Chereads / KEMBALIKAN HIDUPKU : CINTA YANG ABADI / Chapter 11 - KEPUTUSAN KINASIH

Chapter 11 - KEPUTUSAN KINASIH

Dengan rasa iba Kinasih membantu Arya duduk di kursi rodanya.

"Terimakasih Ay." ucap Arya tersenyum dengan wajah yang sedikit memeraph karena rasa malu di peluk Kinasih.

"Sama-sama Ar." sahut Kinasih yang juga merasa malu dengan apa yang telah terjadi.

"Ay, aku bertanya kamu belum menjawabku? kenapa kamu tidak kerja, malah ke sini?" tanya Arya sambil mendorong kursi rodanya mengambil kursi dan di berikan pada Kinasih agar duduk.

"Aku lagi sedih Ar, aku merasa menjadi orang bodoh yang aku tidak tahu lagi harus berbuat apa." ucap Kinasih yang tiba-tiba menangis terisak-isak.

Arya terkejut hanya bisa menatap Kinasih dengan tatapan iba.

"Ada apa Ay? apa yang terjadi padamu?" tanya Arya mengangkat dagu Kinasih.

"Sepertinya, mas Barata mempunyai wanita lain selain diriku Ar. Aku melihat tanda merah banyak di sekitar leher dan dadanya, juga bau parfum wanita yang aku yakin itu bukan parfum milik mas Barata." ucap Kinasih di sela-sela tangisnya.

"Apa kamu sudah bertanya pada Barata Ay?" tanya Arya dengan tenang.

"Sudah, dan dia bilang karena dia gatal-gatal jika di desa." jawab Kinasih sambil mengusap airmatanya.

Arya terdiam dan berpikir sejenak untuk bisa memahami masalah antara Barata dan Kinasih.

"Mungkin memang itu yang terjadi Ay, dan untuk parfum mungkin Barata di Desa seharian bersama adik-adiknya atau Ibunya yang memakai parfum itu. Kamu harus percaya pada suamimu Ay." ucap Arya berusaha menenangkan hati Kinasih.

"Tapi kata hatiku mengatakan ada wanita lain Ar?" ucap Kinasih keras kepala.

"Ingat Ay, dalam rumah tangga harus ada kepercayaan, kamu harus percaya pada Barata. Dan kalau memang kamu ada bukti dengan kecurigaanmu itu baru kamu bisa bertindak untuk mengambil satu keputusan." ucap Arya dengan sabar.

Kinasih terdiam merenungkan kembali ucapan Arya yang ada benarnya.

"Ya Ar, apa yang kamu bilang ada benarnya juga. Mungkin semalam hanya pemikiranku saja, dan mungkin karena aku terlalu cemburu sampai aku tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Sekarang sebaiknya kamu bekerja, karena tidak ada yang dapat menyelesaikan masalah jika tidak ada kamu di sana. Dan lagi bagaimana kalau Barata mencarimu dan tahu kamu ada di sini?" ucap Arya yang tidak ingin menambah atau memperkeruh masalah Kinasih dengan suaminya walau dalam hatinya selalu menginginkan Kinasih.

"Ya Ar, sebentar lagi aku akan ke sana, aku ingin tahu bagaimana dengan kakimu sekarang, apa sudah baikan atau belum?" tanya Kinasih dengan tatapan sedih.

"Masih belum baik, nanti kalau sudah baik aku pasti akan kembali kerja." ucap Arya dengan tersenyum, ada sekelumit bahagia saat Kinasih masih bertanya tentang keadaannya.

"Lalu bagaimana dengan orang yang menabrakmu? apa sudah ada kabar dari polisi? harusnya kan lebih mudah menangkap orangnya karena sudah jelas ada nomor plat mobil yang polisi sudah tahu?" tanya Kinasih lagi dengan tatapan serius.

"Sudah, polisi sudah memberitahuku dan aku meminta pada polisi untuk menutup kasus ini, karena aku mengenal orang yang sudah menabrakku walau dia menyuruh orang lain." ucap Arya sambil menghela nafas panjang.

Sungguh Arya tidak sampai hati untuk memberitahu Kinasih kalau orang yang.menabraknya adalah orang suruhan Barata. Arya tidak tahu alasan apa yang membuat Barata ingin menyelakainya, hanya karena Kinasih atau karena kedudukannya di perusahaan. Karena sudah marak kabar kalau Barata menginginkan posisi sebagai wakil direktur yang jadi posisinya.

