Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

My Assistant is My Wife

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉyas_omi
17
Completed
--
NOT RATINGS
261.4k
Views
Synopsis
Patah hati, kabur dari rumah, pengangguran. Lengkap sudah penderitaan Olivia Jasmine, gadis 22 Tahun. Tetapi, setelah bertemu dengan Juna Archer, penyanyi sukses diumur 23 tahun itu merubah kehidupan olivia. Sampai suatu kejadian yg memaksa Olivia dan Juna bersatu dalam ikatan pernikahan. Bagaimana nasib karir juna ? Bagaimana nasib kehidupan Olivia saat bersama juna ?
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1

Pagi ini masi sama dengan pagi - pagi sebelumnya, ritual pagi yg sama dengan kondisi kehidupan yg sama. Setelah lulus kuliah pun tidak ada yg spesial, masih seputar tentang mencari pekerjaan sesuai dengan yg terlihat lebih bagus menurut pandangan orang tua diluaran sana.

"pagi ma, pa"

"jam berapa ini ? baru juga turun" omelan mama yg sama.

"ya biasalah ma" sambil nyomot sarapan dimeja makan.

"mau kemana hari ini ? jangan kebanyakan dirumah, nanti keliatan banget kalo pengangguran"

"thanks ma, penyemangat macam apa ini, selalu aja" batinku.

Setelah wejangan pagi yg sama akhirnya berakhir juga, rebahan di tempat tidur emang paling nyaman sambil scroll ponselnya.

" dimana lu dee ? jadi nggak nih? udah siang, kalo nggak berangkat sendiri aja gua ribet amat nunggu lu" omelku waktu menelfon sahabatku dedee.

" gak bisa deh liv, kudu nganterin ibu nih"

"yauda yg jelas kek dari tadi ditungguin"

"gausa ngambek juga kali, liv"

"enggak, yauda gua siap - siap dulu. sebelum negara api menyerang kayak tadi pagi"

"gak berubah hidup lu, buruan pergi dari negara api aja udah. daripada idup lu nggak berkembang disana" ledek dedee.

"makan batu apa gua diluar nggak ada kerjaan gini, yauda nanti gua pikirin lagi deh omongan lu. yaudah yaaa, dah" langsung tutup telfon dedee sebelum dia memberi wejangan lebih panjang lagi.

*********

Olivia jasmine, 22 tahun, pengangguran, disia - siakan pacar yg sudah 2 tahun bersama, selalu dibanding-bandingkan dengan adik sendiri kayak anak tiri, dan kehidupan pahit yg lain.

"kayaknya semenjak gua lulus mala makin jauh sama dia, kemana aja ni anak" ocehku sambil mencoba menelfon pacarku yg udah beberapa hari ini hilang.

"gak diangkat - angkat kemana sih dia ini, gila apa udah ditelfon ratusan kali juga" emosiku semakin tersulut.

Dan berakhir dengan kepo maksimal di social media dia. Oke, kita buka satu - satu mungkin ada clue.

Tiba - tiba terdengar suara barang jatuh. BRRAKK!!!!

"SIALAN!!! JADI SELAMA INI NGGAK ADA KABAR KAYAK GINI KELAKUANNYA", teriakku dalam batal biar nggak kedengeran sampe luar kamar. Karna dirumahku, dinding pun punya telinga.

"Selama ini dia sama aja, nggak berubah malah makin parah aja. Udah nggak bisa dilanjutin lagi, yg ada nanti gua yg gila sendiri. Kudu diselesein, 2 tahun ini aku udah cukup bersabar."

Tanpa sadar air mata menetes untuk orang yg salah. Semua ini harus segera diselesein. Aku ambil ponselku dan segera menyelesaikan hubunganku dengan cowok brengsek bernama Ditya Surya. Kakak senior dikampus, 2 tingkat diatasku. Kami berbeda jurusan dan fakultas, tapi dipertemukan karna acara kampus.

To : Kak Ditya

Halo kak,

Lama banget nggak ada kabar kemana aja ?

Kayaknya lagi sakit ya ?

Udah ada yg jengukin aja, berati udah sehat dong ya.

