"Dayra." Seseorang memanggil namanya, dan disaat itu pula, hujan deras yang tadi jatuh dan membuat kepalanya sakit mendadak hilang.
Dayra terdiam dan perlahan mendongak melihat siapa yang melakukan ini kepadanya, dia benar-benar terkejut saat matanya langsung bertatapan dengan mata Kai. Entah bagaimana laki-laki itu bisa ada disini, Kai berdiri dekat darinya dan berbagi payung untuknya.
"Kamu nggak apa-apa?" Tanya nya dengan nada khawatir.
Bukannya menjawab, Dayra malah terpana dan entah kenapa terpesona oleh tatapan mata Kai yang entah kenapa membuat jantungnya berdegup dua kali lebih cepat.
"Saya nggak apa-apa." Jawabnya berbohong lalu dia melihat punggung Kai yang basah karena harus berbagi payung dengannya.
"Pak." Dayra melihat Kai yang menatapnya dengan tatapan bingung. "Kenapa?"
Dayra mendorong payung yang tadinya melindungi dirinya dari hujan, kini payung itu seluruhnya melindungi Kai dari hujan. "Punggung bapak basah, ini kan payung bapak, dan bapak masih kering. Kalau saya kan udah basah, jadi nggak apa-apa kalau saya hujan-hujanan aja." Ujar Dayra dan Kai terdiam.
Dia menunduk, melihat gadis itu membawa plastik dengan tulisan salah satu supermarket terbesar di Indonesia. "Seharusnya kamu bawa payung." Ujar Kai dan Dayra hanya terdiam.
"Kamu tadi habis ke supermarket? Dimana?" Tanya Kai dan Dayra menoleh ke belakang.
"Disana." Ujar Dayra.
Kai melihat Dayra yang diguyur air hujan, dia menghela nafas lalu menyentuh tangan Dayra. Dia memberikan payung miliknya kepada Dayra. "Pegang ini." Ujarnya lalu dengan cepat langsung berlari ke tempat supermarket.
Dayra terkejut melihat Kai yang langsung berlari, dia ingin menahan tapi laki-laki itu sudah pergi, alhasil yang bisa dia lakukan hanya menunggu.
Sedangkan Kai, dia langsung masuk ke supermarket, hampir saja dia basah kuyup, untunglah dia tadi berlari dengan sangat kencang.
Buru-buru Kai mencari payung disana, setelah menemukannya dia langsung pergi ke kasir. Namun, dia kembali teringat dengan Dayra yang basah kuyup.
Kai kembali berjalan ke dalam rak-rak belanjaan, dia melihat ada selimut yang dijual disana, dengan cepat Kai langsung mengambil selimut itu.
Dia kembali berjalan ke kasir. "Permisi, saya mau beli mi cup, bisakah direbus disini?" Tanya Kai kepada penjaga kasir.
Penjaga kasir itu mengangguk. "Bisa mas." Jawabnya.
Dayra terus menunggu, sekitar lima belas menit Kai pergi dan belum juga datang.
Dia mengutuk dirinya sendiri, bagaimana bisa dia bertemu dengan Kai disini? Kalau begini, dia hanya bisa merepotkan Kai saja.
Ketika sedang menunggu, Dayra mendengar ada seseorang yang memanggil namanya. Dayra sontak langsung melihat Kai yang sedang berjalan kearahnya, dia memanyungi dirinya dengan cara gagang payung diapit ke lehernya. Sementara kedua tangannya membawa mi cup dan satu kantung plastik menggantung di pergelangan tangannya.
Dayra sontak langsung berlari kecil membantu Kai yang sepertinya kesulitan membawa barang sebanyak itu.
Dayra mengambil mie cup yang berada di tangan kanan Kai dan melihat Kai yang mengambil gagang payung yang sedari tadi diapit di lehernya.
"Terimakasih ya Dayra." Ujar Kai dan Dayra mengangguk.
"Nah, sekarang gimana kalau kita berteduh dulu sambil makan mie ini." Ujar Kai mengangkat mie cup nya. Dayra melihat mie cup yang berada di tangan kanan nya. Ya, dia harus menerima tawaran Kai.
