Chereads / KEMBALIKAN HIDUPKU : CINTA YANG ABADI / Chapter 5 - PROSES LAMARAN KINASIH

Chapter 5 - PROSES LAMARAN KINASIH

"Bu, apa semuanya sudah siap?" tanya Kinasih pada Arimbi ibunya.

"Sudah selesai semuanya, ada apa?" tanya Arimbi yang tidak terlalu banyak bicara jika bersama Kinasih. Tapi segala keperluan Kinasih selalu di penuhinya.

"Ingin memastikan saja Bu, siapa tahu ada masih kurang..kan kita bisa persiapkan dari sekarang?" jawab Kinasih dengan tersenyum.

"Sudah siap semua Asih, kamu tenang saja." ucap Arimbi sambil menelepon seseorang untuk mengurusi hal lainnya.

"Terimakasih Bu." ucap Kinasih sambil melihat jam di tangannya.

"Sudah jam tiga sore, satu jam lagi keluarga mas Barata akan datang. Dan Arya belum datang juga?" tanya Kinasih dalam hati karena Arya sudah berjanji akan datang lebih awal untuk membantu sebagai tenaga dokumentasi.

"Assalamualaikum, Aloha.. permisi." seseorang di depan pintu yang sudah terbuka.

Senyum manis Kinasih mengembang karena dengan hanya mendengar suaranya saja, Kinasih sudah tahu kalau itu adalah Arya.

"Waalaikumsallam..Aryaa!! kamu sudah datang!" seru Kinasih dengan dengan wajah terlihat bahagia.

"Tentu saja Nona manis aku harus datang tepat waktu, jika tidak? mata yang indah ini pasti melotot dan itu sangat mengerikan." ucap Arya dengan tertawa.

"Aryaaaa kamu ya! ayo cepat masuk dan persiapkan semuanya." ucap Kinasih dengan perasaan yang bahagia. Entahlah di saat ada Arya bawaan hatinya selalu tertawa dan bahagia.

"Jam berapa acaranya dimulai Ay?" tanya Arya sambil menyiapkan peralatan cameranya.

"Jam empat satu jam lagi." jawab Kinasih sedikit gugup.

"Dari keluarga kamu tidak ada kelihatan Ay? apa mereka tidak datang?" tanya Arya sedikit heran karena selama lima tahun mengenal Kinasih tidak satupun Arya mengenal keluarga Kinasih yang lainnya.

"Dari keluarga Ibu kita sudah tidak ada Ar, kalau dari papa ada tapi di luar negeri semua di Eropa. Jadi mereka tidak pernah ke sini lagi semenjak papa sudah tidak ada." jelas Kinasih yang tidak pernah menceritakan asal usul keluarganya.

"Oh... pantas wajah kamu seperti orang asing, ternyata masih keturunan orang luar." goda Arya dengan sebuah senyuman.

Wajah Kinasih semakin merah merona mendengar candaan Arya.

"Sudah Ar, stop..bisa-bisa aku pingsan mendengar rayuanmu." ucap Kinasih yang tak urung hatinya berbunga-bunga juga.

Arya kembali tertawa terkekeh melihat wajah Kinasih yang bersemburat merah tersipu malu.

"Ay... keluarga Barata sudah datang, cepat panggil Ibu kamu." ucap Arya seraya pergi keluar menyambut kedatangan keluarga Barata yang datang.

"Di mana Kinasih?" tanya Barata pada Arya tanpa sebuah senyuman.

"Ada di dalam, masih memanggil ibunya." jawab Arya yang tak lepas dengan senyumannya.

"Silahkan masuk paman, bibi." sapa Arya pada kedua orangtua Barata.

"Terimakasih Nak, kamu ramah sekali. Apa kamu kakak Kinasih?" tanya Ibu Barata dengan tersenyum.

"Bukan bibi, saya sahabat Kinasih." jawab Arya sambil menganggukkan kepalanya.

"Tapi wajah kalian mirip sekali seperti kakak adik." ucap ibu Barata lagi sambil duduk di kursi sofa yang ukuran besar.

Arya hanya tertawa melengeh sambil mengusap tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Siapa namamu Nak?" tanya Ibu Barata setelah duduk nyaman di sofa.

"Arya Anggara bi." jawab Arya dengan singkat seraya melirik pada Barata yang tidak terlihat senang dengan kehadirannya yang berbincang-bincang dengan kedua orangtuanya.

"Oh ya Nak Arya, kenalkan ini Ayah Barata, ayah Ihkwan dan dua gadis ini adeknya Barata, Namanya Hany dan Sari." ucap ibu Barata yang ternyata sangat ramah.