Oh ya, aku nghubungin kakak ini cuma mau bilang mendingan kita udahan aja.

Biar kalo kakak sakit nggak perlu sungkan ngabarin yg lain, dan nggak dosa kalo nggak ngabarin "ADEK KAKAK" ini.

Yaudah yah, cepet sembuh. Bye.

Thanks juga buat 2 tahun ini.

**********

Sore ini, entah gimana bisa sampe disebuah mall dengan selamat dan dandanan yg lumayan untuk ukuran orang yg barusan putus cinta.

"Rame banget, ada acara apaan sih ini ?", batinku dalam hati.

Ternyata ada sebuah meet and greet seorang penyanyi dimall, pantas saja ramai.

"Ini kan penyanyi yg suaranya adem banget, gila aslinya cakep banget. Rejeki banget nih gak salah nih kaki bawa ke mall", sambil ku minum ice chocolate favoritku dicafe yg letaknya pas didepan acara penyanyi itu.

Juna Archer. 23 Tahun. Tampan. Sungguh cool sikap dan wajahnya (bikin penasaran). Penyanyi terkenal. Kaya. Kelebihan semua ini nggak ada kekurangannya. Saat olivia mendekat ke acara itu, bener - bener cewek disekitar macem ibu - ibu nuker kupon jalan sehat. Berdiri nggak jauh dari samping stage tanpa senggol - senggolan malah terlihat wajah indah yg terpampang nyata.

"ini sih nggak suaranya aja yg menenangkan, tapi wajahnya juga. Meskipun muka datar banget kayak kulkas gitu, kenapa makin menarik sih ?", batinku sambil mengagumi makhluk Tuhan satu ini.

Tiba - tiba juna noleh, dan pandangan kami bertemu.

"ish, dia liat sapa tuh. Gua apa bukan ya ?" sambil liat ke sekitar cuma olivia sendiri yg berdiri.

"kamu dari mana aja ?" orang itu sambil nepuk bahu olivia.

"ha ? Dari mana ? Nggak salah orang ini ?" batin olivia yg kaget melihat orang disebelahnya.

"keperluan juna yg diminta tadi sudah ?" tanyanya lagi.

"Maaf, keperluan apa ya ? Saya nggak ngerti maksudnya".

"Minuman yg diminta juna tadi, masa baru sebentar lupa sih. Kamu panitia yg ngurusin keperluan juna selama acara ini kan ?"

"Eh bukan, panitia apa ya...." kata - kata olivia menggantung. Tiba - tiba manusia tampan bernama Juna ada didepannya. Seketika olivia mundur satu langkah, sambil menunduk.

"Ada apa sih, dis ?", tanya Juna ke cewek bernama Gadis.

"Lu bukannya minta kopi, jun ? Ini panitia masih belum sediain, padahal acara lu uda mau selese gini." omel gadis, sambil melipat tangannya didepan dada.

"Ini siapanya juna ya, apa pacarnya ya ? atau siapanya ? kok dia lebih bawel cuma perkara kopi aja." batin oliv sambil ngliat orang ngomel disebelahnya.

Tiba - tiba juna menarik tangan Olivia ke cafe yg ada didekat acara Juna tersebut.

"Jun, lu mau kemana ? Kenapa main tarik tangan panitia itu sih." makin murka si cewek bernama Gadis tadi. Apalagi melihat tangan juna menarik lengan cewek panitia tadi. Sambil memanggil bodyguard yg biasa melindungi juna, gadis mengikutinya juga.

Sesampai di cafe. Juna duduk disebuah bangku di pojok didalam cafe.

"Pesanin americano sana." perintah juna.

"Lu nyuruh gua ?." tanya olivia.

"Emang ada orang lain lagi yg gua ajak ngomong ? Buruan deh, kan tadi manager gua nanyain kopinya. Ya sekarang sekalian lu pesenin."

"Nih kartunya buat bayar, gua nggak suka yg gratisan." juna menyodorkan kartu ke arah oliv.

Akhirnya olivia memesankan minuman yg diminta juna. setelah meletakkan di meja bersama cake yg dipesan olivia pribadi. Saat itu, Gadis bersama bodyguard Juna sampai di cafe.

