perawat dan pemberi nasihat serta solusi bagi pasiennya. Yang pada intinya adalah merawat keberlangsungan hidup pasiennya. Dan semoga, saya lulus di salah satu perguruan tinggi negeri nantinya,  lalu menyelesaikan kuliah hingga akhirnya aku bisa menjadi seorang Dokter yang bisa memberi harapan hidup bagi orang-orang yang membutuhkannya. Itu mimpiku, mimpi dari seorang wanita desa.