Chereads / KEMBALIKAN HIDUPKU : CINTA YANG ABADI / Chapter 13 - KEKECEWAAN KINASIH

Chapter 13 - KEKECEWAAN KINASIH

"Mas Barata, masih belum pulang?" tanya Kinasih setelah jam kerja telah selesai.

"Kamu pulang dulu saja dek, aku mau mengurus surat mutasi Arya ke kota A." jawab Barata dengan tenang, fokus pada layar monitornya.

"Arya siapa mas?" tanya Kinasih dengan serius.

"Arya Anggara sahabat kamu. Barusan menghubungi aku kalau dia ingin mutasi ke kota A sekalian terapi untuk kakinya." ucap Barata melihat reaksi wajah Kinasih yang tiba-tiba pucat.

"Apa benar Arya yang meminta mas?" tanya Kinasih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Benar dek, kalau kamu tidak percaya kamu bisa menemuinya dan tanya langsung padanya." ucap Barata dengan sangat yakin kalau Arya tidak akan mungkin melanggar janji, karena dia tahu Arya agamanya sangat kuat.

"Ya sudah mas, aku mau pulang dulu ya mas? jangan malam-malam pulangnya." ucap Kinasih sambil mengecup punggung tangan Barata.

"Ya dek, hati-hati pulang ya." ucap Barata dengan sebuah senyuman bahagia karena sebentar lagi tidak ada orang yang menjadi penghalang hubungan antara dirinya dengan Kinasih.

Kinasih keluar dari ruangan Barata dan berjalan cepat keluar kantor menuju ke rumah sakit di mana Arya masih belum pulang.

Tiba di kamar Arya, Kinasih melempar tasnya di meja dan menghampiri Arya yang sedang menatap heran.

"Ada apa Ay? kenapa kamu datang dengan marah-marah seperti itu?" tanya Arya menghampiri Kinasih dengan duduk di kursi rodanya.

"Aku kecewa padamu Ar, kenapa kamu tidak mengatakan apa-apa padaku kalau kamu mau mutasi ke kota A?" tanya Kinasih dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Aku tidak sempat Ay, barusan juga aku dapat info dari dokter kalau aku harus terapi di kota A, karena aku ingat ada perusahaan cabang di sana aku berpikir sekalian bekerja di sana. Itu kan juga perusahaan kamu Ay." ucap Arya yang sudah di beritahu jawaban oleh Barata jika Kinasih bertanya kenapa dia pindah ke kota A.

"Di rumah sakit ini peralatan lebih lengkap daripada di kota A, kenapa Dokter malah menyarankan kamu terapi di kota A yang bisa dikatakan sebuah rumah sakit kecil?" tanya Kinasih dengan tatapan berkabut.

"Dokter khusus terapi tinggal di kota A Ay, itu yang membuat Dokter di sini menyarankan aku untuk terapi di sana." ucap Arya dengan dada terasa sesak karena harus berbohong pada Kinasih.

"Aku tidak mengerti dengan dirimu Ar, di Kota ini banyak dokter yang ahli terapi tapi kenapa kamu malah setuju terapi di sana, aku yakin kamu pasti punya alasan tertentu dan kamu tidak bilang padaku! aku kecawa padamu!" ucap Kinasih berlari keluar dengan airmata yang sudah tidak bisa di bendungnya lagi.

Sambil mengusap airmatanya Kinasih masuk ke dalam mobilnya dan menjalankannya dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Di dalam kamar Arya meremas-remas rambutnya, sungguh bukan Kinasih saja yang merasa tersakiti, hatinya juga merasakan sakit yang sangat dalam.

"Maafkan aku Ay, sungguh aku melakukan hal ini karena aku tidak ingin rumah tangga kamu hancur. Aku bahagia saat tahu kamu mencintaiku Ay, tapi hal hal itu akan menjadi tidak baik buat hubungan kita karena kamu sudah bersuami." gumam Arya dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Dengan perasaan sedih Arya hendak menutup pintu kamarnya tapi gerakannya terhenti dengan bunyi ponselnya.

"Drrrrt... Drrrrt... Drrrrt"

Arya mengambil ponselnya di atas ranjang, ternyata Barata yang meneleponnya. Dengan perasaan marah Arya menerima panggilan Barata.

