Olivia bangun siang hari ini, badannya terasa sangat lelah. Dengan tertatih berjalan ke kamar mandi, melihat pantulan wajahnya dikaca yg seperti zombie. Kantong mata yg semakin parah, kelopak mata yg sembab, wajah yg pucat, dan berhenti di kissmark ulah juna dilehernya. Mengamati sambil menyentuh tanda itu langsung teringat dengan apa yg terjadi diantara mereka semalam. Sambil menghela nafas panjang, olivia membasuh wajahnya agar terlihat lebih fresh.
Bunyi bel membuyarkan lamunan oliv yg sedang duduk termenung disofa dipinggir jendela kamarnya.
"Kak bobby.... masuk kak." olivia mempersilahkan bobby masuk dikamarnya. Kamar yg dia tempati sejak tadi pagi.
"Kamu kenapa ? Terlihat sangat pucat." sambil memperhatikan oliv dari atas ke bawah. Menyadari sedang diperhatikan, oliv menarik bobby agar segera duduk.
. Hari ini olivia sengaja menggerai rambutnya, karna takut bobby menyadari ada tanda yg diberikan juna dilehernya.
"Mau minum kak ?" tawar oliv kepada bobby yg segera diangguki tanda setuju. Olivia mengambil air minum di kulkas kecil dikamarnya itu dan meletakkan dimeja.
"Tolong majalah itu, liv." sambil menunjuk majalah diatas meja sebelah olivia.
Bukan bobby namanya jika tidak menyadari ada yg aneh, ketika olivia dimintai tolong, bobby melihat tanda itu dan segera mengambil foto sebagai bukti jika dibutuhkan.
Bobby yakin sekali pasti juna tidak sadar akan perbuatannya pada oliv, karena dia ingat betul kondisi juna semalam.
"Jadi sebenarnya ada apa, kenapa kamu menginap disini ?" tanya bobby yg membuat olivia menghentikan kegiatannya mengganti acara tv.
"Sebenernya cuma salah paham aja kak."
"Salah paham tentang apa ? " pertanyaan bobby semakin menuntut olivia, karna tidak kunjung medapatkan jawaban.
Sambil menghela nafas olivia mulai menceritakan kejadian kemarin saat di restaurant, saat secara tidak sengaja ditya datang menghampiri olivia yg sedang makan bersama sahabatnya dee.
"Sebenarnya tidak terlalu rumit jika salah satu dari kalian mau mencoba mendengar dan mengerti." bobby menarik kesimpulan dari cerita olivia.
"Hanya saja, mengapa dia memiliki bukti foto itu ?" tanya bobby lagi. Memikirkan kemungkinan apa saja yg dapat terjadi.
******FLASHBACK SATU TAHUN YANG LALU*********
"Halo, sayang kamu jadi jemput aku nggak ?" tanya oliv saat telfonnya tersambung.
"Kayaknya aku nggak bisa jemput nih, mama minta tolong aku buat beli keperluan rumah yg lagi habis." jawab ditya ditelfon, yg tidak olivia curigai bahwa kekasihnya itu sedang berbohong. Padahal hari ini adalah hari anniversary mereka yg pertama.
Olivia sudah sengaja mampir ke toko kue langganannya membeli cupcake kesukaan mereka. Dengan segera olivia memesan taksi online menuju rumah ditya untuk memberi kejutan. Tanpa olivia duga, dia melihat ditya keluar dari minimarket yg tidak jauh dari toko kue. Langsung menyuruh sopir taksi mengikuti mobil ditya.
"Tapi nanti biayanya beda mbak." sopir merasa ragu untuk mengikuti kemauan oliv.
"Nanti saya bayar diluar biaya yg ada diaplikasi." dengan wajah meyakinkan olivia berhasil meyakinkan sopir.
"Buruan ya pak, jangan sampe kehilangan jejak." sopir mengangguk dan segera bergerak mengikuti mobil didepannya itu.
Selama perjalanan itu olivia berfikir negatif, karna jalan yg diambil ditya bukan ke arah supermarket langganan mamanya, atau arah kerumahnya. Ini seperti kearah pinggir kota yg memang masuk dalam lingkungan elit. Tiba - tiba olivia menyadari bahwa mobil ditya berbelok kearah sebuah hotel. Semakin merasakan perasaannya tidak enak, akhirnya olivia melihat seorang wanita turun dari mobil ditya. Olivia menutup mulutnya dan menahan diri agar tidak menangis. Supir taksi yg melihat penumpangnya yg hampir menangis itu dengan tatapan bingung.
"Ini pak, kembaliannya bawa aja." belum sempat membalas perkataan olivia untuk berterima kasih, olivia sudah turun dari mobil.
Sambil menjaga jarak agar tidak ketahuan ditya, oliv melepas ikatan rambutnya dan memakai kacamata baca yg biasa dia pakai. Olivia mencari keberadaan ditya saat memasuki lobby hotel, saat menemukan ditya berada didepan resepsionis oliv mencari tempat duduk yg bisa melihat ke arah ditya tanpa perlu takut dicurigai.
