"Apa kamu yakin mas, mau melamarku?" tanya Kinasih dengan wajah serius.
"Tentu saja dek aku sangat yakin dengan lamaranku ini." jawab Barata dengan wajah yang terlihat serius dan tenang.
"Hubungan kita kan masih belum lama mas, masih dalam hitungan bulan. Baru tiga bulan kita berhubungan serius." ucap Kinasih yang memang belum pernah berhubungan serius dengan seorang laki-laki.
Hanya dengan Arya saja Kinasih bisa berteman baik, dan itu sudah hampir lima tahun lamanya mereka bersahabat.
"Tidak apa-apa dek, bukankah dengan kita lamaran kita akan menikah lebih cepat. Dengan menikah cepat, kita akan terhindar dari fitnah dan kita akan menjadi suami istri yang sah tanpa ada beban dan dosa." ucap Barata seraya menggenggam kedua tangan Kinasih.
"Ya mas, apa yang kamu bilang ada benarnya. Tapi aku sedikit ragu mas, karena usiaku masih sangatlah muda. Dan aku takut kalau aku tidak bisa menjadi istri yang baik buat mas Bara." ucap Kinasih dengan wajah tertunduk.
Barata tersenyum mendengar ucapan Kinasih.
"Jangan ragu untuk melakukan hal yang baik dek, selain menikah membuat hubungan kita sah, menikah juga mendatangkan pahala. Bukankah kita akan bahagia nantinya?" ucap Barata dengan suara lembut.
"Ya mas, baiklah..kalau menurutmu dengan kita menikah akan membuat kita bahagia, aku setuju saja mas." ucap Kinasih akhirnya setuju dengan lamaran Barata yang begitu mendadak.
"Begitu dong dek, aku bahagia mendengarnya. Aku ingin hidup bahagia bersamamu dek, sampai kita tua nanti." ucap Barata dengan tatapan penuh kebahagiaan.
"Jadi kapan mas Bara melamarku? agar aku bisa memberitahu ibu untuk mempersiapkan semuanya." ucap Kinasih dengan perasaan malu-malu.
Jujur selama berhubungan dengan Barata, belum satu kalipun Kinasih mengenalkan Barata ke Ibunya Dhatu Arimbi.
"Bagaimana kalau besok sore dek?" tanya Barata dengan serius.
"Besok sore mas? apa tidak terlalu cepat mas?" tanya Kinasih dengan tatapan yang rumit.
Bagaimana bisa Barata menetapkan akan melamarnya besok sore? sedangkan dia sendiri belum mempersiapkan apapun?
"Mas, Bagaimana kalau besok lusa saja mas? hari Minggu sore? jadi aku ada waktu mempersiapkan semuanya." ucap Kinasih minta perpanjangan waktu pada Barata.
"Baiklah dek, Minggu sore jam tiga aku ke rumahmu dengan orang tuaku ya?" ucap Barata dengan senyum terkulum.
Kinasih mengangguk dengan malu-malu.
"Sekarang bagaimana? apa kamu masih bekerja lembur?" tanya Barata sedikit gelisah jika Kinasih bekerja lembur maka Kinasih selalu lebih dekat dengan sahabatnya Arya yang menjadi orang kepercayaan Kinasih.
Walau posisi Arya sebagai sahabat, di mata Barata Arya adalah saingan terberatnya karena Kinasih sangat sayang pada Arya dan selalu percaya dengan semua nasihat Arya.
"Ya mas, hari ini aku pulang agak malam karena harus membahas project baru dengan Arya. Jadi kalau mas Bara ingin pulang lebih dulu tidak apa-apa." ucap Kinasih dengan tersenyum.
"Aku terkadang sedikit cemburu dengan Arya dek, posisi Arya lebih tinggi di banding aku. Jadi aku terkadang sedikit malu pada Arya." ucap Barata yang posisinya sebagai Kepala personalia sedangkan Arya sebagai wakil CEO di perusahaan Kinasih.
"Tidak apa-apa mas, kan memang mas Bara baru lima bulan bekerja di sini? sedangkan Arya sudah hampir lima tahun membantuku dari saat perusahaan berdiri. Dan lagi setelah kita menikah perusahaan ini akan menjadi milik mas Bara juga. Kita akan bersama-sama memajukan perusahaan ini dengan di bantu Arya yang smart dengan ide-ide cemerlangnya." ucap Kinasih tersenyum bahagia karena Barata ada cemburu dengan Arya.
