Chereads / KEMBALIKAN HIDUPKU : CINTA YANG ABADI / Chapter 3 - KECEMBURUAN BARATA

Chapter 3 - KECEMBURUAN BARATA

"Kalau aku memberitahumu, apa kamu akan pergi bersamaku?" tatap Barata dengan suara penuh tekanan.

"Kalau memang mas Bara berniat mau ke sini, kita kan bisa pergi bersama-sama? dan lagi aku berpikir karena meeting ini tidak ada hubunganya dengan mas Bara sebagai personalia." ucap Kinasih berusaha menjelaskan sesuatu.

"Oke Fine, pekerjaanku memang tidak ada hubungannya dengan meeting ini dek, tapi bagaimana dengan pergi ke salon atau ke butik? apa itu ada hubungannya dengan Arya?" tanya Barata dengan perasaan cemburunya.

Kinasih terhenyak di kursi mendengar ucapan Barata yang seolah tahu kegiatannya dari pagi.

"Mas Bara tahu darimana? apa mas Bara memata-mataiku?" tanya Kinasih yang tidak percaya jika Barata sampai melakukan hal itu.

"Maafkan aku dek, aku bukan ingin mengatur hidup kamu. Aku hanya ingin menunjukkan di mana posisi Arya dan posisiku. Kamu bisa bilang kalau aku tidak ada hubungannya dengan masalah meeting hari ini aku bisa terima dek, dan sekarang aku kembalikan padamu kembali aku adalah calon suami kamu dek, apa aku tidak pantas untuk mengantarmu ke salon atau ke butik?" tanya Barata dengan wajah sedih.

"Ya Tuhan, maafkan aku mas.. sungguh aku tidak berniat untuk menyakiti hati mas Bara. Aku tadi pagi hanya berpikir hari ini ada meeting bersama Arya, jadi aku sekalian pergi ke salon dan ke butik mas. Sungguh aku tidak ada maksud apa-apa." ucap Kinasih mengusap wajah Berata dengan perasaan bersalah.

"Aku tahu dek, kamu tidak bermaksud apa-apa, tapi bagaimana dengan perasaan Arya? apa kamu yakin Arya tidak punya perasaan apa-apa padamu? atau bagaimana saat orang tuaku melihatmu? itu akan menimbulkan fitnah dek." ucap Barata sambil menghela nafas panjang.

"Ya mas, apa yang kamu katakan benar adanya. Maafkan aku ya mas? aku tidak akan mengulanginya lagi." ucap Kinasih dengan penuh penyesalan.

"Tidak apa-apa dek, sebentar lagi kita akan menikah dan menjadi suami istri. Kita harus saling menjaga dan saling mengingatkan." ucap Barata mengusap puncak kepala Kinasih.

"Ya mas, terimakasih telah mengingatkan aku, aku kira mas Bara cemburu dan marah padaku." ucap Kinasih dengan tersenyum semakin kagum dengan sikap Barata yang sangat dewasa.

"Aku memang cemburu dek, tapi aku tahu kamu tidak melakukannya dengan sengaja untuk itu aku mengingatkanmu." ucap Barata seraya beranjak dari tempatnya.

"Mas Bara, mau kemana?" Tanya Kinasih saat tahu Barata mau pergi.

"Mau pulang, bukannya kamu mau meeting? aku tidak ingin mengganggu pekerjaanmu." ucap Barata dengan tersenyum.

"Tapi bagaimana aku pulang nanti? aku di antar Arya tadi?" tanya Kinasih yang tidak ingin Barata salah paham lagi.

"Jangan kuatir dek, kalau kamu ingin aku menjemputmu, telepon saja aku. Aku akan menjemputmu." ucap Barata seraya melepas jaketnya dan di berikan pada Kinasih.

"Pakai jaketku dek, biar lengan putihmu terlindungi dari mata lelaki yang tidak baik." ucap Barata sebelum meninggalkan Kinasih dalam keterpakuannya.

"Ya Tuhan, terimakasih telah memberikan aku seorang calon suami yang sempurna di mataku. Aku benar-benar bersyukur telah mendapatkan cinta dan hatinya mas Bara." ucap Kinasih dengan hati yang berbunga-bunga.

