Chereads / KEMBALIKAN HIDUPKU : CINTA YANG ABADI / Chapter 8 - SEBUAH PENYESALAN

Chapter 8 - SEBUAH PENYESALAN

Kinasih duduk terdiam di samping Arya sambil mengamati wajah Arya yang tampak pucat dengan kedua matanya yang terpejam.

"Apa yang terjadi padamu Arya, kenapa kamu sampai kecelakaan?" tanya Kinasih dalam hati.

Entah sejak kapan di hatinya yang paling dalam ada cinta dan rindu untuk Arya. Hanya karena takut Arya tidak mempunyai perasaan yang sama, dia menyimpan rasa cintanya hingga mengenal Barata yang secara terang-terangan menyatakan cinta padanya.

Dan sejak saat itu hatinya mulai membuka diri dan berusaha mencintai Barata. Hingga suatu hari Barata berniat melamarnya dan sekarang sudah menikahinya.

Sambil menghela nafas panjang dan memejamkan matanya, Kinasih memberanikan diri menggenggam tangan Arya.

"Arya sadarlah, aku ada di sini...aku tidak bisa lama-lama berada di sini. Bangunlah Arya." ucap Kinasih sambil mengusap pelan punggung tangan Arya.

"Ay...di mana kamu Ay? Ay..jangan tinggalkan aku...aku mencintaimu Ay..aku mohon jangan tinggalkan aku Ay...aku mencintaimu, aku mencintaimu...aku mencintaimu." ucap Arya yang tiba-tiba meracau memanggil nama Kinasih dan mengatakan cinta pada Kinasih.

Tubuh Kinasih tak bergerak, kedua mata Kinasih tak berkedip menatap wajah Arya yang gelisah dengan kedua matanya yang masih terpejam rapat.

"Arya sadarlah Arya." ucap Kinasih sambil meraba kening Arya yang ternyata demam tinggi.

"Ay...aku mencintaimu Ay." ucap Arya lagi masih meracau dengan suara yang bergetar.

Airmata Kinasih mengalir tanpa bisa di tahannya.

"Arya, kenapa baru aku tahu sekarang kalau kamu juga mencintaiku? kenapa kamu tidak pernah mengatakannya padaku? aku juga mencintai Arya! dan sekarang semua telah terlambat. Aku sudah menikah dengan Barata." ucap Kinasih sambil mengusap airmatanya.

Tidak berapa lama setelah Arya meracau, perlahan kedua mata Arya terbuka dan cukup terkejut dengan kehadiran Kinasih.

"Ay? kamu di sini?" ucap Arya dengan suara lemah.

"Ya Ar, bagaimana bisa kamu ada di sini? kata dokter kamu kecelakaan?" tanya Kinasih dengan sorot mata yang sedih.

Arya terdiam dan menatap wajah Kinasih dengan tatapan yang rumit.

"Aku tidak kecelakaan Ay, tapi aku di tabrak dengan sengaja oleh seseorang yang aku tidak tahu siapa dia, tapi aku ingat dengan jelas nomor mobilnya." ucap Arya sambil menahan rasa sakit di kakinya karena mengalami patah tulang yang menyebabkan dia harus memakai kursi roda untuk sementara.

"Di tabrak seseorang? apa kamu mempunyai musuh Ar?" tanya Kinasih dengan cemas.

"Aku rasa tidak Ay, tapi aku sudah memberikan nomor mobil itu pada polisi tadi pagi." Jawab Arya sambil mengusap lutut kakinya yang terasa sakit lagi.

"Ada apa Ar? mana yang sakit?" tanya Kinasih dengan cemas.

"Kakiku mengalami patah tulang Ay, dan sementara aku tidak bisa berjalan, harus memakai kursi roda untuk sementara." ucap Arya dengan suara pelan.

Kinasih mengangkat wajahnya dengan tatapan tak percaya.

"Apa yang kamu bilang Ar? kaki kamu patah dan tidak bisa berjalan?" tanya Kinasih memastikan lagi pendengarannya.

"Ya Ay, mungkin untuk beberapa Minggu aku tidak bisa bekerja, aku akan mengikuti terapi dulu sampai kakiku sembuh." ucap Arya dengan perasaan sedih karena tidak bisa membantu Kinasih bekerja untuk sementara waktu.

"Mungkin Minggu depan aku juga sudah tidak bekerja Ar, karena aku akan menyerahkan semua pekerjaanku pada mas Barata." ucap Kinasih dengan sedih.