"Memang siapa dia? apa aku juga mengenalnya?" tanya Kinasih dengan serius.

"Kamu tidak perlu tahu, kalaupun aku memberitahumu kamu juga tidak mengenalnya." jawab Arya dengan tersenyum.

Kinasih terdiam sesaat kemudian menatap kedua mata Arya untuk sekedar mencari kejujuran di sana.

Arya tersenyum simpul dan mengacak lembut rambut Kinasih.

"Apa ada lagi yang kamu tanyakan Ay, sudah jam delapan nanti suamimu marah di sana." ucap Arya berusaha mengikhlaskan Kinasih walau rasa cintanya tidak akan pernah hilang.

"Baiklah, aku mau berangkat kerja, tapi aku ingin kalau kamu sudah sehat walau masih duduk di kursi roda, aku ingin kamu tetap bekerja karena perusahaan sangat membutuhkan kamu." ucap Kinasih dengan sungguh-sungguh.

Arya tertawa terkekeh.

"Bagaimana aku bisa kerja, untuk mendorong kursi rodaku saja aku masih membutuhkan perawat di sini, apalagi di kantor." ucap Arya tertawa menyimpan rasa kesedihannya.

"Ada aku, tenang saja. Aku yang akan mendorongnya kemanapun kamu ingin." ucap Kinasih dengan wajah serius.

"Kamu Ay! sudah cepat berangkat sudah terlambat kamu kerja Ay." ucap Arya dengan hati menangis menahan haru.

"Arya! aku sungguh-sungguh dengan apa yang aku katakan." ucap Kinasih lagi.

"Nanti kita bicarakan lagi, sekarang kamu harus pergi sudah terlambat seorang direktur tidak boleh terlambat datangnya." ucap Arya menahan kesedihannya yang ingin tumpah.

"Ya...ya aku berangkat. Nanti siang aku meneleponmu." ucap Kinasih seraya berjalan menjauh.

"Aku selalu akan selalu menunggumu Ay, baik dirimu atau teleponmu." bisik Arya menatap kepergian Kinasih yang sudah menghilang dari pandangan mata.

***

Dengan perasaan tenang dan lega Kinasih masuk ke dalam ruang kerjanya. Langkahnya terhenti saat melihat kehadiran Barata yang sudah duduk di kursinya.

"Aku sudah menunggumu dua jam yang lalu dek, aku mengejarmu kemari berharap kita bisa menyelesaikan masalah kesalahpahaman kita. Tapi aku tidak menemukanmu di sini, aku menghubungimu ponselmu tidak aktif. Apa kamu sungguh-sungguh marah padaku dek?" tanya Barata mendekati Kinasih dengan tatapan sedih.

Kinasih terdiam dengan keadaan masih berdiri. Saat Barata memeluk pinggangnya dan mengusap lembut wajahnya Kinasih membiarkannya. Bayangan wajah Arya dan nasihatnya terlintas dalam pikirannya.

"Aku minta maaf padamu dek, seharusnya aku tidak menghalangimu untuk selalu dekat dengan Arya karena Arya adalah sahabatmu. Maafkan aku mungkin karena aku terlalu cemburu hingga tidak bisa berpikir jernih." ucap Barata dengan tatapan penuh penyesalan.

"Aku juga minta maaf mas, karena telah mencurigaimu ada wanita lain dalam hidupmu. Seharusnya aku lebih percaya padamu, maafkan aku ya mas? aku berjanji mulai hari ini akan selalu percaya padamu." ucap Kinasih yang sudah mengambil keputusan untuk memulai hidup baru dengan Barata tanpa ada rasa curiga.

"Benarkah apa yang kamu katakan ini dek? apakah yang kamu katakan ini berdasarkan dari hatimu yang paling dalam?" tanya Barata dengan hati yang masih belum percaya dengan semua yang di dengarnya.

"Aku tadi ke rumah sakit mas, dan aku mendapat nasihat yang baik dari Arya. Karena itu aku menyadari kesalahanku. Maafkan aku ya mas?" jawab Kinasih dengan jujur.

"Tidak perlu meminta maaf dek, aku juga salah karena terlalu mengatur hidupmu, dan memang itulah gunanya sahabat untuk bisa saling mengingatkan." ucap Barata dengan hati di penuhi rasa amarah dan cemburu.