"Ay! jadi meeting tidak? sudah di tunggu mereka dari tadi." ucap Arya yang terlihat di pintu dengan wajah yang terlihat serius.

"Ya Ar, jadi dong.. tunggu sebentar." ucap Kinasih sambil memakai Jaket yang di berikan Barata.

Setelah beberapa jam meeting dengan serius, akhirnya Arya dan Kinasih bisa ambil nafas lega, karena dua investor akhirnya menanam saham dalam perusahaannya.

"Senang ya Ay, akhirnya mereka sudah menanam saham hampir tujuh puluh persen ke perusahaan kita?" ucap Arya dengan perasaan yang lega.

"Ya aku senang sekali Ar, ini semua berkat kamu. Kamu selalu menjadi dewa penolongku. Di saat aku tidak mampu lagi menjelaskan kamu sudah dengan cepat menjelaskan ke mereka, dan akhirnya mereka mau menanam sahamnya ke perusahaan kita. Terimakasih ya Ar." ucap Kinasih dengan tatapan yang sangat kagum pada kepintaran Arya.

"Sama-sama Ay, jangan selalu berterimakasih karena kita sudah dari dulu sudah sepakat untuk membesarkan perusahaan ini." ucap Arya dengan tersenyum.

"Sekarang kita pulang ya Ar, aku mau memberitahu mas Bara untuk menjemputku." ucap Kinasih seraya mengambil ponsel di dalam tasnya.

"Kenapa tidak pulang bersamaku saja Ay?" tanya Arya sedikit heran dengan sikap Kinasih yang tidak seperti biasanya.

"Mulai sekarang aku harus lebih menjaga perasaan mas Bara dan juga dengan orang-orang yang ada di sekeliling kita, karena sebentar lagi aku akan menikah dan tidak baik buat kita terlihat berduaan." ucap Kinasih dengan perasaan sedih. Entah kenapa saat mengatakan hal itu ada rasa sakit yang tidak terlihat di hatinya.

Arya terdiam, ada perasaan sedih dan terluka saat dia harus menjaga jarak dengan Kinasih wanita yang selama lima tahun ini di cintainya dalam diam.

"Apa yang kamu katakan sangatlah benar Ay, walau kita bersahabat saat kamu sudah menikah, seluruh waktu dan hidupmu adalah untuk suami." ucap Arya dengan suara pelan.

"Arya, aku sebenarnya sedih harus mengatakan hal itu tadi, tapi apa yang di katakan mas Barata adalah benar. Jika kita selalu terlihat berdua maka hal itu akan menimbulkan fitnah. Dan aku tidak mau hubungan kita yang baik ini akan hancur hanya karena fitnah orang yang tidak suka dengan kita." ucap Kinasih dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.

"Ya Ay, apa yang kamu katakan sangatlah benar. Kamu tidak perlu bersedih atau merasa tidak enak padaku, walau sekarang kita tidak bisa seperti dulu, aku tetap menganggapmu sebagai sahabat terbaikku dan tidak pernah tergantikan." ucap Arya dengan tatapan sayang.

"Arya, sangat berat kalau aku tidak dekat-dekat denganmu, kamu tahu sendiri aku sangat tergantung padamu. Bagaimana aku bisa melalui hari-hariku tanpa ada tawa dan canda kamu, hanya kamu sahabat yang aku punya." ucap Kinasih yang sudah tidak bisa menahan airmatanya.

"Ay, kenapa kamu menangis? jangan lagi menangis Ay, kita masih tetap bisa bertemu tiap hari. Kita masih tetap bisa membahas masalah pekerjaan, ya kan?" ucap Arya menatap wajah Kinasih dalam-dalam.

"Tapi Ar, setelah aku menikah..aku tidak lagi bekerja Ar. Aku ada di rumah sebagai ibu rumah tangga yang baik buat suami dan anak-anakku nanti." ucap Kinasih dengan tatapan sedih.

"Apa itu keinginanmu Ay?" tanya Arya dengan perasaan tak percaya jika Kinasih bisa melepas pekerjaannya yang sudah di gelutinya selama bertahun-tahun dengan susah payah.

"Aku sebenarnya tidak ingin Ar, tapi aku ingin menjadi istri yang baik yang patuh pada perintah suami." ucap Kinasih dengan kepala tertunduk.