TING.... TONG....
Suara bel apartemen olivia berbunyi.
Dengan wajah sembab olivia berjalan kearah pintu, tanpa mengecek siapa yg datang langsung membuka pintu. Olivia terkejut, melihat bobby sedang memapah juna yg sedang mabuk.
"Masuk dulu kak." oliv membantu bobby memapah juna ke sofa untuk duduk.
Selesai membaringkan juna, olivia mengambilan segelas air untuk bobby.
"Makasi." ucap bobby saat menerima gelas dari olivia.
"Ada apa kak ? Kenapa kak juna gini ?" tanya oliv.
"Harusnya kakak yg tanya, kalian kenapa ? Apa yg terjadi ? Mengapa juna minum sampai sebanyak ini, untung saja barista di bar itu adalah teman kami. Dia segera menelfon ketika melihat juna datang dan memesan banyak minuman." jelas bobby. Olivia hanya menundukkan kepalanya merasa bersalah.
"Sebenarnya...." olivia masi belum sanggup melanjutkan kata - katanya.
"Ada apa ?" bobby menenangkan oliv sambil membelai sayang punggungnya.
"Kak.... ini semua terjadi karna salah paham."
"Apakah kak juna sudah melihatnya kak ?" lanjut olivia.
"Melihat apa ? Kakak nggak ngerti maksudmu." bobby bingung dengan kata - kata olivia.
"Ini semua karna mantan aku kak... Kak juna jadi salah paham." sambil tersedu olivia menutup wajahnya frustasi dan mulai menangis.
"Baiklah, ceritakan waktu kamu sudah siap. Kakak akan bantu sebisanya." bobby bangkit dari duduknya dan memeluk olivia sebentar untuk menenangkan.
Setelah bobby pulang, olivia semakin merasa terpuruk melihat kondisi juna. Karna merasa bersalah belum berhasil menjelaskan pada juna, olivia bangkit dan mengambil wine yg disimpannya dilemari pantry. Menuang segelas demi segelas wine untuk mengurangi beban dihatinya, tanpa sadar olivia pun mulai mabuk. Berjalan dengan sempoyongan untuk mengambil segelas air, berharap sedikit mengurangi mabuknya.
Tidak sengaja menyenggol gelas disampingnya, olivia terkejut dengan suara gelas yg pecah. Juna yg tertidur disofa mendengar suara gelas yg pecah itu tiba - tiba mencari darimana suara itu berasal. Olivia sedang berjongkok untuk mengambil pecahan gelas itu, terkejut melihat sepasang kaki yg atletis didepannya.
"Kamu ngapain disini ?" tanya juna yg tidak sadar.
"Kamu yg ngapain disini ? Ini rumahku." Olivia balas bertanya.
"Kamu ngapain duduk disitu ? Mau pamerin foto dengan mantanmu kah ?" juna mulai melantur tidak jelas.
"Aku....." kata - kata olivia menggantung.
"Kamu bener - bener ya ! Apa mau kamu sebenernya ? Kenapa pura - pura suci ? Bahkan ketika menciumku gerakanmu itu sangat kaku. Kenapa bisa berfoto seperti itu dengan mantanmu ?" nada bicara juga mulai terdengar marah dan kecewa.
"Kamu bahkan belum mendengar penjelasanku kak, kenapa menuduh seperti ini ?" Olivia berdiri dan berjalan mencoba menghindari juna. Karna dia tau menjelaskan pada orang mabuk itu percuma.
Tiba - tiba juna yg melihat olivia berjalan meinggalkannya langsung mengejar dan menarik tangannya.
"Lepasin kak, kamu sedang mabuk. Besok bakal aku jelasin semuanya." olivia mencoba melepas genggaman tangan juna di pergelangan tangannya.
"Aku sadar, kamu jelasin aja sekarang." perintah juna sambil mencengkram erat tangan olivia.
" KAK!!!!" teriak olivia yg disambut dengan ciuman juna dibibirnya dengan kasar.
"Jangan kak..." olivia menyadari juna yg tidak sadar itu mulai menuntut lebih.
Tangan juna menahan tengkuk olivia, memaksanya agar membalas ciumannya. Tangannya yg lain mengeratkan pinggang olivia mendekat. Tanpa sadar olivia membalas dan mengikuti permainan juna.
"Kamu bisa melakukan itu dengan mantanmu, kenapa mencoba menolakku ?" ucap juna sambil terus mencium.
"Tapi aku..." olivia tidak sanggup membalas kata - kata juna karna tidak diberi kesempatan, bahkan untuk menarik nafas.
Juna mengarahkan olivia untuk masuk ke kamarnya dengan posisi yg sama. Mendorongnya hingga tertidur diranjang, sambil terengah - engah karna ciuman panas mereka. Sekarang posisi mereka berdua sama - sama tidak sadar dengan apa yg terjadi. Juna menindih olivia dibawahnya, melanjutkan ciuman mereka yg sempat tertunda. Tidak sampai disitu juna memulai aksinya dengan mengelus payudara olivia dari luar bajunya, olivia merasakan perasaan aneh dari sentuhan juna ini. Mulai menerima bahkan mendesah disela - sela ciuman panas mereka. Ciuman juna sudah mulai turun ke leher olivia, meninggalkan beberapa kissmark disana. Tanpa tunggu lama, juna mulai melepaskan baju olivia dan bajunya.
"Apa kau yakin kak ?" tanya olivia berharap juna sadar dengan apa yg dilakukannya.
"Aku yg harusnya bertanya, apa kau siap ? Hahaha kau bahkan sudah pernah melakukannya bersama mantanmu itu." kata - kata juna ini menyakiti olivia dan membuatnya bersedih. Olivia diam saja karna memang seharusnya dengan begini juna menyadari sesuatu hal.
"Ah.. kak." Desah olivia saat juna menciumi puncak payudaranya, membuat juna semakin kasar.
"Lihat kan, bahkan kamu terlihat sangat ahli dalam hal ini." olivia meneteskan air mata dari ujung matanya.
"Bahkan saat tidak sadar seperti ini, kamu masih marah bahkan membenciku kak." batin oliv miris.
"Kamu sudah sangat basah, lihat kan kamu benar - benar menikmatinya oliv." ejek juna.
"Aku akan membuatmu tersenyum lebih puas dibandingkan dengan mantanmu itu." ocehan juna semakin menyakitkan.
Sampai tiba disaat juna ingin memasuki olivia, merasa sangat kesulitan. Juna yg tidak menyadarinya masi terus mencoba. Bahkan olivia habis - habisan menahan rasa sakit dengan mengigit bibirnya. Juna pun tidak melihat hal itu, terus berusaha mencapai tujuannya.
"Ah.... Sakit kak." olivia mengatakan itu sambil menitihkan air mata.
"Jangan berpura - pura !!!!" bentak juna.
Akhirnya juna berhasil menembus olivia secara utuh, juna berteriak puas. Sedangkan Olivia hanya pasrah sambil menagis. Juna melanjutkan aksinya hingga merasa puas sampai berkali - kali. Dalam hatinya olivia hanya berharap juna menyadari bahwa dia salah.
Karna lelah juna langsung terlelap dikamar apartemen olivia. Tanpa dia duga apa yg akan menyambutnya esok hari.
***********