"Kamar VIP nomor lima ada di lantai satu sebelah kanan pak, tidak jauh dari sini." jawab pegawai resepsionis dengan ramah.
"Terimakasih." ucap Barata dengan tersenyum kemudian berjalan pelan menuju kamar VIP nomor lima di mana seseorang telah menunggunya.
Tiba depan pintu kamar nomor lima, Barata menghentikan langkahnya dan mengetuk pintunya dengan pelan.
Tidak menunggu lama, pintu kamar terbuka dan tampak wajah seorang wanita yang terlihat sedang menahan rasa rindunya.
"Saga, aku merindukanmu." ucap wanita itu dengan tatapan penuh cinta.
"Apa yang kamu inginkan Arimbi? aku sudah menikah dengan Kinasih. Jangan menggangguku lagi." ucap Barata dengan nada tidak senang.
"Kenapa aku tidak bisa menggangumu Saga? kita adalah sepasang kekasih! sudah dua tahun kita berhubungan dan sudah aku serahkan semua yang aku punya untukmu, baik diriku dan sebagian hartaku untukmu." ucap Arimbi dengan perasaan kecewa.
"Maafkan aku Arimbi, tapi semenjak aku bertemu dengan Kinasih aku jatuh cinta padanya dan itu perasaan yang sesungguhnya." ucap Berata berusaha tenang menghadapi kemarahan Arimbi yang sangat pencemburu.
"Perasaan yang sesungguhnya? baru tiga bulan kamu mengenalnya Barata, dan kita berhubungan sudah selama dua tahun! kamu hanya menginginkan kedudukan dan hartanya saja bukan? katakan Saga!" Teriak Arimbi dengan kemarahan yang meluap-luap.
"Aku sangat mencintainya Arimbi, dan aku sudah tidak mencintaimu lagi." ucap Barata berulangkali dengan tenang.
"Baiklah, aku ingin tahu apa kamu masih mencintai Kinasih jika nanti kedudukan dan harta Kinasih akan aku alihkan atas namaku? apa kamu masih mencintainya atau tidak?" ucap Arimbi dengan sebuah senyuman.
"Apa maksudmu Arimbi?" tanya Barata menatap Arimbi dengan serius.
"Aku akan mengalihkan semua harta Kinasih ke atas namaku, dan kamu tidak akan mendapatkan apa-apa selain cinta Kinasih." ucap Arimbi dengan suara penuh tekanan.
Tangan Barata terkepal kuat.
"Apa yang kamu inginkan Arimbi?" tanya Barata dengan kekalahan yang telak karena Arimbi adalah ibunya Kinasih yang juga berhak atas harta Kinasih.
"Aku ingin kita tetap menjadi sepasang kekasih dan aku pastikan semua harta akan menjadi milikmu." ucap Arimbi dengan pasti.
Barata terdiam kemudian mendekati Arimbi.
"Aku tidak bisa memberikanmu cinta, aku hanya bisa memberikan tubuhku saja apa kamu mau?" ucap Barata seraya melepas pakaiannya.
"Saga, aku juga menginginkan cintamu bukan tubuhmu saja." ucap Arimbi menatap tak berkedip saat Barata melepas semua pakaiannya.
"Cintaku sudah menjadi milik Kinasih bukan milikmu lagi." ucap Barata berbaring di atas ranjang.
"Akkkkhhhhh!! kenapa selalu Kinasih! Kinasih terus yang kamu sebut, aku benci dengan Kinasih aku sangat membencinya!" ucap Arimbi sambil menindih tubuh Barata.
Kedua mata Barata menatap Arimbi dengan dingin.
"Lakukan apa yang kamu inginkan pada tubuhku, tapi jangan mengusik hidupku dengan Kinasih dan jangan pernah merebut harta yang telah aku peroleh dengan susah payah selama tiga bulan ini." ucap Barata kemudian memejamkan matanya.
***
Kinasih membuka matanya perlahan, sambil mengusap kedua matanya Kinasih melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Mas Bara kenapa belum pulang?" tanya Kinasih dengan perasaan yang tiba-tiba tidak nyaman.
Dengan kaki berat, Kinasih keluar dari kamar berjalan ke ruang depan.
"Tok..Tok..Tok"
Terdengar suara pintu terketuk. Dengan cepat Kinasih membukakan pintu dan melihat Barata yang baru datang dengan wajah lelah.
