Kai berjalan menuju ruang guru dengan gagahnya, dia adalah seorang guru yang berasal dari Korea, sudah lima tahun dia hidup di Indonesia, dan sudah tiga bulan menjadi guru di SMA di Jakarta, dia menjadi salah satu guru termuda disana, wajahnya yang tampan membuat semua siswa permpuan menyukainya. Ayahnya asli orang Korea Selatan, sedangkan Ibunya asli orang Indonesia. Kai memilih untuk tinggal di Indonesia dan mengabdi menjadi guru di sana.
Nama aslinya adalah Kim Kai, dia sering disebut Pak Kai oleh murid muridnya, dia mengajar Bahasa Indonesia disana. Tampan, mapan, dan juga baik hati, siapa yang tidak mau dengan dirinya?Â
Kai melihat seluruh ruang guru yang masih sepi karena ini masih jam setengah enam, dia sengaja datang pagi untuk menyelesaikan tugasnya yang belum selesai.
"Pagi Pak Kai, bagaimana dengan liburan nya? Menyenangkan?" Tanya Bu Bella, rekan kerjanya.
Kai mengangguk, ya kemarin dia gunakan waktu istirahatnya dengan tidur seharian di apartemen dan tidak ada satupun orang yang menganggu nya, menurut Kai itu sudah sempurna.
"Baguslah," Ujar Bu Bella lalu duduk di kursinya.
"Saya benar-benar heran dengan Dayra, dia tidak ada kemajuan untuk memperbaiki nilainya."
Kai terdiam sesaat ketika Bu Bella mengatakan itu. "Bapak tau Dayra kan? Anak kelas 12 - 4?"
Kai tentu saja mengangguk, Dayra gadis populer, tapi punya sikap yang buruk. "Nilainya rendah banget, saya bingung gimana mau naikkin nilainya."
Kai terdiam. "Kalau begitu ibu kasih dia tugas tambahan saja kalau memang nilainya benar benar tak tertolong."
"Bapak nggak tau dia ya? Susah pak, mau saya kasih 1000 soal tambahan pun dia nggak bakal mau ngerjain, saya heran." Keluh Bu Bella, membuat Kai benar benar bingung.
Sebegitu parahnya nya Dayra dimata guru guru? Hampir semua guru membicarakannya.
Kai tidak tahu, jelas, dia adalah guru Bahasa Indonesia untuk kelas 10 dan tiba-tiba guru Bahasa Indonesia kelas 12 pensiun secara tiba-tiba, membuat Kai harus menggantikannya mau tidak mau, yang berarti pula pekerjaan Kai semakin menumpuk.
"Saya harap bapak betah ya mengajar kelas 12 terutama dengan Dayra." Ujar Bu Bella rada membuatnya sedikit takut. Hei, apakah semenyeramkan itu?
..
"Pagi anak-anak." Kai melangkahkan kakinya masuk ke kelas, dia melihat semua anak-anak sudah tertib di tempat duduknya masing masing. Kai mengulas senyum tipis.
"Pagii paak!" sahut anak muridnya dengan semangat, entah karena masih pagi atau karena guru yang masuk tampan bak boyband korea.
"Sudah kerjakan tugas dari bapak? Maaf kemarin saya tidak masuk, karena ada urusan yang dimana saya harus buru buru pulang. Sudah kerjakan tugasnya kan tapi? " Tanya Kai dan anak-anak mengangguk, lagi lagi Kai tersenyum dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas.
Dia terdiam ketika melihat seorang gadis yang duduk di pojok kelas sibuk menulis sesuatu di bukunya, perlahan Kai mendekat kearah gadis itu yang mungkin tidak menyadari keberadaanya, dia sudah sampai dan berdiri tepat di samping meja gadis tersebut.
Kai tersenyum tipis lalu kemudian dia mengambil buku gadis itu cepat sehingga membuat coretan panjang ri buku itu. "Ehh." Gadis itu mendongak dan melihat gurunya sudah mengambil bukunya sambil tersenyum.
