Dayra langsung duduk di tempat ketika melihat Pak Kai sudah masuk ke dalam kelas. Dia melihat laki-laki itu duduk di depan dan mengeluarkan beberapa lembar dari map nya.
"Pagi anak-anak. Hari ini saya sudah siap mendengarkan setiap cerpen dari kalian. Sudah saya suruh kan untuk membuat cerpen? Apa sudah selesai semua?" Tanya Kai dan anak-anak semua menggeleng, bahkan beberapa dari mereka merespon terkejut kalau sebenarnya mereka lupa, bukan karena belum selesai.
"Oke, bapak tau kalau tugas bikin cerpen itu memang sangat-sangat susah, kalian harus membuat mood yang bagus kalau mau menulis,"
"Tapi kalian sudah memikirkan judulnya kan?"
Dayra terdiam di bangku belakang, dia melihat bukunya yang kosong. Dayra belum memikirkan apapun untuk cerpen ini.
"Karena memang bapak sangat tau buat cerita sangat susah, memikirkan cerita, alur dan yang lain lain. Tapi, jika kalian ingin bisa dengan cara yang gampang itu ada solusinya. Mau tau?" Tanya Kai kepada anak-anak dan semua murid menjawab serempak. "Mau."
Dayra melihat Kai di depan, dia merasa tertarik dengan topik bahasan kali ini. Dayra melihat Kai tersenyum memandangi muridnya lalu tak lama kemudian Kai mengalihkan pandangan ke dirinya. Dayra yang ditatap seperti itu hanya bisa terdiam dan tidak merespon apa-apa.
Kai tersenyum, dia melihat Dayra memperhatikan dirinya di depan. Ada kemajuan, anak itu sudah mau mendengar pelajaran nya.
"Kalau kalian ingin cara gampang bisa menulis adalah ceritakan diri kalian sendiri,"
"Tentu, di dunia ini hanya kalian yang bisa mengetahui diri kalian sendiri. Anggap saja kalian menulis diri kalian, kejadian yang tidak pernah dilupakan, impian, tujuan hidup, dan juga kalian ingin apa kedepannya. Kemas itu ke dalam bentuk cerita,"
"Kalian yang menjadi tokoh utama, kalian yang menceritakan kepada seluruh dunia kalau ini adalah diri saya, ini adalah saya dengan segala tujuan saya. Atau ini adalah saya dengan segala hidup saya, atau ini adalah saya dengan segala masa lalu saya,"
"Kalian pasti bisa. Tapi jika yang sudah pintar menulis, maju ke langkah berikutnya, yaitu mulai memikirkan alur dan juga jalan cerita sendiri bagi si tokoh utama. Kalau yang masih belum bisa kalian bisa memakai cerita diri kalian sendiri untuk alur,"
"Anggap saja kalian mengeluarkan emosi dan segala unek-unek di hati kalian dalam sebuah bentuk tulisan." Ujar Kai lalu diakhiri dengan senyuman.
Dayra terus mendengarkan Kai yang membahas pelajaran. Dayra baru tau, kalau cara mengajar Kai sangat asik, dia merasa tidak bosan , mungkin karena Kai tampan?
Pipi Dayra langsung bersemu ketika memikirkan Kai tampan. Dia langsung menunduk dan menggeleng. Jangan cuma karena Kai yang memberinya dasi dia jadi seperti ini. Kai hanya guru yang kepo, tidak lebih dari itu.
"Silahkan buat judul dulu, baru kumpulkan ke saya ya." Ujar Kai lalu kembali duduk.
Dayra memandangi bukunya. Apa yang akan dia tulis? Tentang dirinya? Segala unek-unek?
Dayra langsung mendapatkan ide. Dayra sudah memikirkan judulnya, dengan cepat dia langsung menulis judul itu di dalam bukunya.
***
Kai keluar kelas sambil membawa beberapa buku latihan anak-anak. Dia pergi menuju ruang guru, dan setelah sampai di sana dia langsung meletakkan buku-buku itu di atas mejanya.
"Bapak, ibu guru. Kita akan adakan rapat tentang guru pembimbing untuk anak-anak yang memiliki nilai kurang."
Kai langsung duduk di tempatnya dan melihat Kepala Sekolah sudah berdiri di depan.
"Saya sudah tau daftar-daftar anak yang menang mendapatkan nilai yang kecil di sekolah. Kita sebagai guru harus bisa membantu nya mendapatkan nilai,"
"Ada sepuluh anak yang mendapatkan nilai terendah, saya akan bacakan yang paling parah dulu ya." Ujar Kepala Sekolah lalu terkekeh.
"Rio Pramungga, siapa yang akan menjadi guru pembimbing Rio? Apakah ada yang ingin mengajukan diri?"