"Kayaknya gua nggak nyuruh lu beli cake ini."

"Tapi ini cake kesukaan gua." Lanjut juna.

Olivia belum menjawab juna tiba - tiba saja dipotong oleh Gadis.

"Paling sebagai permintaan maaf dia, jun. Lagian sapa juga yg nggak tau lu suka makan apa." sindir gadis.

"Sebelumnya gua kasih tau kalian dulu ya, gua bukan panitia yg mengurus keperluan dia." oceh olivia menjelaskan.

"Satu lagi, gua nggak pesen cake itu buat permintaan maaf gua. Itu cake yg gua pesan sendiri pake uang sendiri, dan gua mau makan sendiri. Tapi kalo lu suka, yauda lu makan aja." sambil berbalik akan meninggalkan juna dan gadis dicafe.

"Kartu debit gua juga dibawa ?" sambil menahan senyumnya juna mengeluarkan sebuah kartu nama.

"Nih gua kembaliin, gua juga gak mau bawa milik orang lain, nggak usah salah paham." olivia kembali ke meja juna mengembalikkan kartu sambil menunduk karna takut kepergok mukanya yg memerah.

"Nah gitu dong. Lu bawa kartu ini aja." disodorkannya kartu nama juna.

Olivia memandang juna dengan bingung menerima kartu nama yg diberikan.

"Untuk kompensasi karna kesalahpahaman tadi, lu bisa telfon kalo emang tadi keberatan udah gua suruh beli kopi." penjelasan juna semakin membuat oliv tercengang.

"Maksudnya apa nih cowok." batin oliv tidak mengerti maksudnya.

"Nanti lu telfon gua kalo emang minta ganti rugi. Nggak semua bisa dapetin kartu nama gua. Disitu ada nomer telfon gua, jadi jangan bocorin nomer itu." perintah juna.

"Gua nggak mau telfon lu, dan nggak minat juga mau nyebarin informasi ini. Emang apa untungnya buat gua. Lu uda dapet kopi lu kan ? Dayang - dayang lu juga udah dateng, jadi lu udah nggak butuh orang buat nglayanin lu, sampe salah suruh orang. Gua pamit." olivia langsung keluar cafe dimana juna berada.

**********

JUNA'S POV.

Saat acara meet and greet.

"Juna boleh foto bareng nggak ? Sekalian tanda tangan di album yg ini ya. Aku suka banget karya kamu. Mau nyelipin nomer hape juga boleh." minta fans yg ada didepan juna.

"Sudah ya, makasi buat apresiasinya. Sudah nyempetin dateng ke acara ini." Ucap ramah Juna kepada fansnya yg genit tadi.

Diatas stage juna melihat atusias fans yg dateng, tiba - tiba pandangannya bertemu dengan seorang cewek.

"Cewek itu, kayaknya familiar banget." batin juna saat pandangannya bertemu dengan seorang cewek disebelah stage.

"Kamu dari mana aja ?" tanya gadis ke seorang cewek yg berdiri disebelah stage.

"Ha ? Dari mana ? Nggak salah orang ini ?" tanya cewek itu ragu.

Juna yg memperhatikan cewek tadi kebingungan ditanya - tanya oleh gadis. Gadis, adalah teman SMA ku yg menjadi managerku. Dialah yg mengatur semua urusan jadwal, kerjasama, kontrak, bermacam - macam keperluanku. Tapi, kenapa gadis itu sepertinya berbeda. Aku seperti tidak asing denganya. Akhirnya setelah menyelesaikan acaranya. Juna turun dari stage menghampiri gadis dan cewek tadi.

"Ada apa sih, dis ?", tanya Juna ke Gadis.

"Lu bukannya minta kopi, jun ? Ini panitia masih belum sediain, padahal acara lu uda mau selese gini." omel gadis, sambil melipat tangannya didepan dada.

Tiba - tiba juna menarik tangan cewek mungil itu ke cafe yg ada didekat acara.

"Jun, lu mau kemana ? Kenapa main tarik tangan panitia itu sih." makin murka si Gadis. Apalagi melihat tangan juna menarik lengan cewek panitia tadi. Sambil memanggil bodyguard yg biasa melindungi juna, gadis mengikutinya juga.