"Anak pintar, tugas buat dirumah malah dikerjain di sekolah, kamu di rumah ngepain aja?" Ujar Kai dengan nada tak enak di dengar, gadis itu tertunduk malu, mau bagaimanapun juga dia yang salah disini. "Dayra Andraini." Kai membaca nama gadis itu lewat buku tulisnya.
Kai mengangguk pelan, oh jadi ini yang namanya Dayra? Pantas saja jadi bahan perbincangan guru guru, ternyata seperti ini modelnya.
"Ini pertama kali saya masuk kelas kamu, dan kamu sudah begini?" Tanya Kai dan gadis itu terdiam.
Kai melihatnya tajam, "Berdiri di luar sana."
"Tapi pa-"
Dayra menghentikan ucapannya ketika melihat wajah garang Kai yang langsung keluar. Jika dia kenal Kai dengan wajahnya yang tampan kini dia langsung ciut karena wajah garang Kai yang bikin merinding.
"Iya pak." Ujar Dayra dan langsung pergi keluar kelas.
Kai melihat Dayra lalu terdiam. Apakah Dayra benar benar senakal apa yang guru guru katakan? Entahlah, Kai merasa sepertinya ada kesalahan pahaman.
..
"Kalian pada piket dong! Jangan mau enaknya aja ya! Gue udah nyapu, bersihin ini itu, kalian pada main game online?" Oceh Dayra kesal melihat semua rekan piketnya malah asik main game online.
Dayra menghela nafas, kenapa juga dia harus gabung ke anggota piket yang isinya laki laki semua???
"Ambil air gih, nanti gue yang ngepel." Pinta Adrian menaruh ponselnya.
"Bener ya ngepel!"
"Iya!"
..
"Aduh, nyusahin banget Adrian, mana berat banget lagi." Dayra mengangkut dua ember berisi air dengan kedua tangannya.
"Aw." Dayra langsung menaruh ember itu di lantai lalu memegang pergelangan tangan kanannya yang terasa nyeri, mungkin karena jatuh kemarin.
"Kamu kenapa belum pulang?" Dayra kangsung menoleh dan melihat Pak Kai yang berdiri di sampingnya, refleks dia minggir beberapa langkah agar ada jarak diantara mereka.
"Ahh ini,"
Kai melihat ember yang ada di lantai dan Dayra yang sedang memegang pergelangan tangannya. Kai menggulung lengan kemejanya sampai ke siku lalu dia mengangkat ember itu. "Ke kelas kamu? Biar saya yang bawa kayaknya kamu kesakitan." Ujar Kai dengan senyum tipis lalu segera jalan menuju kelasnya.
Dayra terdiam sesaat, mematung dan masih di tempat.
"Dayra? Kok kamu malah diam? Ayo." Ujar Kai dengan senyuman manisnya, membuat Dayra seakan terbius, Dayra mengangguk dan ikut melangkah bersama Kai.
..
"Masa kamu berempat nggak ada yang mau ngambilin air, kasihan lo Dayra saya lihat tadi pergelangan tangannya sakit." Omel Kai kepada keempat anak laki-laki nan malas ini, mampus mereka abis sih disuruh piket aja susahnya minta ampun.
"Udah Dayra nanti saya bilang sama wali kelas kamu agar jadwal piketnya diubah, kasihan kami perempuan sendiri." Ujar Kai dan Dayra langsung tersenyum lebar.
"Makasih pak." Jawabnya lalu menatap sengit keempat temannya itu.
"Saya permisi dulu, Dayra sebaiknya kamu pulang dan obati pergelangan tanganmu itu ya." Ujar Kai lalu segera pergi meninggalkan mereka berlima.
"Iya pak, hati-hati di jalan." Dayra tersenyum sambil menatap kepergian Kai.
"Alah bohong ae lu sok pergelangan tangan sakit, bilang aja pengen dapet perhtian Pak Kai." Ujar Alfian dan dengan cepat Dayra menatap laki-laki itu sinis.
"Apasi jelek, nyaut aja." Jawab Dayra lalu kemudian pergi dari kelasnya.
Dayra tersenyum melihat punggung Kai yang berada di hadapannya, tak jauh.
Pertama kalinya untuk Dayra, melihat ada guru setampan Kai.