Chereads / My Assistant is My Wife / Chapter 15 - BAB 15

Chapter 15 - BAB 15

Siang itu juna bangun siang, melihat sekelilingnya dan sadar bahwa dia dikamar oliv. Mencoba duduk dan mencoba mengingat apa yg sudah terjadi.

"Kenapa gua nggak pake baju ?" juna menyadari dirinya tidak menggunakan sehelai pun pakaian. Bahkan pakaiannya berserakan dilantai.

"Olivia dimana ? Apa yg terjadi semalam ?" kepala juna pusing, dengan banyak pertanyaan dikepalanya. Saat bangun untuk ke kamar mandi dengan menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya, juna melihat bercak darah di atas ranjang oliv. Didalam kamar mandi pun bercak darah itu ada di sekitar kejantanannya.

"Apa selama ini aku salah menilai olivia ? Apa yg sudah aku lakukan." Juna bergegas mandi. Dan menyadari bahwa di apartemen itu hanya ada dia sendirian.

Sedari tadi juna menelfon nomer olivia tapi tak kunjung diangkat. Bobby yg memperhatikan panggilan di ponsel oliv dari seorang juna yg cuek berulang kali.

"Kenapa nggak diangkat ? jangan terlalu marah, jika seorang juna menelfon berulang kali itu pertanda baik."

"Tapi kak.... aku belum siap bertemu dan menjelaskannya." jawab oliv lemas.

"Liv, kenapa difoto itu mirip kamu ? Bukannya itu orang yg berbeda ?" Bobby masih penasaran dengan hal itu, karna belum menemukan hasil dari cerita oliv.

"Coba kakak lihat ini." Olivia menunjukkan foto - foto gisella yg ada di social media. Bobby memegang dagunya sambil manggut - manggut menyadari bahwa sekilas gisella dan olivia ini memang mirip. Hanya dibedakan olivia tidak berponi, sedangkan gisella berponi depan seperti artis Korea.

"Tau kan kak bedanya ? Itu memang bukan aku. Bahkan warna rambut kami berbeda." itu juga benar adanya, karna rambut olivia memang sedikit ash brown, serasi dengan warna matanya yg alami tanpa lensa kontak.

"Seharusnya juna menyadari hal ini juga, dia sering bersamamu. Dan lebih mengenalmu daripada orang lain." Kata - kata bobby terdengar aneh, tapi olivia menepisnya.

"Mungkin juga dia cemburu buta, sampai - sampai tidak bisa melihat perbedaannya." bobby memeluk pundak olivia untuk menenangkan.

Bobby benar mungkin juna butuh waktu untuk memahami ini semua, mungkin juga dia cemburu. Tapi untuk apa dia cemburu, bahkan olivia bukan kekasihnya. Ini hanya kesalahpahaman mereka saja. Yg membuat rumit adalah mereka berdua sudah melakukan hal yg tidak seharusnya. Untuk yg satu itu olivia tidak menceritakan kepada bobby.

Ponsel bobby juga berdering, terlihat juna menelfonnya.

"Bang, lu lagi sama oliv ?" bobby memandang olivia yg memberi kode untuk tidak memberitahu keberadaanya. Bobby sendiri ingin melihat sampai sejauh mana juna akan berjuang.

"Enggak, gua dirumah." jawab bobby santai. Olivia mendengar itu merasa lega.

"Oke. Gua cari dia ditempat lain." mendengar itu bobby langsung tersenyum. Muncul ide untuk mengerjai dua orang yg tidak mau mengakui perasaannya itu.

Setelah telfon dimatikan, bobby juga berpamitan pada oliv.

***********

Sudah tiga hari ini juna berusaha mencari oivia, bahkan disemua jadwalnya olivia juga tidak datang untuk bekerja. Meskipun telah ditelfon berkali - kali tidak diangkat, pesan yg dikirim juna juga tidak ada satu pun yg dibalas. Juna tidak menyadari bahwa oliv sebenarnya berada disekitarnya. Oliv memang menginap dihotel yg satu bangunan dengan apartmennya itu. Selama bersembunyi itu dia hanya memesan makanan dari aplikasi pesan - antar atau memesan makanan dihotel.

Juna mulai tidak sabar dan uring - uringan karna kepergian olivia. Banyak sekali pertanyaan didalam otaknya itu. Tidak tau lagi harus bertanya pada siapa.

