Olivia kembali ke apartemennya menemukan juna yg sudah tertidur menggunakan selimut dan bantal yg ada dikamar olivia.
"Mungkin dia capek banget, sampe ketiduran gitu." batin olivia sambil meletakkan kopi milik juna ke dalam kulkas.
Masuk ke dalam kamarnya olivia baru menyadari bahwa bantal dikamarnya berkurang satu, berarti tadi juna masuk ke kamarnya dong, sambil melihat kembali tidak ada yg berubah dengan kondisi kamarnya olivia menghela nafas lega dan bersiap - siap untuk mandi.
Juna sebenarnya belum tidur, hanya pura - pura tidur untuk menunggu apa yg akan olivia lakukan padanya. Terlihat seperti berharap banyak, tapi juna yakin bahwa ketika mabuk juna merasa dia mencium wangi olivia dengan jarak yg dekat.
Selesai mandi olivia masih menggunakan handuk dikepalanya khas orang selesai keramas. Melihat juna yg tidur dengan tenang, olivia gatal ingin mendekat. Juna yg merasakan kehadiran oliv hanya dengan mencium wangi tubuhnya langsung merasa jantungnya seperti ingin lompat. Tanpa terasa alisnya mengkerut seperti orang sedang mimpi buruk. Olivia menyadarinya, tangannya reflek diulurkan untuk menenangkan dengan mengelus kedua alis juna bergantian. Dirasa juna sudah tenang, olivia masih memperhatikan juna dan lanjut mengelus rambut juna.
Wangi ini sungguh menenangkan bagi juna, akhirnya dia benar - benar tertidur karna olivia yg terus - menerus membuatnya nyaman.
Dipagi harinya oliv bangun lebih pagi, menyadari juna belum bangun ia segera mendekat. Masih merasa betah memandang juna yg sedang tidur dari semalam. Saat oliv berjongkok didepan tubuh juna, merasa ada tangan yg terulur menariknya kedalam pelukan. Juna sebenarnya sudah bangun, melihat olivia keluar kamar akhirnya melakukan akting lagi.
"Kenapa cuma diliatin aja, kalo pengen peluk juga boleh." olivia mendengar suara juna yg serak khas orang bangun tidur sambil dipeluk.
"Kakak udah bangun dari tadi ? Kenapa masih tiduran aja, biasanya pagi - pagi udah bawel." dengan nada tergagap olivia merasa seperti maling yg tertangkap basah.
"Kayak gini dulu 10 menit boleh ya." suara manja juna membuat olivia juga tidak bisa menolak permintaannya.
"Pegel kak kalo kudu kayak gini terus." gerutu oliv. Juna langsung menggeser badannya untuk memberi space oliv dan kembali memeluknya. Serta menyelimuti mereka dibawah satu selimut yg sama. Sangat hangat dan nyaman sekali perasaan mereka berdua.
Olivia mendongak melihat kearah wajah juna, merasakan oliv bergerak tiba - tiba juna mencium kening oliv. Benda hangat yg menempel dikening oliv itu seketika membuat oliv memejamkan matanya.
Sudah 5 menit mereka masih betah dengan posisi ini, akhirnya olivia inisiatif menyudahinya. Tapi jangan sebut juna kalau tidak memiliki cara untuk menahannya. Saat mencoba mundur olivia lupa bahwa dia berada diujung sofabednya, karna hampir terjatuh juna menahan punggungnya. Beberapa detik kemudian, juna terbawa suasana menempelkan bibir seksinya ke bibir tipis olivia. Mencoba menolak dengan mundur tapi malah mereka berdua jatuh dari sofabed. Dengan posisi juna yg berada diatas oliv. Tanpa menunggu lama, juna melanjutkan ciuman sebelumnya hanya menempel. Menghisap bibir olivia, tapi pemilik bibir itu hanya diam saja mencoba mencerna apa yg terjadi diantara mereka.
