Chereads / Menjadi Asing / Chapter 6 - Kembali Untuk Menunggu

Chapter 6 - Kembali Untuk Menunggu

"Terkadang aku berpikir tentang bagaimana kita bisa bertemu. Aku juga berpikir tentang bagaimana kita bisa saling terikat. Memiliki cinta dan keinginan untuk memiliki. Adalah dua teka-teki yang cukup membuatku merasa khawatir. Ada banyak orang yang tersakiti oleh cinta.  Ada banyak pula yang kehilangan masa depan akan keinginannya untuk memiliki. Tapi,  siapa yang mampu memastikan kehidupan di hari esok, itu juga teka-teki.

Merasakan getaran didada.  Canggung saat menatap mata kamu.  Dan memiliki ketertarikan kepada dirimu.  Tak lebih dari peristiwa normal,  yang banyak di alami para insan manusia. Lalu ketika,  aku mulai berusaha menarik perhatianmu. Mencari-cari ide untuk berbincang-bincang denganmu. Dan selalu memperhatikan setiap gelagak serta tingkah laku kamu.  Sepertinya  aku akan sangat setuju, jika aku mulai beranjak dari rasa ketertarikanku menuju rasa suka atau mungkin menuju rasa Cinta.

Kata banyak orang " Cinta bukan soal rasa. Cinta bukan hanya ketertarikan. Cinta lebih kompleks dari rasa suka.  Cinta adalah cerita komplek dari awalnya hanya sebuah rasa, menjaga, pembuktian, komitmen hingga penjagaan/pemeliharaan. Tidak bisa di katakan cinta jika hanya mengatakan kalimat cinta,  tapi kau menjadi acuh tak acuh kepandanya. " Begitu kompleks anggapan seseorang tentang cinta.  Begitu terstrukturnya sebuah sistem berpikir, tentang cinta.  Dan begitu indahnya hati seseorang yang jatuh cinta. Aku pernah dan aku masih agak setuju dengan hal itu. Karena biar bagaimanapun baiknya pemikiran diri sendiri.  Ada baiknya untuk tetap memiliki pola pikir yang umum di gunakan, karena kita hidup bersama didunia ini.

Tapi menjadi cinta atau saat situasi sedang jatuh cinta.  Maka segalanya menjadi tak beretika. Yang ada hanya emosi semata.  Kejernihan berpikir menjadi nomor dua.  Yang pertama adalah bagaimana rasa dan ikatan itu mampu menjadi nyata. Maka bermula sebuah kisah cinta yang tak pernah ku perkirakan akan besar dampaknya pada mehidupanku.

Mencintai kamu adalah bagian dari perjalan hidupku.  Mengenang dan merinduimu menjadi bumbu-bumbu yang membuat plotnya makin dramatis. Menemuimu setiap pagi,  lantas tak membuatku menjadi bosan. Menemanimu makan,  menemanimu belanja hingga mengantarmu pulang. Sebuah rentetan peristiwa yang akhirnya membangun sebuah kebiasaan di benakku. " aku akan merasa aneh atau mungkin takkan sanggup menghadapi kenyataan ketika kamu tidak di sisiku lagi. Lalu hal itu benar-benar terjadi.

Perpisahan bagiku adalah proses perpindahan kebiasaan. Apa yang telah tertanam kuat di benakku, aku terbiasa bercerita denganmu,  terbiasa bersamamu,  terbiasa memikirkanmu,  terbiasa rindu dengan kamu dan terbiasa menyusun rencana masa depan bersamamu.  Kenyataan menjadi agak ganjil rasanya ketika pada akhirnya kita berpisah seperti ini.  Masih ada rasa dan keinginan untuk bermain berasa, bercanda bersama dan menghabiskan waktu bersama.  Tapi,  di sisi yang lain kita menjadi dua kutub yang sama pada logam magnet yang jika berdekatan akan saling menolak, menjadi sama tak lantas membuat kita bersatu.

Hari-hari berlalu, masih ada rasa ingin untuk bersama. Namun tingkah dan sikap kita saling menolak. Kita sama-sama telah merencanakan sesuatu yang matang.  Rencana untuk berpindah kebiasaan.  Dan meski terkesan memaksa, hal itu akan berlangsung sementara saja.  Sama seperti sebelum kita di pertemukan. Kita benar-benar tidak saling mencintai  hingga kita mengikat sebuah hubungan. Kita hanya berpindah kebiasaan. Dan rasa yang penuh teka-teki yang muncul saat itu,  hanya perasaan aneh karena kita belum terbiasa.  Sama dengan saat ini,  kita merasa aneh untuk kebiasaan baru,  kita tidak sedang merindui untuk bersama. " Lalu kemana cinta? " itu pertanyaan yang harus kita cari di kebiasaan yang baru. Dan aku masih di sini, mencintaimu."

Barusa saja selesai membaca tulisan yang akan kutempel di mading Sekolah Menengah Atas (SMA) saya. Sekolah yang banyak mengahdirkan kenangan indah bersamanya. Saya kembali ke Bali. Saya menjadi yakin untuk kembali lagi ke tanah lahir saya ini. Tidak terlepas dari sikap Mera yang berani berangkat ke Jakarta untuk meraih mimpinya. Menurut saya,  dia sangat berani dan memiliki tekad yang kuat. Yang lebih membanggakan dari dirinya adalah kenyataan bahwa dia seorang wanita. Sebagai seorang laki-laki,  saya menjadi malu sendiri. Namun pada akhirnya,  saya juga memilih untuk kembali lagi ke Bali untuk memulai penantian yang tak tahu akan berakhir sampai kapan. Meski berpisah dengan Mera dan Diana. Saya masih ingin berteman dengan mereka dan terus menjaga hubungan pertemanan itu. Nomor telepon dan alamat mereka sudah saya simpan di benak saya.  Dan jika memiliki waktu,  saya akan menemui mereka lagi atau mereka bisa datang menemui saya. Dalam penantian yang entah sampai kapan. Rencana saya yang lain dan juga sebagai usaha mencapai impian masa kecilku adalah membangun bisnis pariwisata milik saya sendiri. Sedang untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Saya akan melanjutkannya di salah satu universitas yang ada di sini.  Tekad ini telah membulat di dada dan mengenai seseorang yang pergi.  Saya kembali untuk menunggu!