Chapter 17 - BAHAGIA

"Selamat pagi Mas." sapa Kinasih dengan tatapan penuh cinta pada Barata.

"Selamat pagi juga Dek." sahut Barata dengan kedua matanya yang masih setengah terpejam.

"Cepat mandi Mas, sudah siang. Mas Bara harus berangkat pagi ke kantor, untuk bersiap-siap terima jabatan yang baru." ucap Kinasih seraya mengusap lembut wajah Barata.

Barata mengangkat wajahnya menatap Kinasih dengan tatapan tak berkedip.

"Apa yang kamu katakan Kinasih? ini tidak mungkin! bagaimana tiba-tiba aku bisa menggantikan posisi kamu?" Tanya Barata masih dengan tatapan tak percaya.

"Kenapa Mas? apa kamu tidak percaya dengan apa yang aku katakan?" ucap Kinasih dengan sebuah senyuman.

"Bukan seperti itu Dek, tentu aku sangat percaya padamu. Tapi aku sudah tidak berpikir lagi untuk menggantikan posisi kamu?" ucap Barata sambil mengusap tengkuk lehernya.

"Aku ingin memberi kejutan padamu Mas, karena aku melihatmu sudah berubah dan kamu bisa bekerja sama dengan Arya untuk memajukan perusahaan kita." ucap Kinasih dengan tersenyum menatap wajah Barata yang terlihat tampan.

Tanpa berkata apa-apa, Barata memeluk Kinasih dengan sangat erat dan mengecup puncak kepala Kinasih berulang-ulang.

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa padamu Dek." ucap Barata dengan perasaan bahagia.

"Kamu tidak perlu mengatakan apa-apa Mas. Aku sudah senang melihat kamu sudah berubah itu sudah cukup bagiku." ucap Kinasih membalas pelukan Barata.

"Aku berjanji padamu, memenuhi semua keinginanmu." ucap Barata dengan sungguh-sungguh menatap penuh wajah Kinasih.

Dengan tatapan lembut, Barata meraih tengkuk leher Kinasih dan menariknya pelan agar semakin dekat dengan wajahnya.

Hembusan nafas Barata yang berat menyeruak masuk ke dalam setiap tarikan nafas Kinasih.

Kinasih memejamkan matanya, merasakan tarikan nafas Barata semakin berat. Sentuhan lembut tangan Barata pada punggungnya membuat Kinasih semakin tersiksa.

"Kamu telah membuatku tersiksa Mas, kenapa kita tidak melakukannya saja." Ucap Kinasih dengan suara lirih sudah tidak tahan dengan sentuhan-sentuhan Barata yang meraba ke seluruh area sensitifnya.

"Apa aku tidak akan membuatmu terlambat ke kantor Dek?" Ucap Barata semakin dalam mencintai Kinasih. Barata sangat yakin Kinasih benar-benar mencintainya dengan bukti telah memberikan hak sepenuhnya untuk mengelola perusahaan.

"Hem... tidak Mas, apa waktu tiga puluh menit tidak cukup untuk kita melakukannya Mas?" Ucap Kinasih dengan tatapan sayu.

"Untuk bercintaku denganmu, dengan waktu hanya tiga puluh menit sangatlah kurang Dek. Aku harus membutuhkan waktu sangat lama agar bisa selalu bersamamu." ucap Barata dengan sebuah kata-kata yang indah agar Kinasih bahagia.

"Kamu semakin membuatku tenggelam dalam hasrat ini Mas." ucap Kinasih menatap teduh kedua mata Barata dengan dua tangannya melingkar di lehernya.

Barata membalas tatapan Kinasih, dengan tatapan tak kalah sayu Barata melepas satu-satu seluruh pakaian Kinasih yang berbaring di bawahnya.

"Mas...." panggil Kinasih dengan suara hampir tak terdengar mengusap wajah Barata dengan napasnya yang mulai berat dan memburu.

"Ada apa Dek? apa kamu sudah tak sabar?" Ucap Barata berbisik di telinga Kinasih dan menggigit pelan daun telinga Kinasih.

"Aku sudah tak sabar Mas. Kamu benar-benar menyiksaku." Ucap Kinasih dengan mata setengah terpejam melepas kancing kemeja Barata kemudian melepas yang lainnya.

Barata tersenyum bahagia merasa di cintai dan di inginkan Kinasih.

"Aku tidak menyiksamu Dek, aku juga sangat menginginkanmu. Aku sangat memuja setiap apa yang aku sentuh di tubuhmu." ucap Barata menindih pelan tubuh Kinasih sambil menangkup wajahnya.