"Tetapi di impian masa depanku, aku menginginkan dirimu di rumah saja dek. Menjaga rumah dan menjaga anak-anak kita yang lucu. Aku ingin kita punya banyak anak dek.. anak-anak yang lucu darimu." ucap Barata dengan suara lirih seraya mengusap lembut wajah Kinasih.
"Ya mas, setelah kita menikah nanti aku akan mengabdi dan melayanimu sepenuh hati mas. Apapun yang mas inginkan aku akan menurut apa kata mas Bara, asalkan itu akan mendatangkan kebaikan buat keluarga kita." ucap Kinasih dengan tatapan penuh menatap wajah Barata yang tampan.
"Aku sangat bahagia mendengarnya dek, aku ingin kamu di rumah saja agar kamu tidak terlalu capek bekerja, karena hanya kewajiban suami untuk mencari nafkah buat keluarganya." ucap Barata seraya mengusap lembut wajah Kinasih.
"Ya mas, terimakasih dengan niat baikmu mas." ucap Kinasih dengan hati yang sangat bahagia.
"Ya sudah, aku pulang dulu ya dek? sudah jam lima sore. Aku mau memberitahu ayah dan ibu untuk acara kita Minggu sore." ucap Barata bangun dari duduknya dan mengecup kening Kinasih dengan sayang.
"Ya mas, hati-hati ya mas.. salam buat ayah dan ibu." ucap Kinasih ikut berdiri mengantar Barata sampai ke pintu.
Setelah Barata hilang dari pandangan, tampak Arya yang datang dengan sedikit berlari.
"Apa aku datang terlambat Ay?" tanya Arya sambil mengatur napasnya.
"Sudah tepat waktu tuan Smart, silahkan masuk ke dalam." ucap Kinasih dengan tertawa pelan.
"Kenapa Barata tidak menunggumu pulang Ay?" tanya Arya yang selalu memanggil Kinasih dengan nama panggilan sayang yaitu Ay.
"Mas Barata mau pulang ke orang tuanya karena Minggu sore mas Bara akan melamarku." jawab Kinasih seraya duduk di kursi kebesarannya yaitu kursi sang CEO.
Tanpa sepengetahuan Kinasih tubuh Arya sedikit terhuyung ke belakang saat mendengar ucapan Kinasih yang akan lamaran dengan Barata.
"Apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu Ay?" tanya Arya dengan suara sedikit bergetar.
"Aku tadinya ragu, tapi setelah mendengar alasan mas Barata yang mendatangkan kebaikan buat kita berdua. Aku putuskan untuk menerima niat baiknya." jawab Kinasih menatap Arya dengan serius.
Arya terdiam tidak bisa berkata apa-apa, selain merasakan hatinya yang tiba-tiba terasa sakit dan terluka. Lima tahun sudah Arya bersahabat dengan Kinasih dan dalam kurun waktu yang panjang rasa cinta Arya masih terpendam sangat dalam.
"Kamu melamun Arya? apa kamu punya pendapat lain dengan keputusanku itu?" tanya Kinasih yang masih bertanya pendapat Arya tentang keputusannya.
"Apa kamu benar-benar mencintainya Ay?" tanya Arya dengan serius.
"Jujur aku tidak tahu Ar, aku hanya merasa nyaman dekat dengan mas Bara, kata-katanya selalu penuh kebaikan. Aku merasa jika menikah dengan mas Bara, dia akan menuntunku pada kehidupan yang lebih baik lagi." jawab Kinasih dengan tatapan penuh menatap wajah Arya yang menatapnya dengan penuh kesedihan.
"Kalau memang itu keputusan terbaikmu, aku hanya bisa mendukungmu sepenuhnya Ay, aku ingin kamu bahagia itu sudah membuatku bahagia." ucap Arya dengan hati yang tulus.
"Terimakasih Ar, kamu memang sahabat terbaikku. Kamu harus datang ya... Minggu sore jam empat." ucap Kinasih dengan tersenyum bahagia karena Arya telah setuju dengan keputusannya.