"Kenapa secepat itu Ay, harusnya kamu dampingi dulu Barata beberapa bulan sampai bisa menguasai masalah-masalah yang ada di perusahaan." ucap Arya dengan serius yang ikut memikirkan masa depan perusahaan Kinasih.

"Ya nanti aku pikiran lagi Ar, sekarang aku mau pulang takutnya mas Bara sudah pulang. Dan tolong kabari aku tentang terapi kakimu ya? juga info dari polisi, siapa orang yang telah tega menabrakmu." ucap Kinasih dengan sedih karena harus meninggalkan Arya sendirian.

"Kamu tidak pamit pada Bara Ay?" tanya Arya dengan kening mengkerut.

"Bagaimana aku bisa pamit Ar, aku sudah di larang kemana-mana, apalagi bersahabat dengan kamu. Aku sudah harus menjaga jarak denganmu Ar." keluh Kinasih dengan sedih.

"Harusnya kemanapun kamu pergi, kamu harus pamit sama Barata Ay, bagaimanapun juga Barata sudah menjadi suami kamu." ucap Arya menahan rasa sakitnya yang mendalam.

"Ya Ar, kamu benar. Aku melakukannya karena panik mendengar kamu kecelakaan. Karena takut tidak mendapat izin terpaksa aku berbohong untuk bisa ke sini." ucap Kinasih jujur tapi tidak dengan perasaannya.

"Ya sudah, kamu cepat pulang sebelum suamimu pulang. Memang suamimu kemana?" tanya Arya sebelum Kinasih beranjak dari duduknya.

"Mengantar mertua pulang." jawab Kinasih dengan hati berat saat hendak meninggalkan Arya.

"Aku pulang dulu ya Ar, ingat pesanku tadi." ucap Kinasih sebelum keluar kamar.

"Ya..kamu tenang saja. Segera nanti aku kabari." ucap Arya tersenyum dalam kesedihannya.

Setelah keluar dari kamar Arya, Kinasih menemui Vivi dan mengajaknya pulang cepat.

Tiba di rumah, Kinasih melihat keadaan rumahnya masih sepi. Tidak ada seorangpun yang sudah pulang.

"Ibu sedang keluar kota, aneh juga hari Minggu pergi keluar untuk urusan pekerjaan, pekerjaan apa?" gumam Kinasih dalam hati seraya masuk ke kamarnya.

Sampai di dalam kamar Kinasih merebahkan tubuhnya dengan kedua matanya menatap langit-langit kamarnya.

"Semuanya sudah terlambat Kinasih, rasa cintamu harus kamu kubur dalam-dalam. Walau sekarang kamu tahu Arya juga mencintai kamu semua sudah terlambat. Kamu sudah menikah sekarang dan kamu harus menjadi istri yang baik, harus taat pada suami dan setia pada suami." ucap Kinasih dalam hati dengan tatapan matanya yang sudah mulai mengantuk, hingga tanpa sadar Kinasih terlelap dalam tidurnya.

***

Barata duduk terdiam di tempatnya saat di kejutkan dengan sebuah pesan yang beberapa kali masuk. Sekilas Barata menatap ponselnya setelah membaca pesan yang ternyata dari seseorang yang di kenalnya.

"Ayah, Ibu aku harus pulang sekarang karena aku tidak ingin dek Asih menunggu lama." ucap Barata pamit pada orangtuanya.

"Ya Bara, hati-hati di jalan. Salam buat Kinasih dan bilang untuk segera punya momongan." ucap ibunya dengan tersenyum bahagia.

"Ya Bu." ucap Barata dengan tersenyum kemudian keluar rumah menuju ke mobilnya.

Dalam perjalanan Barata di kejutkan kembali dengan beberapa pesan yang masuk. Dengan sedikit memperlambat kecepatannya Barata membaca pesan tersebut.

Dengan sebuah senyuman, Barata menjalankan mobilnya ke arah tujuan yang sudah berbeda, bukan ke arah pulang ke rumahnya lagi.

Tiba di sebuah hotel yang berbintang lima Barata menghentikan mobilnya dan menyerahkan kunci mobilnya pada penjaga parkir untuk di parkirkan di area parkir dalam.

Dengan langkah panjangnya Barata masuk ke dalam hotel dan menuju ke bagian Resepsionis.

"Permisi saya teman dari seseorang yang tinggal di kamar VIP nomor lima, bisakah di tunjukkan tempatnya?" tanya Barata dengan sopan.

"Kamar VIP nomor lima ada di lantai satu sebelah kanan pak, tidak jauh dari sini." jawab pegawai resepsionis dengan ramah.