"Kamu sakit?" Tanya Kai kepada Dayra yang duduk di sampingnya, kini mereka berdua sedang ada di salam mobil Kai untuk melindungi diri dari hujan serta menikmati mie cup yang dibelikan Kai tadi.
Dayra yang sedang asik memakan mie nya langsung melihat Kai, "Kalau saya sakit nggak mungkin pak saya main hujan-hujanan gini." Ujar Dayra dengan senyuman.
Kai terkekeh dan kembali memakan mie nya. "Kamu kan terkenal cewek baja di sekolah, ya kali aja kamu kuat lagi sakit main hujan hujanan." Ujar Kai dan Dayra langsung tertawa.
Julukan itu bermula saat dirinya berhasil mengangkat galon dan menuangkan nya ke dalam dispenser disaat semua anak laki-laki lain pada mengeluh tidak kuat.
"Saya tadinya mau kasih kamu nilai tambahan kalau kamu masuk." Ujar Kai dan Dayra terdiam melihatnya.
"Nilai kamu banyak banget yang kurang soalnya." Ujar Kai dan Dayra langsung terdiam.
"Maaf ya pak." Ujar Dayra melihat Kai dengan wajah sedih.
"Pasti gara-gara bapak jadi guru pembimbing saya, kerjaan bapak jadi nambah dia kali lipat." Ujar Dayra dan Kai menjadi langsung merasa bersalah. Sepertinya, lagi-lagi dia salah bicara.
"Saya nyusahin ya pak?" Tanya Dayra.
Kai buru-buru menggeleng dan membuang sampah mie cup nya di dalam tempat sampah kecil yang sudah ada di dalam mobilnya.
"Bukan gitu maksud bapak." Ujar Kai tampak salah tingkah.
"Maafin saya pak, kalau saya sudah banyak menyusahkan bapak dengan nilai-nilai saya." Suara Dayra semakin lama semakin serak.
"Bap-bapak bisa kok ngundurin diri jadi pembimbing saya." Ujar Dayra lalu perlahan mulai terisak, membuat Kai semakin panik dan bingung harus berbuat apa.
Dayra menangis.
"Saya emang nyusahin pak, saya minta maaf." Ujar Dayra lagi kini tangisnya semakin besar, semakin membuat Kai panik.
Kai memegang kedua pundak gadis itu dan menatap mata Dayra yang sudah basah akan air mata.
"Dayra, dengerin saya, kamu nggak nyusahin saya. Kamu sama sekali bukan beban buat saya, kamu kenapa? Ada masalah?"
Dayra menatap mata Kai dan kemudian menangis semakin kencang. "Iya Pak, semua hidup saya masalah." Ujar nya sambil terisak membuat Kai menjadi lemah.
Dia paling benci melihat wanita menangis, rasanya pertahanan nya roboh ketika melihat seorang wanita menangis.
Kai langsung membawa Dayra ke dalam pelukannya tanpa ragu, dia mengusap kepala Dayra lembut.
"Kamu yang sabar ya." Ujar Kai dan Dayra semakin menangis terjadi-jadi, dia pun membalas pelukan Kai.
Entah kenapa, hari ini dia butuh pelukan hangat dari siapapun itu. Dan ternyata pelukan hangat itu dia dapatkan dari Kai.
Dayra turun tepat di depan rumahnya. Setelah hujan reda, Kai mengantarkan dirinya pulang.
"Kamu kalau ada apa-apa bilang sama saya ya, saya ini bertanggung jawab penuh atas kamu, jadi tolong kerjasama nya ya Dayra." Ujar Kai dan Dayra mengangguk.
Kai tersenyum, "Saya pulang dulu, kamu jangan lupa untuk bersihkan diri kamu, nanti sakit kalau kena air hujan tanpa mandi." Ujar Kai lembut dan Dayra sekali lagi mengangguk.
Dayra melihat perlahan mobil Kai sudah meninggalkan halaman rumahnya. Entah kenapa, Dayra merasa hari ini dia menjadi lebih sedikit lebih tenang dengan keberadaan Kai.
.
.
Bersambung..