Chereads / My Assistant is My Wife / Chapter 2 - BAB 2

Chapter 2 - BAB 2

Sesampainya dirumah, Oliv merasa aneh dengan hari ini. Siang tadi baru saja putus cinta, sore harinya disuruh oleh penyanyi terkenal karna salah paham, malam hari makan sendirian di mall ditutup dengan nonton film dibioskop sendiri tanpa tau jalan cerita filmnya.

Oliv membuka tasnya dan menemukan kartu nama yg diberikan Juna penyanyi yg tadi menyuruhnya membeli kopi dan menuduhnya karna sepotong cake. Sambil memandangi kartu nama tadi, akhirnya oliv membuka salah satu social medianya untuk kepo si penyanyi terkenal tadi, ya dialah Juna Archer.

"Badannya ini kalo disender kayaknya bakalan nyaman banget." bayangan oliv melantur kemana - mana.

"Oh pantes aja badannya bagus, rajin banget lari."

"Ini orang kayaknya introvert banget yg dipost kalo nggak film yg dia lihat, peliharaannya, band favoritnya, wine favoritnya, kegiatan olahraganya. Apa nggak punya temen ya, nggak ada foto temennya sekali, bahkan foto bareng keluarga cuma 1 aja. Parah banget ! Hmm, dia clubbing tapi fotonya juga sendirian. Orang yg aneh." Gerutu oliv sambil menscroll social medianya.

"Ih, ngapain banget gua ini liatin foto ini cowok sampe bawah. Eh, ada video dia nyanyi sambil main gitar."

Oliv lanjut mendengarkan lagu yg dicover Juna di video yg dia unggah di social medianya.

. "Adem banget suaranya." Oliv terbawa suasana.

. "Bisa senyum manis juga ni orang." semakin terbawa suasana akhirnya oliv cepat - cepat menutup ponselnya dan menyimpan kartu nama juna di balik case hapenya yg transparan itu.

Setelah selesai kepo, oliv masuk kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Ketika selesai ritual di kamar mandi, oliv mengecek pesan yg dikirimkan kepada ditya mantan pacaranya yg nggak tau diri. Pesannya sudah dibaca tapi tidak ada balasan.

"Oke ! Aku anggep dia setuju perpisahan ini." gerutu oliv sambil merebahkan diri di tempat tidur.

Setelah beberapa lama suara nafas teratur terdengar, menandakan oliv sudah menuju pulau mimpi.

**********

Pagi itu, oliv bangun pagi sekali. Terdengar sindiran dari mamanya yg menyakitkan telinga dan hatinya.

"Tumben banget km pagi ini udah bangun." sindir mama oliv, nyonya April.

"Apasih ma, bangun pagi salah, bangun pagi masi aja diginiin."

"Aneh aja km sepagi ini udah bangun. Emang udah dapet kerjaan ? Liat tuh anaknya tante mirna, tetangga sebelah udah dapet kerjaan dibank punya negara. Pasti gajinya banyak tuh, bentar lagi mau nikah lagi. Kurang beruntung apa coba. Lihat kamu masih gini - gini aja. Heran kerjaan kamu biasanya ngapain aja sih kak ? Nggak liat tuh adek kamu aja kulia lancar banget jarang ngulang, palingan bentar lagi nyusul kamu lulus. Terus pasti cepetan dia dapet kerja. Nggak malu apa kamu itu dirumah nggak berpenghasilan, jalan - jalan terus. Mana juga itu pacar kamu yg nggak jelas itu ? Paling udah putus juga kan. Kamu nggak bisa jagain sih, palingan diselingkuhin tuh kamu." oceh mama oliv panjang lebar yg tepat sasaran.

"Kenapa sih ma tiap hari ngomongnya ini mulu ?"

"Lihat aja km belum bisa banggain apa - apa ke papa mama."

"Terus mama maunya oliv ngapain ? Ini juga oliv udah nyari kerjaan ma, sampe beberapa tahap belum ada kabar lagi. Terus salah oliv dimana ?" Jelas oliv ke mama nya yg nggak mau kalah.