"Ada apa lagi Bara? apa masih belum cukup dengan apa yang telah aku lakukan untukmu?" ucap Arya dengan perasaan sedih.

"Apa Kinasih menemuimu Arya?" tanya Barata berharap Kinasih tidak menemui Arya.

"Kinasih menemuiku, dan kecewa padaku. Apa sekarang kamu sudah puas?" ucap dengan nada dingin.

"Benarkan apa yang aku bilang? Kinasih itu mencintaimu, dia tidak mencintaiku." ucap Barata dengan hati terluka dan cemburu yang sangat dalam.

"Aku tidak tahu Barata, sekarang biarkan aku sendiri, aku sudah melakukan seperti yang kamu inginkan, Dan soal perasaan Kinasih dia tidak pernah bilang cinta padaku, sama seperti diriku..aku tidak pernah bilang kalau aku juga mencintainya. Maaf aku ingin sendiri saat ini." ucap Arya menutup ponselnya dan berbalik untuk menutup pintu kamarnya, gerakan Arya terhenti saat ada seseorang yang berdiri di pintu itu dengan kedua matanya yang mengeluarkan airmata kesedihan.

"Ay! kamu masih di sini?" tanya Arya dengan suara bergetar.

"Tasku ketinggalan di meja. Arya, apa yang kamu lakukan ini? kenapa kamu mau melakukannya hanya karena mas Barata?" tanya Kinasih dengan tatapan tak mengerti.

"Apa kamu mendengar semuanya Ay?" tanya Arya dengan gugup.

"Aku mendengar semuanya Ar, dari saat mas Barata meneleponmu." ucap Kinasih berjalan mendekati Arya dengan wajahnya yang pucat.

"Kamu, mendengar semuanya? aku.. aku tidak bermaksud bicara seperti tadi, jangan kamu masukkan hati." ucap Arya dengan wajah memerah antara perasaan sedih dan malu.

"Arya, tidak harusnya kamu pergi! kenapa kamu menyiksa hatimu sendiri." ucap Kinasih menangkup wajah Arya.

"Ay, maafkan aku..aku melakukannya karena tidak ingin rumah tangga kamu terganggu hanya karena aku." ucap Arya dengan suara lirih.

"Siapa yang bilang rumah tanggaku hancur? aku tahu aku sudah menikah dan aku harus menjaga rumah tanggaku, kalau aku mau rumah tanggaku hancur aku sudah bicara jujur padamu saat aku tahu kamu mengigau memanggil namaku dan mengatakan cinta padaku. Tapi aku diam saja karena apa? karena aku tidak ingin merusak persahabatan kita, karena aku sadar aku sudah menikah." ucap Kinasih dengan serius.

"Ay...apa benar aku mengatakan hal itu?" tanya Arya dengan tatapan tak percaya merasa malu pada Kinasih.

"Ya Ar, saat kamu demam kamu mengatakan semua perasaanmu dan jujur aku juga mempunyai perasaan yang sama padamu, tapi aku tahu semua sudah terlambat, karena aku sudah menikah dengan Barata." ucap Kinasih dengan tatapan sedih.

"Jangan sedih Ay, mungkin ini sudah takdir kita. Kita hanya di takdirkan sebagai sahabat bukan suami istri." ucap Arya ikut merasakan kesedihan Kinasih.

"Cinta kita ternyata begitu menyedihkan ya Ar? Padahal dari dulu kita sudah sama-sama punya perasaan yang sama tapi kita tidak bisa bersatu." ucap Kinasih dengan tersenyum.

"Aku hanya takut Ay, karena aku tidak sepadan dengan dirimu." Ucap Arya kenapa selama ini tidak pernah mengungkapkan perasaannya.

"Kalau aku, aku takut kamu tidak mencintaiku Ar? karena aku merasa kamu biasa saja padaku." ucap Kinasih semakin malu karenanya.

"Maafkan aku ya Ay, karena aku..akhirnya kita jadi seperti ini." ucap Arya dengan perasaan malu.

"Tidak apa-apa Ar, kamu tidak perlu kemana-mana kita tetaplah sahabat. Jangan perdulikan cerita mas Barata, mas Barata telah membohongimu." ucap Kinasih tidak menginginkan Arya pergi.