Perlahan namun pasti dengan gerakan pelan Barata mencium bibir lembab Kinasih dengan penuh perasaan.

Kinasih memejamkan matanya merasakan kelembutan bibir Barata yang bagaikan candu baginya.

Dalam suasana pagi yang cerah Barata menenggelamkan hasratnya yang penuh cinta dengan membelai dan menyentuh setiap inci kulit tubuh Kinasih.

Kinasih semakin mempererat pelukannya dengan menekan tengkuk leher Barata untuk membalas ciuman-ciuman Barata yang semakin brutal.

Kedua mata Barata semakin sayu, ciuman dahsyat dan sentuhan tangan lembut Kinasih semakin menggugah hasratnya semakin tinggi.

"Aaahhh!! aku sudah tidak tahan Dek." Ucap Barata dengan suara parau menenggelamkan dirinya dalam deburan ombak cinta pada tubuh indah Kinasih.

Kinasih mendesah setiap kali Barata menenggelamkan sesuatu yang indah pada bagian tubuhnya yang sudah menegang di dalamnya.

"Masssss...Mas Barata, tekan yang kuat Mas." ucap Kinasih seiring dengan desahan yang semakin berat.

Suara desahan Kinasih semakin membuat hasrat gelora Barata semakin naik hingga pada puncak klimaksnya.

Dengan sentuhan-sentuhan terakhirnya yang penuh dengan gairah Barata menekan keras dan menenggelamkan Kinasih pada kenikmatan yang tiada tara.

Desahan suara Barata dan Kinasih saling bersahutan di dalam kamar, kenikmatan yang luar biasa telah mereka rasakan hingga tubuh mereka basah dan lembab menyatu di dalam satu selimut yang sama.

Rasa puas dan lelah telah membuat mereka terkapar dengan napas yang hampir menghilang.

Barata memeluk erat pinggang Kinasih dengan tatapan penuh cinta.

"Bagaimana Dek? apa kamu bahagia?" tanya Barata dengan sebuah senyuman bahagia.

"Sangat bahagia Mas, apa kamu juga bahagia?" tanya Kinasih menenggelamkan kepalanya dalam ceruk leher Barata.

"Tidak ada kebahagiaan selain bisa bersamamu seperti ini Dek." ucap Barata masih dengan tersenyum tidak percaya Kinasih benar-benar menginginkan dirinya sepenuhnya.

"Syukurlah Mas, aku ingin membahagiakanmu dengan menjalankan kewajiban seorang istri pada suaminya. Aku mencintaimu Mas." ucap Kinasih dengan tatapan penuh cinta.

"Aku juga akan membahagiakanmu Dek, sebagai suami aku akan menjagamu dengan sangat baik. Aku mencintaimu Kinasih." ucap Barata mengusap wajah cantik Kinasih yang terlihat lelah.

"Kamu terlihat sangat lelah Dek, apa kamu masih berencana kerja?" tanya Barata dengan tatapan penuh.

Kinasih menganggukkan kepalanya dengan pelan menghirup aroma ceruk leher Barata dan menggigitnya.

"Aaaasshhh!! Geli Dek, jangan lagi menggigit di situ." ucap Barata dengan sebuah senyuman dan tawa bahagia.

"Hanya sedikit Mas. Belum juga menghisap darahmu." ucap Kinasih menggoda Barata dengan sebuah tatapan nakal.

"Tatapanmu sangat nakal sekali Dek." ucap Barata segera bangun dari tempatnya dan mengangkat tubuh Kinasih dengan kuat.

"Akh!! turunkan Mas! kamu mau membawaku ke mana?!!" tanya Kinasih dengan suara keras merasa terkejut dengan apa yang di lakukan Barata.

"Membawamu kembali ke langit ketujuh Dek, tapi tidak di sini. Aku akan melakukannya di kamar mandi." ucap Barata dengan tersenyum membawa Kinasih ke kamar mandi.

"Tidak Mas!! aku sudah lelah Mas, turunkan aku." ucap Kinasih memberontak pelan dengan suara manja.

"Benarkah Dek?? baiklah kalau begitu aku perlu menyuntikmu lagi biar kamu tidak lelah." Ucap Barata mencium bibir Kinasih dan berjalan ke kamar mandi tanpa mengetahui ada seseorang yang telah lama berdiri di balik pintu.

Dhatu Arimbi bersandar di balik pintu dengan kedua tangan terkepal dan wajah penuh kemarahan dan kebencian.

"Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi, aku tidak akan menyerah Saga!! kamu hanyalah milikku Saga!! hanya milikku!! bukan Kinasih!" ucap Arimbi berteriak dalam hati tidak rela melihat kehidupan Kinasih bahagia dengan Barata.