"Biar saya pak, saya sudah lumayan dekat dengan Rio." Ujar Bu Bella dan Kepala Sekolah tersenyum. "Baik."
Satu-satu murid sudah disebutkan, hingga akhirnya Kepala sekolah menghela nafas. "Ini satu-satunya perempuan. Dayra Andraini."
Semua guru terdiam, tidak ada yang mengajukan diri menjadi guru pembimbing Dayra. "Tidak ada?"
"Maaf Pak, saya tidak mau menjadi guru pembimbing anak itu, karena dia tidak tau sopan santun, bicaranya yang saya tidak suka." Ujar Bu Yeni dan Kai melihat sekitarnya tak ada yang mengangkat tangan.
Kai terdiam, tidak ada yang mau menjadi guru pembimbing nya. Kai mengangkat tangannya. "Biar saya saja Pak, saya akan membimbing Dayra hingga dia bisa." Ujar Kai mantap. Dia sudah yakin dengan keputusannya ini.
"Baik, Pak Kai, mohon bimbing Dayra dengan baik." Ujar Kepala sekolah.
Kai tersenyum dan mengangguk.
"Anak-anak kita butuh yang namanya bimbingan. Anak-anak yang saya sebutkan tadi tidak hanya mendapat nilai rendah, mereka juga mendapat tekanan dari lingkungan nya. Itulah mengapa saya mengirim guru-guru untuk mendampingi anak ini, untuk menjadi tempat dimana anak-anak kami bisa terbuka. Mungkin selama ini mereka hanya memendam, tak ada yang mendengarkan ceritanya dan saya harap anak-anak kami bisa terbuka dengan guru yang sangat dekat dengan mereka." Ujar Kepala Sekolah.
Kai terdiam mendengarnya, di dalam hatinya dia ingin sekali menolong Dayra. Dan Kai harap dia bisa.
***
Kai memeriksa seluruh judul cerpen dari anak-anak yang mengumpulkan buku. Kai melipat buku satu per satu setelah membaca judulnya. Dia terdiam melihat buku milik Dayra.
Dia mengambil buku latihan itu dan tersenyum. Kai membuka buku itu dan melihat judul cerpen yang akan dibuat oleh Dayra.
"Langit dan Hujan." Ujar Kai terdiam, dia menggerakkan jarinya untuk membuka kembali lembaran-lembaran buku hingga berada di buku halaman terakhir.
Buku halaman terakhir berisikan coretan-coretan tidak jelas. Garis-garis tidak beraturan, serta kata-kata yang tidak bisa dibaca dengan jelas.
Kai melihat ada satu kalimat disana yang menonjol, mungkin karena hanya kalimat itu yang tertulis dengan rapih.
"Kapan akan datang pelangi setelah hujan? Aku hujan dan tidak tau siapa pelanginya." Kai membaca itu kemudian terdengar suara gemuruh dari luar. Kai melihat keluar jendela, hujan turun dengan derasnya.
"Setelah hujan turun dengan sangat derasnya, maka pelangi saat itu datang, Dayra." Ujar Kai menatap hujan yang turun dengan derasnya dari jendela.
***
Sosok perempuan melihat dirinya di cermin, seluruh riasan di wajahnya kini menambah kecantikan perempuan itu. Dia menatap dirinya penuh percaya diri.
"Mrs. Feluea, nyonya Kim sudah menunggu anda diluar." Ujar seorang wanita dari luar kamarnya. Perempuan itu tersenyum lalu segera pergi ke luar kamar.
"Krystal!" Nyonya Kim yang melihatnya langsung menyambut kedatangan Krystal dengan pelukan hangat.
"Aku rindu mama." Jawab Krystal dan nyonya Kim tersenyum lebar. "Mama juga, rindu dengan calon menantu." Ujar nyonya Kim melepaskan pelukan dengan senyuman.
"Bagaimana hubungan mu dengan Kai? Berjalan baik?" Tanya nya dan Krystal tersenyum lebar.
"Sangat baik, kita sering teleponan dan video call, jadi jangan khawatir mama." Ujar Krystal dan nyonya Kim menghela nafas lega.
"Syukurlah."
"Aku tak sabar menantikan pernikahan kalian." Ujar nyonya Kim dan Krystal tersenyum.
"Kalau begitu mama ingin bertemu dengan mama mu dulu ya Krystal." Ujar nyonya Kim dan Krystal mengangguk sambil tersenyum.
Senyumnya perlahan memudar ketika nyonya Kim berlalu dari hadapannya untuk bertemu dengan ibunya. Dia mengecek ponselnya uang sama sekali tidak ada notifikasi dari Kai.
Krystal menghela nafas. "Anakmu jahat Mama." Ujar Krystal pelan.