15 menit berlalu, akhirnya ditya mulai berjalan ke arah lift. Olivia tanpa pikir panjang akan ketahuan langsung ikut mengantri untuk masuk lift dengan tetap menunduk. Pintu lift terbuka setelah beberapa menit menunggu, ditya sudah masuk bersama cewek itu dan beberapa tamu lainnya. Olivia masuk terakhir dan berdiri disebelah orang yg ada pas disamping ditya. Sambil menunduk olivia mencoba melihat tulisan nomer kamar yg ditya pesan. Melihat angka lantai yg akan dituju ditya akhirnya olivia mendapatkan clue.
Lift berhenti di lantai 10, ditya terlihat akan keluar. Saat olivia sedikit bergeser untuk memberi jalan tanpa sengaja melihat nomer kamar ditya. Olivia akhirnya turun dilantai 11 dan turun menggunakan tangga darurat, karna menunggu lift turun pasti memakan waktu lama. Dengan tergesa - gesa menuruni tangga olivia tiba - tiba terdiam saat sudah sampai dilantai tujuannya. Nafasnya masi terengah - engah, tapi kondisi hatinya juga belum siap menerima kenyataan. Olivia duduk ditangga darurat sambil mengatur nafas dan menyiapkan hati dan mentalnya.
Kaki olivia gemetar saat sudah berada didepan kamar ditya. Menunggu sekitar lima belas menit lagi sambil menyiapkan hati, olivia akhirnya memencet bel kamar. Lubang untuk mengintip itu sengaja ditutup olivia menggunakan jarinya. Karna masih belum dibuka, olivia memencet bel lagi. Sudah setengah jam menunggu belum ada respon, olivia memencet bel terakhir kali ini sangat lama. Terdengar suara ditya yg mulai mengomel.
"Siapa sih berani - beraninya ganggu." omel ditya terdengar sampai keluar kamar sambil membuka pintu.
"INI GUA." teriak oliv saat pintu sudah dibuka. Ditya yg terkejut melihat olivia berada didepan kamarnya menyadari bahwa dia sedang bertelanjang dada dan hanya menggunakan boxernya.
"Eh.... sayang ngapain kamu ada disini ?" tanya ditya sambil tergagap.
"Mau bantuin lu belanja bulanan. Minggir !!" olivia memaksa masuk kamar dengan mendorong ditya. Karna dihalangi akhirnya olivia menampar wajah ditya.
Dari dalam terdengar suara manja seorang cewek yg hanya menggunakan selimut.
"Siapa sih sayang ? Kok kedengeran suara orang nga....." kata - kata gisella belum selesai, olivia sudah melihatnya sambil berjalan duduk disofa. Iya, itu gisella. Teman kuliah ditya. Olivia sempat bertemu saat beberapa kali datang ke fakultasnya.
"I... i... ini bisa dijelasin liv." gisella dengan gagap dan takut melihat olivia. Akhirnya hanya bisa menunduk.
"Keadaan ini udah jelasin semua kok kak. Apa yg mau ditutupin ? Kayaknya tubuh kakak perlu ditutupin deh." kata - kata tenang oliv membuat aura dikamar itu semakin dingin. Ditya yg tertangkap basah berselingkuh, bahkan berhubungan layaknya suami istri dengan wanita lain dihari anniversarynya. Sungguh miris.
"Jadi..... kalian berdua mau jelasin apa ?" untung saja cupcake tadi sudah dititipkan satpam dilobby, olivia merasa menyesal. Kalau nggak bisa dipastikan cupcake itu akan mendarat indah diwajah dua sejoli yg menjijikan ini.
"Kami nggak ngapa - ngapain liv, ditya membuka pembicaraan." Olivia langsung berdiri mencoba menghampiri gisella yg masi diatas ranjang. Mencoba menarik selimut yg menutupinya. Tapi ditahan gisella, akhirnya selimut itu turun sampai perut gisella karna tarikan kuat olivia yg sedang murka.
"Wah.. kondisi telanjang gini nggak ngapa - ngapain. Hebat banget lu nahan HAHAHA." tawa oliv sinis yg hanya membuat gisella menyilangkan tangan untuk menutup dadanya.
"Mulai sekarang lu bebas, silahkan kalo mau meneruskan kegiatan kalian." olivia berjalan keluar tanpa basa basi karna merasa muak melihat ini semua. Sejoli ini pun hanya diam saja tidak memberikan pembelaan, olivia memutuskan keputusan ini setelah melihat semuanya.
"Liv, kamu nggak bisa gini sama aku." ditya menarik pergelangan tangan oliv. Dengan santai olivia melepas cengkraman tangan ditya kasar dan tetap berjalan keluar tanpa sepatah kata pun.
Didepan pintu lift olivia baru merasakan kakinya yg gemetar hebat, bahkan didalam lift jatuh terduduk sambil menangis. Untung saja kondisi lift sepi saat itu. Olivia menelfon dee untuk minta dijemput karna dia benar - benar kacau dan tidak tau harus melakukan apa.
********FLASHBACK OFF*********