Chereads / Menjadi Asing / Chapter 8 - Dia Kembali

Chapter 8 - Dia Kembali

Hari ini cuaca sangat cerah. Saya baru saja bangun dari tidur lelap semalaman. Entah mengapa, saya merasa damai sekali. Saya akan melakukan aktivitas seperti biasanya. Pagi ini,  saya akan berolahraga,  berlari menyusuri pedesaan. Desa - desa di pulau Bali ini,  telah banyak berubah. Karena anggaran pembangunan desa di tambah dan para petugas desa juga memiliki sinergi positif terhadap pemerintah pusat. Hingga pembangunan dan pemeliharaan desa berjalan dengan baik. Wisata desa juga menjadi tren baru. Semua karena kinerja bersama antara pemerintah dan warga desa. Nilai tambah tersendiri bagi Negara yang sememangnya memiliki kekayaan alam dan kekayan nilai kebudayaannya.

Bali, sejak dulu telah menjadi salah satu tempat wisata yang sangat di gemari wisatawan,  baik yang di dalam negeri maupun manca negara. Dan keberadaan desa wisata,  menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi pulau Bali. Saya sudah mengunjungi beberapa desa konservasi tersebut. Saya selalu tercengang akan perubahan yang terjadi. Pemandangan dan pesona dari setiap desa makin tampak jelas serta menggugah hati untuk berlama-lama di sana. Pembangunan infrakstruktur,  seperti akses jalan, jembatan dan beberapa kafe.  Sangat membantu untuk kita bisa berlama-lama menikmati keindahan desa. Yang menarik adalah,  tidak terlalu banyak pembangunan seperti di perkotaan. Tapi,  jalanan yang bersih,  ber aspal dan cafe-cafe yang pembangunannya menggunakan kayu serta bambu yang berasal dari desa itu sendiri. Ada hotel yang di bangun di tengah persawahan dan di kaki-kaki bukit. Wisatawan bisa merasakan sensasi hidup di pedesaan. Dan hotel-hotel itu pun, menggunakan konsep rumah di pedesaan. Hanya beberapa fasilitas tambahan,  untuk mempermudah wisatawan yang berkunjung. Saya memiliki satu bangunan hotel dan kafe juga di salah satu desa konservatif tersebut. Sebagai pemuda yang memiliki usaha travel. Tidak etis jika,  saya tak mengetahui keadaan tempat wisata yang menjadi paket travel di perusahaan saya.

Saya selalu membawa kamera saat lari pagi. Memotret momet-moment di pagi hari adalah waktu yang selalu di kejar oleh photograper. Saya bukannya,  memiliki bisnis lain sebagai photograper.  Tapi,  saya hanya menyukai aktivitas memotret. Meski terkadang, hasil jepretan saya. Di jadikan gambar tema dari salah satu paket travel yang di tawarkan perusahaan saya. Menarik sekali. Menjadikan hobi sebagai pekerjaan atau bekerja seperti melakukan hobi dan hal- hal yang kita sukai, bukankah sangat menyenangkan.

Saya selesai berolahraga. Saya harus bersiap ke kantor untuk bekerja. Meski saya bertindak selaku pemimpin dan pemilik perusahaan. Bagi saya, aturan tetaplah aturan. Dan sebagai individu yang telah sepakat akan aturan tersebut.  Maka harus menaatinya.  Saya datang ke kantor jam tujuh tiga puluh. Meski sebenarnya,  jam kantor tepat pukul delapan. Saya hanya ingin memberi contoh kepada bawahan saya. Bahwa hal terpenting adalah disiplin dan bekerja keras. Saya ingin mereka mencontoh dan menanamkan dala diri mereka sebagai seorang individu yang telah sepakat untuk bergabung dan bekerja di bawah satu naungan perusahaan. Meski,  sebenarnya masih banyak kariawan yang terkadang melanggar aturan di kantor. Terkadang saya kecewa dan kesal dengan mereka.  Tapi,  di lain sisih saya kasihan dengan mereka,  jika pada akhirnya harus berhenti bekerja. Saya rasa sangat sulit untuk mencari pekerjaan sekarang ini. Saya pernah merasakan itu dua tahun yang lalu. Saya selalu menegur mereka yang melanggar aturan dan sedikit memberi sangsi seperti pemotongan gaji. Meski pada akhirnya, jika perusahaan memiliki untung yang banyak, mereka juga kebagaian bonus. Saya hanya ingin mereka menyadari kesalahan mereka sendiri dan mulai memperbaikinya. Saya selalu menunggu itu dari mereka dan akan selalu menantikannya.