"Mas, kenapa pulang malam sekali?" tanya Kinasih menatap Barata dengan tatapan penuh.
"Aku tidak bisa langsung pulang, mobil di pinjam Ayah ke rumah saudara." jawab Barata mencari alasan yang tepat.
"Masuklah dulu mas, di luar sangat dingin." ucap Kinasih yang berniat untuk menutup pintu, tetapi tidak jadi saat melihat mobil Arimbi memasuki halaman rumah.
Tanpa menghiraukan kedatangan Arimbi, Barata masuk ke kamarnya.
"Ibu? Ibu juga baru pulang?" tanya Kinasih melihat wajah Ibunya yang tampak gembira.
"Ya Sih, pekerjaan ibu sudah selesai dan beres jadi hati ibu sudah tenang sekarang dan ibu merasa lega." jawab Arimbi dengan sebuah senyuman.
Kinasih mengkerutkan keningnya, tidak biasanya ibunya tersenyum padanya seperti itu.
"Suamimu apa sudah pulang Sih?" tanya Arimbi masih dengan wajah tersenyum.
"Sudah Bu, barusan juga..hampir bersamaan dengan ibu datangnya." jawab Kinasih dengan heran melihat Arimbi yang sangat antusias bertanya soal Barata.
"Bilang pada suamimu untuk makan makan, siapa tahu lapar." ucap Arimbi dengan tatapan penuh cinta.
"Ya Bu." sahut Kinasih semakin heran dengan perhatian Arimbi pada Barata.
"Ya sudah, ibu mau mandi dulu." ucap Arimbi kemudian meninggalkan Kinasih yang termangu di tempatnya.
Dengan hati yang bertanya-tanya, Kinasih masuk ke dalam kamar dan melihat Barata yang sedang melepas kemejanya.
"Sini mas, biar aku bantu." ucap Kinasih seraya melepas kancing kemeja Barata dan tak sengaja Kinasih melihat beberapa tanda merah pada leher Barata.
Barata yang sadar Kinasih melihat bekas merah di lehernya segera tersenyum.
"Warna merah di leherku ini tidak seperti yang kamu pikirkan dek, leherku gatal-gatal saat di rumah ibu, dan aku garuk sedikit karena gatal sekali." jelas Barata berbohong menutupi apa yang telah dilakukannya di belakang Kinasih.
Kinasih terdiam, sungguh dia sangat tahu bagaimana kulit leher yang merah karena gatal dan leher merah karena isapan bibir seseorang.
"Dek, kamu tidak berpikir yang tidak-tidak kan?" tanya Barata menatap penuh wajah Kinasih.
"Mandilah mas, dan aku maaf...karena satu minggu ke depan masih belum bisa melayanimu karena masih datang bulan." ucap Kinasih dengan hati yang sangat kecewa saat mencium bau parfum yang tidak biasanya di pakai Barata.
"Tidak apa-apa dek, aku akan bersabar menunggumu sampai selesai." ucap Barata memeluk pinggang Kinasih dan mengecup kening Kinasih dengan penuh perasaan.
"Aku tahu saat ini, kamu tidak percaya padaku dek. Tapi ketahuilah aku sangat mencintaimu dan aku bersungguh-sungguh padamu." ucap Barata mengusap lembut wajah Kinasih.
Kinasih kembali terdiam tidak merespon apa yang di katakan Barata.
"Ada apa denganmu dek? sepertinya kamu sedang marah padaku?" tanya Barata dengan serius.
"Aku mengantuk mas, aku mau tidur." jawab Kinasih dengan hati yang bertanya-tanya tentang siapa wanita yang telah berhubungan dengan Barata.
Dengan tanpa bicara Kinasih naik ke tempat tidur dan menenggelamkan kepalanya di balik selimut. Ada rasa kesedihan yang sangat dalam yang tidak mampu Kinasih utarakan selain menangis dalam diam.
"Dek Asih, kamu belum menjawab pertanyaanku dek?" ucap Barata mengusap bahu Kinasih penuh rasa sayang.
"Aku sangat mengantuk mas, sebaiknya kita tidur saja." sahut Kinasih yang masih merasakan rasa kecewa dan sakit hati karena di malam pertamanya Barata telah mengkhianatinya.
"Lihat aku dek, jangan seperti ini.Aku sudah jujur padamu, hanya kamu yang aku cintai tidak ada yang lain. Kamu harus percaya padaku dek." ucap Barata dengan suara pelan di telinga Kinasih.