"Perusahaan kan banyak kak, km kurang pinter apa ? Kurang cantik kali mangkanya nggak dipertimbangin."

"Makin nyakitin gini omongan mama, bawa - bawa fisik pula." batin oliv.

"Mau sampe kapan kamu bergantung sama mama - papa ? Umur makin nambah juga. Jodoh mana yg mau deketin kalo kamunya kayak gini. Mama sih ogah kalo kudu punya menantu kayak kamu, kak."

"Makin pedes aja omongan mama. Oliv tuh masuk kuliah juga nggak ngrepotin mama - papa loh. Ya, minimal uang semester nggak semahal adek. Lulus juga masi tepat waktu. Terus salah aku dimana ma ? Cuma kalo perkara kerjaan nggak bisa salahin aku terus dong ma. Aku mana tau pertimbangan mereka gimana." Bela oliv.

"Berani ya km sama mama kak." bentak mama oliv.

"...."

"Kalo kamu keberatan sama omongan mama ya kamu boleh pergi, nggak perlu juga jawab."

"Maksud mama gimana ? Aku diusir ? Cuma gara - gara ini ?" tanya oliv sambil meyakinkan dirinya.

"Terserah kamu aja ngartiinya gimana."

Setelah ditinggal mamanya tadi, oliv terdiam sambil berfikir.

"Apa gua seburuk itu ya ? Apa emang gua harus keluar aja dari ini rumah. Biar gua berkembang." batin oliv.

Sekembalinya dikamar oliv berfikir lagi. Terus membuka hapenya mencari info tentang tempat kos yg layak dan terjangkau. Setelah cukup tentang informasi masalah kos, oliv bangun dari duduknya mencari buku tabungan yg ada dilaci. Sambil berfikir dan menghitung uang tabungannya cukup untuk berapa lama.

Malam harinya.

"Pa, oliv boleh masuk ?" panggil oliv sambil mengetuk pintu kerja papanya.

"Masuk aja."

"Pa, oliv ada panggilan kerja tapi tesnya diluar kota." kata oliv sambil menundukan kepala takut ketahuan kalo berbohong.

"perusahaan swasta ini pa, kayaknya penempatannya juga disana." sambil menunjukkan perusahaan yg tadi oliv sudah browsing sebelumnya agar meyakinkan.

"Maaf pa, oliv nggak bisa berkembang dengan omongan jahat mama tiap hari." batin oliv merasa bersalah.

"Yaudah berapa lama tesnya ? Mau tinggal dihotel aja ?"

"Kalo kurang dari 3 hari boleh deh pa dihotel, nanti kalo lebih mending aku kos aja."

"Nanti papa bookingin hotelnya, kamu berangkat aja. Dikota orang apalagi kota besar kamu harus hati - hati ya kak. Papa nggak bisa jagain kamu, jadi kamu bertanggungjawab penuh sama keselamatan kamu. Kamu butuh uang saku berapa ? Nanti papa transfer." Panjang lebar pesan papa Danu kepada anak perempuannya ini.

"Secukupnya aja pa, nanti oliv atur biar uangnya cukup. Lagian nanti mama marah kalo papa ngasi oliv terlalu banyak."

"Kamu tenang aja, anggep aja modal kamu. Nanti kalo kamu sudah dapat kerjaan bisa kamu ganti dalam bentuk lain." Ucap danu sambil mengelus puncak kepala anaknya.

"Makasih pa, oliv usahain nggak bakalan bikin papa kecewa." ucap oliv sambil memeluk papanya.

"Sudah besar masih manja gini, anak papa. Nanti kalo ada apa - apa jangan lupa kabarin papa ya kak."

"Iya pa, yauda oliv balik kamar dulu."

**********

Malam harinya, oliv mempersiapkan barang - barang untuk dibawa kabur yg berijin versi oliv. Meskipun harus berbohong, setidaknya ini akan mengurangi omongan pedas mamanya. Tiba - tiba kamarnya diketuk, dan terdengar suara mamanya. Oliv mempersilahkan mamanya masuk.