Sesampai di cafe. Juna duduk disebuah bangku di pojok didalam cafe.

"Pesanin americano sana." perintah juna.

"Lu nyuruh gua ?." tanya cewek itu.

"Emang ada orang lain lagi yg gua ajak ngomong ? Buruan deh, kan tadi manager gua nanyain kopinya. Ya sekarang sekalian lu pesenin."

"Nih kartunya buat bayar, gua nggak suka yg gratisan." juna menyodorkan kartu ke arah cewek yg juna nggak tau namanya.

Akhirnya olivia memesankan minuman yg diminta juna.

"Kenapa gua narik cewek tadi sih ? bahkan namanya aja gua nggak tau, dia kan cuma panitia. Tapi rasanya aneh." batin Juna.

Agak lama cewek itu datangsetelah meletakkan di meja bersama cake yg saat juna lihat adalah cake kesukaannya, red velvet with cheese cream.

"Kayaknya gua nggak nyuruh lu beli cake ini."

"Tapi ini cake kesukaan gua." Lanjut juna.

Cewek tadi hanya diam saja, wajahnya seperti bingung.

"Kalo bingung gini kenapa mukanya lucu banget sih"

"gua apaan sih, kenal juga enggak tapi kenapa rasanya aneh." batin juna.

Setelah itu Gadis datang bersama bodyguard juna biasanya.

"Paling sebagai permintaan maaf dia, jun. Lagian sapa juga yg nggak tau lu suka makan apa." sindir gadis.

"Sebelumnya gua kasih tau kalian dulu ya, gua bukan panitia yg mengurus keperluan dia." oceh cewek manis itu menjelaskan.

"Satu lagi, gua nggak pesen cake itu buat permintaan maaf gua. Itu cake yg gua pesan sendiri pake uang sendiri, dan gua mau makan sendiri. Tapi kalo lu suka, yauda lu makan aja." sambil berbalik akan meninggalkan cafe.

"Kartu debit gua juga dibawa ?" sambil menahan senyumnya juna mengeluarkan sebuah kartu nama.

"Nih gua kembaliin, gua juga gak mau bawa milik orang lain, nggak usah salah paham." cewek itu kembali ke meja juna mengembalikkan kartu sambil menunduk karna takut kepergok mukanya yg memerah.

"Nah gitu dong. Lu bawa kartu ini aja." disodorkannya kartu nama juna.

Cewek itu memandang juna dengan bingung menerima kartu nama yg diberikan.

"Untuk kompensasi karna kesalahpahaman tadi, lu bisa telfon kalo emang tadi keberatan udah gua suruh beli kopi." penjelasan juna semakin membuat cewek itu tercengang.

"Nanti lu telfon gua kalo emang minta ganti rugi. Nggak semua bisa dapetin kartu nama gua. Disitu ada nomer telfon gua, jadi jangan bocorin nomer itu." perintah juna.

"Gua nggak mau telfon lu, dan nggak minat juga mau nyebarin informasi ini. Emang apa untungnya buat gua. Lu uda dapet kopi lu kan ? Dayang - dayang lu juga udah dateng, jadi lu udah nggak butuh orang buat nglayanin lu, sampe salah suruh orang. Gua pamit." cewek itu langsung keluar cafe dimana juna berada.

"Lu ngapain sih jun ngasih kartu nama ke dia, nanti kalo dia nyebarin info lu ke social media gua nggak mau nanggung keributan itu!" omel gadis.

"Tenang aja, kayaknya dia bukan seperti yg lu bilang." sambil meminum kopi yg sudah dipesankan cewek misterius itu juna terlihat tenang.

"Yakin banget lu jun ?"

"Santai aja, dis. Belum tentu terjadi kan."

"Lu tertarik sama cewek itu ? Sikap lu beda, jun"

"Palingan dia sama aja kayak cewek - cewek pada umumnya, dis. Udahlah pesen kopi sana." perintah juna untuk mengalihkan gadis.

"Gua harap lu bakalan hubungin gua lagi cewek bawel." batin juna.

JUNA'S POV END

**********