Arya menganggukkan kepalanya dengan sopan menyapa ayah dan kedua adek perempuan Barata.

"Masih lama ya? nak Kinasih memanggil ibunya?" tanya pak Ikhwan yang sudah duduk terlalu lama.

"Sebentar lagi mungkin pak...nah itu Kinasih datang." ucap Arya dengan sebuah senyuman.

Barata mengangkat wajahnya dan menatap Kinasih yang keluar bersama ibunya.

"Ibunya masih muda ya Bara? seperti adek kakak? tapi wajahnya tidak mirip sama sekali, mungkin Kinasih mirip dengan ayahnya." bisik ibu Barata di telinga Barata.

"Ayahnya sudah meninggal lama Bu." ucap Barata dengan tenang. Kedua matanya tak lepas menatap wajah Kinasih dan wajah ibunya Kinasih secara bergantian.

Kinasih tersenyum menganggukkan wajahnya dan mencium punggung tangan kedua orangtua Barata.

Arimbi pun tersenyum menyalami kedua orangtua Barata, juga pada Barata.

Arya menatap wajah Barata dan Arimbi sedemikian rupa. Arya melihat ada ketegangan di wajah mereka berdua.

"Barata, jangan berdiri terus! duduklah." ucap ibu Barata saat melihat Barata terpaku masih menggenggam tangan Arimbi.

Arya berdehem sedikit keras agar keduanya saling menyadari jika di sekelilingnya masih ada orang.

Dengan wajah memerah Arimbi dan Barata duduk kembali di kursinya.

Kinasih sedikit heran dengan perubahan Arimbi yang menjadi salah tingkah dan sedikit pucat.

"Ibu? apa ibu tidak enak badan?" tanya Kinasih dengan penuh perhatian.

"Aku tidak apa-apa, sekarang kita langsung pada tujuannya." ucap Arimbi dengan suara bergetar.

"Begini bu Arimbi, kami selaku orangtua dari Barata ingin melamar Kinasih sebagai menantu kami. Dan seperti permintaan Barata setelah lamaran ini Minggu depan Barata berniat melangsungkan pernikahannya dengan Kinasih secara sederhana di kantornya, bukan begitu Barata?" tanya Ibu Barata dengan jelas dan tegas.

"Apakah itu benar Barata?" tanya Arimbi menatap wajah Barata tak berkedip.

Barata menganggukkan kepalanya.

"Bicara yang jelas Barata! Benarkah itu?" tanya Arimbi dengan penuh tekanan.

"Benar Bu, aku ingin menikahi Kinasih dalam Minggu depan. Karena aku sangat mencintai Kinasih." ucap Barata dengan suara sangat jelas.

Tubuh Arimbi tak bergerak, kemudian beralih menatap wajah Kinasih dengan sorot mata yang terlihat rumit.

"Apakah kamu menerima lamaran ini? dan mau menikah dengannya Kinasih?" tanya Arimbi dengan suara bergetar.

"Ya Bu, aku sudah memikirkannya matang-matang. Dan aku sudah bersepakat dengan mas Bara, kita akan menikah Minggu depan di kantor." jawab Kinasih dengan suara pelan.

"Baiklah, kalau itu sudah menjadi keputusan kalian berdua. Aku hanya mendukung saja." ucap Arimbi dalam suara terlihat sangat berat.

"Jadi bagaimana Bu Arimbi? kita semua di sini sudah bersepakat ya? bahwa Minggu depan Barata dan Kinasih akan menikah." ucap Ibu Barata dengan tersenyum dengan bahagia.

"Akhirnya Bara, doa ibu terkabul kamu bisa lepas dengan mantan kamu yang sudah tua dan tidak jelas itu, siapa namanya? ibu lupa." bisik Ibu Barata membahas tentang pacar Barata yang usianya sangat jauh dengan Barata.

"Karena keputusan yang terbaik susah kita dapatkan, sekarang...mari kita nikmati makan bersama di dalam." ucap Arimbi sambil menatap Barata tanpa berkedip.

"Ayo Ay, kita makan!" ajak Arya pada Kinasih yang dari terdiam hanya bisa menatap Barata dan ibunya yang beberapa kali bertatapan.

"Ya Ar." jawab Kinasih dan membiarkan Arya menggenggam tangannya.

"Tunggu dek, hanya aku yang berhak menggenggam tanganmu! bukan Arya." ucap Barata yang tiba-tiba bersuara di belakangnya.