"Sudah dibawa semua ? Jangan sampe barang sepele harus beli diluar, selama masih ada bawa aja. Harus hemat, jangan sering - sering buang uang untuk yg tidak penting. Diluar sana jangan seenaknya, jangan buat malu keluarga." cerocos mama oliv sambil berdiri didepan kamar melipat tangganya didada.

"Iya ma, Oliv ngerti." balas oliv singkat.

"Besok mama nggak bisa anterin lama - lama, cuma mama drop aja ya."

"Iya ma, nggak masalah."

*******

. Pagi ini sudah dibandara untuk merubah nasib di ibukota. Lari dari kenyataan. Takut akan sakit hati mendengar kata - kata pedas seorang ibu pada anaknya. Entah karna oliv terlalu lemah atau ketidaksiapan menerima kata - kata yg terkadang benar adanya. Semakin dipikir kembali membuat oliv muncul keraguan atas drama keluar rumah dengan ijin papa - mamanya. Bahkan dijamin dengan tempat tinggal sementara dan uang saku. Teringat akan sahabatnya yg belum dikabari, akhirnya oliv menelfon sahabatnya dedee itu.

"Halo." terdengar suara bangun tidur sahabatnya itu.

"Anyeong dee, jam berapa nih ? Gila anak perawan jam segini belum bangun. Pengen jodohnya diserempet orang ?" Godaku sambil terkekeh geli.

"Apaan sih lu, liv. Jam segini telfon mau ngajakin kemana ?"

"Nggak mau ngajak kemana - mana sih, cuma gua mau bilang kalo misi keluar dari rumah sedang dalam proses terlaksana nih."

"Bohong lu ya, masih pagi nih."

"Beneran ini gua udah dibandara, yauda gua cuma ngabarin itu aja nanti kelanjutannya lu samperin gua kesini aja ya." goda oliv sambil menutup telfon sahabartnya. Sebelum pertanyaan macam investogasi ibu mertua keluar dari mulut sahabatnya itu.

Nggak berselang lama, suara panggilan penerbangan oliv terdengar. Sebenarnya dengan kereta pun bisa ditempuh oliv, karena jarak kota tempat tinggalnya tidak terlalu jauh. Tapi, semua kemudahan ini didapatkan dari papa oliv yg mengkhawatirkan perjalanan dari stasiun ke hotel tempat anaknya tinggal. Karena tidak mau ambil resiko, makanya jalan teraman dan termudah ini yg dipilih. Oliv dengan senang hati saja kabur dari rumah ini malah mendapatkan fasilitas.

Sesampainya di ibukota, oliv memesan transportasi online karna bawaannya yg lumayan banyak. 2 koper kecil untuk alasan tes diluar kota membuat mamanya sempat curiga. Tapi, oliv meyakinkan kalau ini untuk mengurangi membeli barang yg tidak terlalu penting diluar. Serta tas ransel yg berisi laptopnya. Hartanya selain handphone untuk memantau biasnya dan menonton drama korea favoritnya.

Urusan registrasi hotel selesai, akhirnya sampai dikamar yg sudah dipesan papanya.

"Wah, papa perhatian juga ini hotelnya lumayan bagus. Bersebelahan mall juga. Kalau laper bisa banget melipir ke samping." sambil mengecek notif dari hapenya.

Dilayar berisikan pesan dari sahabatnya. Hampir 10 pesan. Sahabat posesif !

Beberapa lainnya pesan dari papa dan wejangan panjang nan bawel dari mamanya.

Satu lagi notifikasi dari sosial media milik mantannya, kak Ditya yg lupa belum dia logout. Ternyata banyak yg menyukai foto yg dia upload disana. Saat dibuka, oliv kaget bukan main.

"SIALAN NIH LAKI!!!!"

