Pagi ini sedikit mendung, sangat kompak dengan suasana hati oliv yg resmi sebagai asisten juna mulai kemarin. Jadwal juna selama sebulan ini sudah oliv terima. Bahkan beberapa permintaan juna untuk acara yg akan datang sudah tercatat rapi di notes oliv. Tiba - tiba hape oliv berdering, dilayar tertera nama juna.
"Halo" jawab oliv sambil malas.
"Selamat pagi pemalas, hari ini gua ada fitting buat pemotretan besok siang. Lu buka kamar lu baik-baik atau gua dobrak nih pintu." ancam juna.
"Lu tuh penyanyi terkenal apa preman pasar sih. Ngajak berantem mulu kerjaannya." amuk oliv sambil berjalan untuk membuka pintu kamar.
Saat dibuka terlihat wajah juna yg sudah siap dengan pakaian rapi dan wangi semerbak. Sedangkan oliv jangan ditanya, masi memakai piyama, rambut panjangnya dikepang, dan ada beberapa totolan obat jerawat diwajahnya. Bagaikan langit dan bumi. Padahal oliv sebagai cewek malah jauh lebih pemalas daripada juna.
"Lu kalo tidur berantakan banget. Liat tuh bekas iler masi disamping bibir." ejek juna sambil ngeloyor masuk apartemen oliv.
Saat masuk oliv sempat ngaca di standing mirror dekat rak sepatu dibelakang pintunya, dan baru sadar kalau juna hanya mengerjainya. Sampe sekarang pun oliv belum menyadari kalau apartemen juna cuma berada 1 lantai diatas apartemennya.
"Apaan sih gua nggak ileran. Sialan lu." hanya suara tertawa puas juna yg terdengar.
"Buruan mandi. 15 menit lagi kita berangkat." perintah juna.
"5 menit lagi juga gua udah siap." jawab oliv malas.
"Lu nggak mandi apa ? 5 menit udah siap ? Nggak mungkin banget belum lagi dandan, blow rambut, dan ritual lainnya." oceh juna panjang lebar.
"Gua udah mandi semalem, antisipasi punya bos kayak lu bawelnya. Lagian jadi cowok random banget, perasaan jadwal masi jam 10, ini jam berapa masi setengah 8 pagi udah nongol aja." jawab oliv tidak kalah bawel.
"Lu cewek jadi - jadian apa ? apa kucing sih ? jorok banget jadi orang." tatapan juna membuat oliv risih karna diperhatikan dari atas sampai bawah.
"Biarin aja, yg penting gua selalu wangi meskipun jarang mandi." bela oliv tidak mau kalah atas tuduhan juna.
"Udah gila kali ya gua jadiin lu asisten." juna hanya geleng - geleng melihat oliv sudah melangkah masuk ke kamarnya untuk bersiap - siap.
"Emang lu gila." jawab oliv lirih.
Tidak sampai 10 menit, oliv sudah siap dengan dandanannya. Sangat simpel. Kaos putih yg agak longgar yg depannya dimasukkan dan bagian belakang dibiarkan, dipadukan celana high waist yg tidak terlalu ketat 10cm diatas mata kaki dengan bagian bawah sedikit rumbai seperti robek natural, sepatu kets yg nyaman, rambut kuncir kuda dengan bagian depan yg dibiarkan tergerai yg membuat sexy, dan dandanan yg tipis tapi terlihat sempurna.
Juna hanya mengagumi dalam hatinya saja, ternyata cewek jutek ini lumayan juga stylenya.
"Gua mau sarapan dulu." kata - kata juna langsung terucap ketika dia sadar bahwa sudah sedikit terpesona dengan oliv. Untuk mengalihkan perhatiannya. Agar oliv juga tidak sadar.
"Mau sarapan apa?" tanya oliv sambil memakai tasnya.
"Menu breakfast di cafe bawah aja." jawab june santai.
"Oke." satu kata yg keluar dari mulut oliv.
***********
Setelah menunggu 15 menit akhirnya sarapan mereka pun sudah disajikan. Oliv dengan semangat memakan pesanannya.
"Udah lama nggak makan ya mbak ? Sante aja dong." ledek juna yg dihadiahi tatapan jahat oliv.
"Setaun udah gua nggak makan." jawaban oliv tidak kalah ketus.
"Kasian banget." juna tiba - tiba mengelus ujung rambu oliv.
