Chereads / KEMBALIKAN HIDUPKU : CINTA YANG ABADI / Chapter 12 - KEMARAHAN SEORANG BARATA

Chapter 12 - KEMARAHAN SEORANG BARATA

"Tidak perlu meminta maaf dek, aku juga salah karena terlalu mengatur hidupmu, dan memang itulah gunanya sahabat untuk bisa saling mengingatkan." ucap Barata dengan hati di penuhi rasa amarah dan cemburu.

"Syukurlah mas, kalau kamu sudah mengizinkan aku untuk tetap bersahabat dengan Arya." ucap Kinasih menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Barata.

"Sekarang kamu tidak marah lagi kan dek?" tatap Barata menangkup wajah cantik Kinasih.

"Tidak mas, aku sudah tidak marah lagi padamu." jawab Kinasih dengan tersenyum bahagia.

"Trimakasih dek, sekarang aku harus melanjutkan pekerjaanku untuk proses penyerahan pekerjaanku pada Ilham." ucap Barata dengan sebuah senyuman.

"Mas Bara." panggil Kinasih saat Barata beranjak dari tempatnya.

"Ya dek." Barata menghentikan langkahnya dan menatap Kinasih dengan sedikit heran.

"Sebaiknya untuk pekerjaan personalia sementara mas Bara tetap yang bertanggung jawab, karena aku masih ingin bekerja dan tentu saja mas Barata akan lebih sering denganku sambil mas Barata belajar mulai dari sekarang. Dan untuk Arya aku sudah bilang padanya walau dia duduk di kursi roda dia akan tetap pada posisinya karena yang kita butuhkan adalah kepintaran Arya." ucap Kinasih membuat Barata terpaku di tempatnya dengan tatapan yang rumit.

"Aku tidak mengerti maksudmu dek? bisa sedikit di perjelas?" tanya Barata mendekati Kinasih.

"Aku akan tetap bekerja sebagai pimpinan di sini mas, dan mas Bara tetap memegang kendali bagian personalia. Tetapi mas Bara bisa meluangkan waktu tiga jam bersamaku untuk bisa menguasai pekerjaanku agar sewaktu-waktu jika aku berhenti bekerja mas Bara bisa langsung menanganinya." ucap Kinasih dengan jelas.

"Aku bertanya tentang Arya? maksudnya apa?" tanya Barata menahan kesabaran dan kemarahannya.

"Oh Arya, Arya sudah sehat mas, tapi untuk saat ini dia hanya bisa duduk di kursi roda. Aku meminta padanya untuk bekerja mulai besok dengan posisi tetap sebagai wakilku. Karena aku berpikir perusahaan sangat membutuhkan otaknya yang cerdas." ucap Kinasih menjelaskan dengan tegas yang membuat darah Barata semakin mendidih.

"Ada apa mas? apa mas Barata keberatan?" tanya Kinasih dengan tatapan penuh.

"Sama sekali tidak dek, sepenuhnya segala keputusan ada di tanganmu, aku hanya bisa mendukungmu saja. Apa hanya itu saja kejutan darimu dek?" tanya Barata dengan tersenyum walau hatinya benar-benar terluka dengan keputusan Kinasih yang tidak jadi melepas jabatannya sebagai direktur utama.

"Terimakasih mas atas dukungannya, selama tiga jam di saat mas Bara ada waktu luang bisa langsung ke sini, kita akan belajar bersama." ucap Kinasih tersenyum dan mengecup punggung tangan Barata.

"Aku harus kembali bekerja dek." ucap Barata membalas kecupan Kinasih di keningnya.

Dengan hati yang penuh kekecewaan, Barata keluar dari ruangan Kinasih sambil menghubungi seseorang.

"Bagaimana kerjamu bisa tidak becus, Arya tidak terluka parah dan Arya sudah sehat sekarang." ucap Barata dengan geram.

"Aku sudah menabraknya sedemikian rupa pak, nasibnya saja yang begitu baik. Dan saya ada kabar buruk pak, polisi sudah tahu kalau saya yang menabraknya...tapi sepertinya Arya tidak menuntut saya." ucap Bono orang suruhan Barata.

"Kamu tidak menyebut namaku kan Bono?" tanya Barata dengan gelisah.

"Tidak pak." jawab Bono berbohong karena takut dengan kemarahan Barata.

"Ya sudah tunggu tugas berikutnya dari aku." ucap Barata sambil menutup panggilannya.