"KEMAREN GUA PUTUSIN NGGAK ADA JAWABAN, TAUNYA SI CEWEK YG JENGUK FOTONYA UDAN NANGKRING AJA BARENG DIA. APA - APAAN INI. BRENGSEK ! BAHKAN FOTO GUA AJA MASI ADA. LUAR BIASA BANGET NIH LAKI. MINTA GUA KATAIN." tanpa sadar oliv teriak sambil marah - marah didalam kamarnya.

Karna terlalu terbawa emosi, akhirnya oliv tertidur. Saat bangun perutnya bunyi minta diisi karna tadi pagi dia hanya sarapan kopi saja. Akhirnya oliv bangkit untuk mengecek penampilan dikaca. Dirasa tidak terlalu berantakan, oliv memutuskan ke mall disebelah hotel untuk makan.

**********

"Mas, saya pesan ini, ini, sama ini. Terus jangan lupa dessertnya yg ini. Dan juga tolong sediakan bubuk cabai." ucap oliv semangat sambil menunjuk menu pada waiters di salah satu restoran jepang.

"Baik kak, ini yg makan kakaknya semua ? Atau temannya belum datang ?" Hanya tatapan membunuh yg diberikan oliv pada waiters itu.

"Eh, maaf kak. Pesanannya ditunggu 15 menit ya. Kalau butuh bantuan lagi, silahkan panggil saya dengan menekan bel." Jelas waiters itu takut karna oliv seperti ingin makan orang.

15 menit berlalu, akhirnya makanan yg dipesan oliv dihidangkan semua. Tanpa menunggu lama, akhirnya oliv mulai memakan mie ramen dihadapannya, lalu sushi, sambil diselingi makan chicken karage dengan salad. Tanpa disadari oliv, ada seseorang yg memperhatikannya. Oliv memakan makanan pesanannya, sambil menambahkan bubuk cabai. Dia merasa makanan yg dia makan kurang pedas, karna kejadian mantannya tadi dia seperti mati rasa memakan semua makanan yg dipesan dengan tambahan bubuk cabai.

Lelaki yg memperhatikan oliv di restoran jepang tadi, tidak lain adalah Juna. Penyanyi yg menyuruh oliv membeli kopi waktu itu. Karna memang Juna tinggal di apartemen yg juga terhubung dengan mall tersebut. Tapi, tidak ada yg mengenal juna karna dia memakai topi dan masker, serta duduk ditempat agak jauh dari pengunjung lain. Tepatnya disebrang meja oliv yg juga berada agak jauh dari pengunjung yg lain.

"Itu cewek sehat apa enggak, makan bubuk cabai kayak nambah kecap aja." Batin juna.

"Tapi mukanya nggak galak kayak awal ketemu, mirip orang depresi. Lagian itu makannya banyak banget. Bakalan habis apa, badan sekecil itu." juna meminum jusnya, sambil memperhatikan oliv yg makan dengan lahap.

Setengah jam berlalu, aktifitas makan oliv sudah selesai berserta dessertnya pun sudah bersih. Oliv memencet bel untuk memanggail waiter meminta bill. Saat waiters datang, dengan senyum ramah menyerahkan bill yg sudah terbayar.

"Berapa totalnya ? Bisa pakai kartu kan mas bayarnya ?" tanya oliv sambil mengambil dompetnya.

"Makanannya sudah dibayar kak. Coba kakaknya cek lagi."

"Saya kan baru mau bayar, kok sudah dibayar emang siapa yg bayar mas ?" mata oliv terbelalak saat mengecek billnya ternyata dia sendiri yg makan habisnya hampir 1 juta.

"Kakaknya ambil aja billnya, dibelakangnya ada nomer handphone yg bayar makanan kakaknya tadi." waiters itu menyerahkan bill pembayaran yg diterima oliv sambil melihat nomer telfon yg ditinggalkan.

"Apa dia ninggalin nomernya biar gua ganti langsung ke dia ya ? Kan mendingan nggak usah bayarin. Ini mah jangan - jangan modus minta kenalan." batin oliv.

"Oke. Makasih banyak mas." ucap oliv yg dibalas anggukan oleh waiters tadi.

***********