"21 September 2018". Saya menulis tanggal untuk rencana liburan bersama keluarga kecil saya. Meski bayi saya masih mungil dan belum genap setengah tahun. Tapi, saya ingin berlibur bersama mereka. Sebenarnya, bukan hanya kami bertiga. Tapi, Diana dan Andi akan ikut bersama nantinya. Bali adalah tempat yang kami pilih. Lagi pula, kami juga akan melakukan pemotretan di sana. Memang benar kami akan bekerja di sana. Sebagai keluarga yang berkecimpung di dunia hiburan tanah air. Sudah menjadi biasa bagi kami untuk melakukan perjalanan bersama. Sebelum menikah, suami saya adalah salah satu aktor idola saya. Kebetulan kami di pertemukan dalam satu projek film, lalu berkenalan dan menjalin hubungan hingga kini kami telah menikah dan memiliki seorang putri yang sangat cantik. Ya, saya telah berhasil meraih mimpi saya sebagai aktris. Pertemuan saya dengan Andi di pendaftaran masuk perkuliahan dan Diana saat ujian masuk perkuliahan. Membuat saya memantapkan diri untuk berangkat ke jakarta dan mulai menjalani banyak casting dan beberapa audisi modeling. Saya banyak menghabiskan waktu bersama mereka dan mulai terpengaruh akan kisah hidup mereka, yang penuh perjuangan, penyesalan dan kebahagiaan. Saya tidak ingin menyesal seperti Andi yang tak mampu meyakinkan kekasihnya untuk tetap tinggal bersamanya di bali. Dan saya ingin setabah Diana yang jauh meninggalkan kampung halaman dan orang tuanya demi sebuah mimpi menjadi seorang dokter. Kedua pengalaman teman dekat saya itu, yang kemudian membawaku sampai pada pencapaian hari ini. Saya memumutuskan untuk tidak melanjutkan kejenjang perkuliahan meski saya lulus dalam ujian. Sekarang saya merasa sangat bahagia dan haru ketika putri saya lahir. Semoga kelak, dia mampu untuk tabah untuk mengejar mimpinya juga. Karena melelahkan untuk hidup dalam penyesalan yang panjang, seperti yang Andi katakan sendiri pada saya, saat kami bertemu di beberapa kesempatan di Bali. Dia selalu mengatakan penyesalannya dan dia juga mengatakan. Jika saja di berikan kesempatan lagi, maka dia akan lebih baik lagi untuk meyakinkan kekasih untuk tidak pergi. Saya pernah bertanya padanya sekali dulu.
" seandainya kesempatan itu ada Ndi. Kamu akan memilih siapa dari masa depanmu? Yang pasti jangan saya ya, karena saya sebwntar lagi akan nikah nih. " tanyaku sambil menggodanya dan memperlihatkan cincin pertunangan di jari manis saya.
" emm.. Kamu sebentar lagi akan menikah. Tapi, belum menikahkan. Jadi boleh dong pilih kamu. "
" aduhh.. Kalau begitu, saya tidak mau. Karena saya mencintai calon suami saya. "
" ya, sudah... Kalau begitu saya akan pilih Diana. Lagipula, Diana itu memiliki ciri-ciri wanita idaman lelaki. Sudah cantik, lemah lembut, dan dokter yang pintar lagi. Siapapun kekasihnya, akan bahagia. "
" yeee... Itu pun kalau Diananya mau sama kamu Ndi. "
" iya.. Iya.. Memangnya, bagaimana kabarnya sekarang? "
Saat itu, saya memberikan nomor telepon Diana. Dan itu sudah dua tahun beralu. Mereka sering berkomunikasi. Sering Diana bercerita tentang Andi begitupum sebaliknya. Mereka sering menyanjung satu sama lainnya. Dan saya tidak pernah membicarakan hal itu kepada mereka. Sepertinya mereka saling mengagumi satu sama lainnya. Bahkan secara terang-terangan Diana mengatakan kepada saya tentang perasaanya kepada Andi. Ternyata, Diana telah jatuh hati pada Andi sejak mereka bertentang mata di sebuah terminal. Hal itu juga yang membuat Diana berani menyapa saya dan Andi ketika kami makan Di kantin Universitas. Awalnya, dia mengira kami berpacaran. Karena kami sangat akrab sekali dan terus bersama-sama sepanjang hari. Seiring kebersamaan yang kami habiskan bersama. Maka, Diana pun tahu hubungan saya dengan andi yang sebatas teman. Meski kebersamaan kami bertiga tidak begitu lama. Tapi, kenangan yang tercipta terlalu berharga untuk kami melupakan satu sama lainnya. Saya pribadi, lebih sering bertemu dengan mereka berdua di tempat mereka masing-masing berdomisili. Seperti Diana yang sering saya temuai jika pulang ke Makassar dan bertemu Andi ketika ada pekerjaan di Bali atau hanya sekedar berlibur di sana. Hingga hari ini, ada yang saya sadari tentang mereka. Dan saya akan memastikannya di liburan nanti. Bukan, kami akan Reuni.