Juna berusaha menggoda olivia agar membalas ciumannya, meskipun gerakannya sedikit kaku akhirnya olivia membalas dengan gerakan yg kaku juga. Momen kekakuan mereka ini berjalan lumayan lama hingga mereka kehabisan nafas.
Wajah olivia merah padam seperti kepiting rebus, dengan malu dia melarikan diri ke dalam kamarnya. Menyadari wajahnya yg panas, akhirnya olivia kembali mandi. Sesuatu hal yg jarang dilakukan olivia dipagi hari. Juna yg melihat olivia melarikan diri hanya terkekeh melihat tingkah asistennya itu.
*******************
Sudah seminggu semenjak kejadian itu, jadwal juna juga sangat sibuk hingga waktu tidur mereka berantakan. Semenjak itu pula hubungan olivia dan juna semakin dekat. Orang - orang disekitar yg melihat mereka pasti menyadari ada hal yg terjadi diantara mereka. Rasa sayang yg terpancar dari masing - masing mata sejoli ini tidak dapat berbohong. Hanya saja mereka belum saling mengungkapkan. Olivia pun akhirnya juga tau bahwa apartemen juna berada satu lantai diatas apartemennya.
Hari ini, olivia janji bertemu dengan sahabatnya yg sedang datang berkunjung. Hanya saja dee menginap dirumah tantenya. Mereka janji bertemu disalah satu mall. Juna yg awalnya ingin menemani akhirnya hanya berjanji untuk menyusul olivia dan sahabatnya itu.
"Deeeeee" teriak oliv sambil melambaikan tangannya.
"Gilaaaaa mata lu kenapa ? Nggak tidur berapa lama ?" dee yg mencoba menyentuh kantong mata oliv yg sangan terlihat mencolok.
"Tadi belum sempet kompres, udah yuk makan dulu." oliv menarik sahabatnya itu ke salah satu restoran jepang favoritnya.
Sepasang sahabat ini masih sibuk membolak - balikkan menu ini belum memulai pembicaraan. Setelah selesai melihat - lihat dan memilih menu akhirnya dee menunjukkan salah satu social medianya.
"Ini laki maksudnya gimana sih?" tanya dee.
Yg dimaksud dee adalah ditya mantan oliv, sebenarnya oliv sudah malas membahas masalah manusia satu itu.
"Nggak peduli gua, dee." jawaban cuek olivia membuat dee sedikit bernafas lega. Setidaknya sahabatnya ini sudah move on.
"Kayaknya barusan aja lu cerita dia sama cewek yg jengukin dia, kenapa sekarang ganti lagi. Emang nggak bener tuh cowok. Untung aja lu udah putus sama dia. Emang ya, dua tahun bersama tuh nggak menjamin apa - apa." dee merasa emosi membahas mantan olivia satu itu.
Makanan yg mereka pesan akhirnya datang. Saat olivia ingin mulai makan, dee terlihat kaget hingga melotot melihat orang berdiri dibelakang oliv. Melihat sikap sahabatnya yg aneh, perasaan oliv tidak enak.
"Oliv." panggil cowok yg berdiri dibelakang oliv itu. Karna memang posisi oliv dan dee yg berhadapan, orang pertama yg tau tentulah dee. Merasa tidak asing dengan suara itu, olivia memberanikan diri untuk menoleh. Karna juna sebelumnya akan menyusul sekitar jam 7 malam, sedangkan ini masi sekitar jam 5 sore.
"Bener kan olivia, aku masih ngenalin kamu banget." Jelas cowok itu. Olivia melotot melihat cowok yg ada dibelakangnya, tidak kalah terkejut dengan respon dee.
"Ka... kamu ngapain disini ?" Sambil tergagap olivia mencoba menyadarkan dirinya, bahwa yg dibelakangnya ini adalah orang yg sama dua tahun lalu, dan membuatnya menangis beberapa minggu lalu.
"Kangen aku nggak ?" tanya ditya sangat percaya diri. Dee mendengar kata - kata itu lansung tersedak makanan yg sedang dikunyah.