Oliv mendongakan kepalanya untuk memastikan bahwa orang yg didepanya ini masi orang nyebelin yg sama.
"Orang aneh, perasaan moodnya agak aneh akhir - akhir ini." batin oliv yg heran melihat tingkah juna.
"Udah lanjut makan aja, daripada nanti pingsan. Gua juga yg repot." Suara juna memecah lamunan oliv.
"Tuh kan bener, berubah lagi. Dasar cowok aneh." batin oliv sambil melanjutkan sarapannya.
Selesai sarapan juna mengajak oliv kearah lift untuk turun ke parkiran bawah tanah. Yg biasanya hanya diakses oleh penghuni apartemen yg memiliki kendaraan pribadi.
"Ngapain turun, harusnya kan parkiran lu ada diatas." tanya oliv penasaran.
"Mobil gua ada dibawah tuh, ngapain gua ke atas." jawab juna sambil terus berjalan ke dalam lift.
"Lu tinggal disini juga ?" tanya oliv semakin kepo.
"Kenapa emangnya ? Penasaran banget gua tinggal dimana." jawab juna yg tersenyum jahil.
"Ya soalnya kan emang cuma penghuni yg punya kendaraan pribadi aja yg bisa akses ke lantai bawah." penjelasan oliv yg polos itu berhasil menarik senyum singkat juna.
"Nih cewek bener - bener polos atau gimana sih, nggak ada peka - pekanya jadi orang" batin juna.
"Berisik aja lu. Udah yuk." Juna menarik tangan oliv yg hanya menurut saja dibelakangnya.
Sesampainya dimobil, juna membuka membuka pintu mobilnya dan akan segera masuk. Sedangkan oliv masi diam memaku kagum melihat mobil sport juna yg hanya bisa dinaiki 2 orang aja.
"Mau diem disitu terus? Gua tinggal juga nih." Ancaman juna ini akhirnya membuat oliv segera bergegas masuk ke mobil.
Oliv masi terdiam mengagumi bagian interior mobil juna. Tanpa disadarinya, juna sudah maju kerahnya. Sangat dekat, sehingga oliv otomatis menahan nafasnya.
"Mau ngapain lu ?" tanya oliv sambil terpatah - patah karna gugup.
Disisi lain, juna sedang mencium aroma tubuh olivia yg sangat segar dan menenangkan. Campuran wangi musk khas parfum wanita dengan sentuhan sedikit manis buah.
Juna berdehem mengatur suasana hatinya karna campuran aroma tubuh oliv dan perfum yg sudah mempengaruhinya.
"Mundur lu, gua mau masangin seat belt." kata - kata juna sangat tenang, menutupi kegugupannya. Otomatis olivia memundurkan tubuhnya ke sandaran kursi.
Jangan tanyakan nasib detak jantung olivia, rasanya sudah sampai diujung tenggorokannya hingga sedikit lagi akan lompat dari mulutnya.
"Aduh perasaan gua apaan sih, masa gini aja grogi." batin oliv kesal pada dirinya sendiri.
Diperjalanan pun sangat sepi seperti tidak ada kehidupan didalam mobil itu. Hanya terdengar suara pendingin mobil saja yg terkadang terdengar. Akhirnya olivia membuka tasnya dan memasang headset ke telinganya untuk mendengarkan lagu.
Tiba - tiba terdengar suara telfon berdering, saat dicek bukan milik olivia melainkan milih Juna. Dilayar poselnya tertulis nama Gadis.
"Iya, halo." terdengar suara disebrang sana setelah juna menekan tombol terima.
"Bentar lagi sampe, lu tunggu aja disana."
"Iya."
"Iya."
"Oke. See you." hanya jawaban singkat yg keluar dari mulut juna selama berbicara dengan gadis di telfon.
"Oliv, mulai sekarang lu manggil gua kak Juna." kata - kata juna reflek membuat oliv menoleh ke arahnya.
"Ngapain sih ? Biasanya juga kayak gini."
"Tapi gua kan emang lebih tua dari lu setahun, apa nggak bisa lu lebih sopan sama gua." pernyataan juna kali ini tidak bisa dibantah oleh oliv.
"Oke... Kak... Juna." oliv tergagap mecoba menuruti permintaan juna.
Setelah itu hanya senyuman yg ada diwajah juna.
*********