saya mencurigai tentang mereka yang saling mencintai. Saya sendiri pernah menyukai Andi. Saya tidak berhenti menyukainya atau saya menyerah dengan perasaan itu. Tapi, karena saya tidak benar-benar jatuh cinta padanya. Saya menyadari tentang, saya yang hanya kagum dan menyukainya sebagai teman. Saya masih bisa bertahan dan menjalani hidup ini seperti biasanya meski tidak berada di sisinya. Rasa suka dan ketertarikan saya padanya tidak begitu kuat untuk di katakan cinta. Mereka adalah temanku yang mungkin sedang jatuh cinta kepada satu sama lainnya. Hanya saja, ketika yang wanita telah mengakuinya dan benar-benar yakin akan keadaan hatinya. Sang lelaki masih agak bingung akan keadaannya atau mungkin masih enggan untuk keluar dari rasa traumanya terhadap sebuah hubungan dan pertemuan yang sering di anggapnya selalu di takdirkan untuk berpisah.
Terlalu rumit untuk menjelaskan sebuah perasaan dalam bentuk rasional. Karena sifatnya yang cukup bertentangan dengan hukum rasioalitas yang telah di sepakati secara tidak langsung dan berlangsung cukup lama. Benturan-benturan antara ketidak rasionalitasan hati dengan kenyataan hidup yang mampu di terima secara rasional. Melahirkan guncangan hebat dalam perkembangan mental seorang insan. Mungkin, bisa dikatakan sebagai tragedi untuk peristiwa seperti ini. Tragedi dan dampak yang hanya mampu di rasakan oleh individunya. Entah seperti apa sakit, bahagia, atau kerusakannya. Hanya pribadi itu yang tahu, hanya Andi yang tahu.
Melihat keadaan mereka. Maka saya putuskan untuk melakukan sesuatu. Saya akan mencoba untuk memberi ruang dan waktu yang lebih banyak untuk mereka bersama. Semoga mereka benar-benar meluangkan waktunya. Karena saya telah mengatakan kepada mereka jika pertemuan ini adalah reuni kami. Dan lagi, sekarang ini. Saya telah memiliki seorang putri kecil. Mungkin mereka juga ingin melihat putri keci saya.
Lalu suami saya telah tahu akan ini, saya akhirnya memberitahunya tentang keresahan terhadap kedua teman saya itu. Dia ingin membantu kedua sahabat saya itu. Yang menurutnya telah menjadi shabatnya juga. Kebetulan juga, saya telah memperkenalkannya kepada mereka meski di tempat dan waktu yang berbeda. Saya memperkenalkannya dengan Diana di Makassar ketika pesta perkawinan kami. Sedang dengan Adri di bali ketika kami berbulan madu di resortnya. Kami bertiga akan mencoba untuk menyatukan mereka dengan pengalaman percintaan yang kami miliki. Semoga saya benar tentang keresahan itu dan mereka di takdirkan untuk bersama.