"Aku harus menemui Arya sekarang." gumam Barata beranjak dari tempatnya berdiri dan berjalan cepat ke mobilnya yang ada di parkiran depan kantor.

Tiba di rumah sakit, Barata bertanya pada bagian informasi di mana kamar Arya berada.

Setelah mengetahui letak kamar Arya, Barata berjalan langsung menuju ke arah kamar Arya.

Dengan mengambil nafas panjang, Barata mengetuk pintu dan membukanya pelan.Di lihatnya Arya sedang duduk menikmati makanannya.

"Hai Arya." sapa Barata sedikit canggung karena dia harus pandai berakting di hadapan Arya yang tidak bodoh.

"Kamu Bara? tumben kamu ke sini? apa ada hal penting?" tanya Arya tanpa basa basi.

"Ya, aku mau membicarakan soal Kinasih dan soal pekerjaanmu." jawab Barata sedikit menampakkan wajah sedihnya.

"Katakan saja, aku akan mendengarnya." ucap Arya dengan tenang.

"Kamu tahu aku mencintai Kinasih, dan aku ingin rumah tanggaku baik-baik saja tanpa ada terlibat orang ketiga entah orang itu orang tua atau sahabat. Aku ingin dan memohon padamu untuk bisa menjauh dari Kinasih. Aku tahu Kinasih sangat menyayangimu tapi baru aku tahu kalau Kinasih sangat mencintaimu. Dan aku tidak ingin pernikahanku berakhir karena perasaan cinta Kinasih itu." ucap Barata mengarang cerita tentang perasaan Kinasih pada Arya.

Arya terdiam mendengar semua cerita Barata tentang Kinasih.

"Kinasih tidak ingin menjauh dari kamu Arya, aku harus berbuat apalagi? selain minta tolong padamu? kamu tidak ingin pernikahanku dengan Kinasih hancurkan?" ucap Barata dengan tatapan memohon.

"Apalagi yang kamu inginkan selain menyuruhku menjauh dari Kinasih Barata?" tanya Arya yang sungguh tak percaya jika Kinasih juga mencintainya.

"Kinasih tetap bersikeras ingin kamu berada di sisinya dengan menyuruhmu tetap bekerja sebagai wakilnya, bagaimana aku bisa melihat pemandangan itu Arya? di mana ada suami yang bisa menahan rasa cemburu saat tahu istrinya mencintai orang lain dan tetap ingin selalu di sampingnya?" ucap Barata dengan kedua matanya berkaca-kaca.

"Kinasih apa sudah bilang padamu kalau dia ingin kamu tetap bekerja dengannya?" tanya Barata pada Arya seolah-olah tidak tahu.

Arya menganggukkan kepalanya.

"Kinasih melakukannya karena tidak ingin jauh darimu, dia ingin selalu dekat denganmu. Aku harus bagaimana lagi? apa yang harus aku lakukan agar pernikahanku bisa bertahan?" tanya Barata sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Kamu menginginkan aku melakukan apa? katakan saja." tanya Arya yang masih termangu dengan perasaan cinta Kinasih padanya.

"Aku ingin kamu minta pada Kinasih untuk mutasi ke kota A. Perusahaan cabang Kinasih di kota A membutuhkan orang sepertimu. Aku yakin jika kamu yang menginginkan Kinasih pasti akan setuju." ucap Barata dengan tatapan sedih dan memohon.

"Baiklah, akan aku lakukan seperti apa yang kamu inginkan, tapi aku minta padamu jaga Kinasih baik-baik dan jangan pernah sakiti Kinasih." ucap Arya akhirnya mengalah dia yang harus pergi demi keutuhan rumah tangga Kinasih yang masih seumur jagung.

"Benarkah kamu mau melakukannya Arya? kamu benar-benar sahabat sejati Kinasih. Aku akan segera mengurus mutasimu. Tapi aku mohon apa yang kita bicarakan ini jangan sampai Kinasih tahu. Karena aku melakukan hal ini sebagai suami yang tidak berdaya dan takut kehilangan Kinasih." ucap Barata dengan hati tersenyum puas karena apa yang di rencanakannya telah berhasil.

"Akan aku usahakan, sekarang pulanglah aku mau istirahat." ucap Arya dengan jiwa yang separuh hilang karena sebentar lagi tidak bisa bertemu dengan Kinasih wanita yang sangat di cintainya.