Seminggu sudah olivia menginap dihotel, akhirnya memutuskan untuk kembali ke apartemennya malam ini. Untuk menghindari kepergok juna, olivia malam - malam sekali pulang. Bobby yg mengetahui semua hal itu dari bodyguard yg mengikuti olivia diam - diam.

Malam ini bobby menemani juna minum dibar. Memastikan tentang pemikirannya yg salah paham terhadap olivia. Ada yoyo juga, dia mengetahui ini semua dari cerita bobby.

"Jangan terlalu mabuk malam ini, lu bisa segera selesein masalah lu." bobby menepuk pundak juna.

"Tapi gua nggak tau dimana cewek jutek itu kabur, sudah seminggu ini dia nggak masuk." juna meminum sisa birnya dengan sekali teguk.

"Lu cari dimana ? Coba dari tempat terdekat." bobby memberi kode juna tentang keberadaan oliv.

************

Ting... Ting....

Olivia yg baru saja merebahkan diri di tempat tidur mendengar suara bel. Perasaannya tidak enak, sesuai pengalaman sebelumnya jika jam segini ada yg menekan bel rumahnya bisa dipastikan hanya satu orang, Juna. Sesuai dugaan, juna sedang berada didepan pintu. Sepertinya sedang mabuk, karna pipinya sedikit merona.

Lama berdiri juna terus menekan bel, tapi pintu tetap tertutup. Tidak berputus asa juna merosot duduk bersandar dipintu, berteriak agar dibukakan pintu. Sungguh kekanakan seperti anak kecil yg dihukum ibunya. Olivia mendengar suara teriakan juna terkejut sampai melotot. Bagaimana bisa, juna meskipun sedang mabuk tetap berbuat seenaknya, sangat menyebalkan. Awalnya olivia tidak ingin membukakan pintu tapi untuk menghindari kenekatan juna akhirnya menyiapkan dirinya untuk kemungkinan terburuk sekalipun.

Cekrek.....

"Eh... awas kak!" jerit olivia menahan juna yg terjatuh sambil memeluk kakinya.

"Kamu akhirnya pulang ya... Hehehe." juna tertawa riang seperti anak kecil.

"Ayo bangun dulu kak, nggak enak kalo dilihat orang." olivia berjongkok mensejajarkan dengan tubuh juna. Lalu, juna memeluk olivia.

"Kamu kemana aja ? Mau marah kayak gimana tetep nggak boleh pergi, jangan ngilang lagi ya...yaaa..." juna merajuk dengan manja. Olivia mengulurkan tangannya mengelus rambut juna, terbawa suasana hingga lupa kalo seminggu yg lalu dia bersembunyi dari manusia yg sedang memeluknya manja ini.

"Iya, masuk dulu yuk sayang." bujuk olivia yg tidak sadar dengan kata - katanya.

"Sayang ???? Kamu sayang ya ?" Juna berbicara tidak jelas sambil senyum - senyum. Olivia berhasil membuat juna berdiri terus memapah ke arah sofa. Saat meletakkan juna disofa, mereka jatuh bersama karna juna yg berat. Membuat jarak diantara mereka sangat dekat.

"Kangen.... Boleh cium ya ? Kan tadi bilang sayang." juna mengelus pipi olivia. Tingkah juna yg sangat manja ini tidak pernah olivia lihat sebelumnya. Lalu tanpa sadar olivia mengecup singkat bibir juna. Melepaskan rindu yg ditahannya. Kemudian mencoba melarikan diri karna malu.

"Kamu cium aku duluan, jangan melarikan diri." juna menarik tangan oliv langsung menahan tengkuknya.

Awalnya hanya kecupan, juna merasakan rasa bibir yg hilang seminggu ini langsung mencium dengan brutal. Hingga mereka berdua kehabisan nafas. Mata mereka saling menatap, melepaskan rindu yg terpendam. Olivia yg sedang dipangkuan juna sesaat merasakan badannya melayang, juna menggendong olivia kedalam kamar. Melanjutkan ciuman mereka yg tertunda dan kegiatan panasnya. Meskipun sedang mabuk, juna tetap kuat seperti orang yg sadar. Melakukannya berulang kali hingga kelelahan.

***********