" tett... " telepon genggam saya berdering sekali.  Sebuah pesan baru saja masuk.  Saya membacanya.

" hai..  Apa kabar?" saya tidak tahu dari siapa. Tapi,  sepertinya dia mengenaku. Saya memutuskan untuk menelponnya.

" ya.. Halo.  Dengan siapa ya?"

" oh.. Saya baik, baik sekali. Kamu sendiri gimana kabarnya? "

" kamu di Bali? "

" oh.. Iya,  iya. Saya bisa. Dima ketemunya? "

" ok. "

Rasanya seperti mimpi mendengar suaranya lagi. Dia kembali dan kami akan segera bertemu.

" hai. " saya menyapanya. Dia pun memalingkan wajahnya kepadaku.

" hai. " dia membalas dengan di ikuti senyumannya. Masih sama seperti lima tahun yang lalu.

"sudah lama nunggunya? "

" tidak. Baru sepuluh menitan. "

" maaf ya. Soalnya, ada sedikit pekerjaan yang harus sayanselesaikan di kantor. "

" ok.  Tidak apa-apa.  Maklumlah kamu kan, sudah jadi bos sekarang. Pasti sibuk sekali. Harusnya saya minta maaf, karena menggangu pekerjaanmu. "

" ahh.. Bisa aja kamu. Udah pesan belum? "

" belum,  soalnya nunggu kamu. "

" mbak! "

Saya memanggil pelayan dan memesan beberapa makanan dan minuman. Malam itu sangat mengesankan. Bertemu kembali setelah lima tahun, rasanya seperti mimpi.  Saya berharap dia kembali,  tapi tidak secepat ini.  Yang saya tahu tentangnya adalah dia melanjutkan kuliah untuk gelar master di Jerman dan bekerja di sebuah perusahaan di sana.  Setelah sebelumnya, dia menyelesaikan kuliah strata satunya di inggris. Tapi, yang terjadi hari ini adalah sebuah kenyataan yang sangat membuatku merasa lebih baik lagi. Ada rasa kebanggaan bercampur haru ketika saya melihatnya lagi, sungguh penantian ini tak sia-sia.  Meski,  sering tak percaya diri akan pilihan untuk menunggunya kembali. Karena kasus kembalinya seseorang dari masa lalu adalah kasus langkah dalam hidup ini. Meski dia kembali, maka yang menunggu telah lebih dulu menyerah. Hingga,  pertemuan tak pernah terjadi. Jika saja bertemu, maka menjadi asing di pihak masing-masing. Tidak terjadi untuk kasus saya. Pertemuan tadi,  sama dengan pertemuan di masa-masa yang lalu. Tidak perlu waktu yang lama untuk kami merasa akrab lagi. Meski pada akhirnya,  saya harus mengakui. Ada yang kurang dari pertemuan kami. Entah apa,  tapi rasanya ada sesuatu di dalam hati ini yang belum terpenuhi. Apakah karena,  kami belum kembali seutuhnya sebagai kekasih? Dia akan berada di Bali selama dua minggu, katanya dia akan mengurus iziin tinggal di Jerman sekaligus untuk berlibur. Mengingat akan rencananya itu. Saya berpikir untuk mencari tahu akan keganjalan dari pertemuan kami kembali. Dan mungkin, saya akan menemaninya selama liburannya nanti, dia yang memintanya di pertemuan tadi.