"Gila apa kangen dia, males banget." batin oliv yg emosi melihat mantannya yg tanpa ada rasa bersalah.
Ditya menarik kursi duduk disebelah olivia. Lagi - lagi dee melotot sambil mengeluarkan ekspresi tak kalah terkejut dari sebelumnya.
"Nasib buruk apa ini sahabat gua, kenapa tiba - tiba datang bersamaan sih." batin dee sambil menyenggol kaki olivia memberi kode.
Reflek olivia menoleh lagi ke belakangnya, dan pandangan matanya lansung bertemu dengan pandangan mata juna.
"Cowok ini siapa liv ?" tanya juna dengan nada sedikit tidak sabar.
"Kenalin gua cowoknya olivia." Ditya maju memperkanalkan diri kepada juna sambil mengulurkan tangannya.
"Ha ? Nggak salah ?" olivia mencoba menjelaskan pada juna yg wajahnya mulai emosi.
"Kita kan emang belum putus beb, kapan aku menyetujui keputusan kamu yg sepihak itu ?" kata - kata ditya berhasil membuat olivia berdiri karna tidak sabar melihat tingkah mantannya itu.
"Lu gila apa ya, selama ini gua nggak pernah lu hubungin. Lagian nggak perlu persetujuan lu ! Lu yg nggak bales berarti gua anggep itu tanda setuju. Lagian udah ada pengganti gua, kenapa sekarang sikap dan omongan lu berubah." olivia sudah benar - benar tidak sabar dengan sikap playboy kelas teri satu ini.
Juna tidak tinggal diam.
"Woo... santai bro, kayaknya oliv nggak merasa masi pacar lu. Kenapa ngaku - ngaku masih ada hubungan ? Jangan harap karna sikap dan kata - kata lu yg ini bikin gua bakalan ninggalin oliv." juna maju untuk menarik oliv kedalam pelukannya.
"Hahahaha..... Coba saja, apa lu pernah tau tentang foto oliv yg puas dibawah selimut yg sama bareng gua." nada menghina ditya ini membuat juna murka. Oliv yg mendengar kata - kata ini merasa menyesal pernah menyayangi orang seperti ditya.
"JANGAN GILA LU KALO NGOMONG." teriak dee sambil menggebrak meja, tidak terima atas tuduhan ditya pada sahabatnya.
"Kamu bisa jelasin yg ini ?" juna menatap olivia dengan wajah yg marah.
"Gua ada buktinya, lu bisa lihat nanti gua kirim." Kata - kata ditya ini sungguh penuh dengan niat jahat. Olivia benar - benar tidak menyangka dengan ucapan ditya. Bisa - bisanya dia mengatakan hal yg tidak pantas seperti ini didepan juna. Entah apa tujuannya, yg jelas pasti tujuannya tidak baik.
"Jangan percaya, oliv bukan orang yg seperti itu." dee membela sahabatnya itu.
Juna melihat olivia hanya diam saja, tidak meyakinkannya bahkan seperti orang yg memang benar - benar tertangkap basah. Olivia merasa pelukan juna melonggar, akhirnya menyadari wajah juna terlihat ragu padanya.
"Aku bisa jelasin, kak. Tapi nggak disini ya." hanya kata - kata itu yg keluar dari mulut oliv.
Dee tau olivia mencoba tegar dan paham bahwa ia shock dengan kejadian ini semua, berjalan menuju olivia sambil mengelus lengannya untuk menguatkan.
"Atau lu mau lihat berdua aja sama gua ditempat lain ?" ejek ditya pada juna yg mulai tersulut amarah.
"Kalo memang ada bukti langsung tunjukin sekarang, jangan terlalu berbelit." juna yg marah menarik kerah baju ditya. Karna tidak terima ditya menarik kerah baju juna, sambil menggertakkan giginya.
Manager restoran yg melihat keributan ini hanya melerai ditya dan juna. Setelah itu, juna pergi meninggalkan olivia. Sedangkan ditya tersenyum senang melihat cewek yg berani menolaknya itu.
************