Kai pulang ke apartemen nya, dia dengan cepat langsung membuka pintu apartemen nya dan melihat kakak perempuan nya yang sedang sibuk di dapur sedangkan keponakan nya ada di ruang tengah sedang membaca buku dongeng kesukaan mereka.
"Oom Kai sudah pulang?" Tanya mereka lalu berlari ke pelukan Kai. Kai tersenyum dan berjongkok menyambut mereka dan membawa mereka ke dalam pelukan nya.
"Udah dong, kalian baca apa?" Tanya Kai dan anak kembar itu langsung mengambil buku dogeng mereka.
"Putri duyung!" Ujar Taerin antusias sambil menunjuk sampul buku yang bergambarkan gadis cantik dengan kaki siripnya. Kai tersenyum lalu melihat sang kakak.
"Pinokio!" Seru Taewoo tak kalah antusias sambil menunjuk buku dogeng nya. Kai lagi-lagi tersenyum, sudah lama dia tidak bertemu dengan keponakan nya dan kini mereka berdua sudah ada di hadapannya.
"Kai, udah makan?" Kini kakaknya Taesa keluar dengan sepiring nasi lengkap dengan lauk.
Kau menggeleng.
"Pas banget nih aku bawain, kamu makan ya, jangan kebanyakan diet nanti sakit." Ujar kakaknya lalu memberikan piring itu kepada Kai.
Kai tersenyum dan mengambil piring itu dengan senang hati. Dia berdiri dan menaruh piring itu di atas meja makan.
"Aku ke kamar dulu, mau ganti baju." Ujar Kai dan langsung pergi ke dalam kamarnya. Dia membuka pintu kamar dan terkejut dengan isi kamarnya yang sudah tertata sangat rapih.
Dia sudah menduga nya, kakak nya pasti gemas dan membersihkan kamarnya.
Kai langsung menaruh ransel nya di atas kasur dan membuka kancing kemeja nya dan mengambil kaos hitam kesukaan nya lalu memakainya. Dia juga mengganti celana nya dan sesaat sudah selesai dia kembali keluar kamar.
"Udah aku beresin, pusing aku liat kamar kamu kayak kapal pecah." Ujar Taesa dan Kai hanya memberikan cengiran nya dan duduk di bangku, sudah siap akan menyantap makanan nya.
"Kapan kamu punya calon? Udah saat nya kamu menikah Kai." Ujar Taesa dan Kai hanya terdiam.
"Menikah dengan orang yang kamu cintai Kai, bukan karena terpaksa." Ujar Taesa lagi dan kini Kai langsung terdiam.
Dia tau, kakaknya sangat tidak mendukung Kai dengan Krystal, karena pikirnya menikah harus dilandasi dengan cinta, bukan karena paksaan.
"Seengaknya ada yang bisa mengurus kamu, beri kamu sarapan setiap pagi, rapihin baju kamu, rawat kamu." Kini kakaknya sudah membuka sesi ceramah dan sudah saatnya untuk Kai untuk menutup telinga rapat-rapat.
"Makasih makanan nya." Ujar Kai lalu kemudian melangkah ke dalam kamarnya sambil membawa piring makanan nya. Lebih baik dia makan di dalam kamar dengan tenang dibanding harus makan di meja makan dengan hati gondok.
.
Keesokan harinya, Dayra sudah sangat gembira masuk ke dalam kelasnya, karena pikirnya hari ini dia akan pergi lagi ke toko buku dan membeli komik yang banyak.
"Day!" Dari kejauhan sama Dayra sudah sangat kenal dengan suara ini, ini suara khas Gea.
Dayra berhenti berjalan dan menoleh kearah Gea yang tau tau sudah ada di sampingnya.
"Udah belajar?" Tanya Gea dengan senyuman dan Dayra langsung terdiam.
"Belajar?" Tanya Dayra dan Gea mengangguk.
"Ulangan matematika." Jawab Gea dan Dayra langsung terdiam.
"Mampus, gue belum belajar!" Ujar Dayra kemudian dan dia langsung melihat Gea panik, Gea yang melihat tingkahnya hanya bisa menggeleng.
Dayra langsung lari menuju kelasnya dan meninggalkan Gea yang masih berdiri diam di sana.
"Dayra!! Mau kemana?" Teriak Gea. "Catet jawaban!" Sahut Dayra dan Gea langsung terkekeh melihat tingkah sahabat nya.
Gea berjalan santai melewati koridor, hingga dia berpapasan dengan Kai. "Pagi pak." Sapa Gea dan Kai tersenyum melihat gadis itu.
"Tumben kamu nggak sama Dayra?" Tanya Kai dan Gea langsung tersenyum. "Anaknya udah kabur pak." Jawab Gea dan Kai mengangguk paham.
"Gea," Kai memanggil gadis itu dan Gea langsung melihat kearahnya lagi.
"Iya?" Tanya nya dan Kai terdiam sebentar karena dia ragu, "Kamu sahabat nya Dayra kan?" Tanya Kai dan Gea tentu saja mengangguk.
"Iya dong pak." Jawabnya mantap dan Kai tersenyum dengan lebar, "Kamu mau bantu saya?" Tanya Kai dan Gea langsung terdiam menatap nya.
"Saya guru pembimbing dia, kalau dia ada masalah di kelas atau ada masalah dengan nilai nya bisa hubungi saya langsung ya." Ujar Kai semangat dan Gea langsung tersenyum mendengarnya.
"Syukurlah gurunya pak Kai, pasti pak! Pasti saya bakal kasih tau, makasih ya pak sudah mau bantu Dayra." Ujar Gea dengan sangat gembira membuat Kai jadi ikut senang mendengarnya.
"Terimakasih Gea."
"Terimakasih kembali pak Kai." Jawab Gea dengan senyuman. Akhirnya, ada seseorang yang mau membantu sahabatnya itu, dan Gea sangat sangat gembira.
.
"Apa apaan ini?!" Tanya Pak Andrea yang marah marah karena hasil dari ulangan Dayra yang sangat-sangat rendah.
"Gimana bisa kamu cuma dapet satu? Nggak malu sama temen-temen kamu yang lain? Seengaknya dapet tiga atau empat, ini dapet satu? Semua yang saya pelajari nyambung di kamu nggak sih?" Omel Pak Andrea di depan kelas membuat Dayra langsung menunduk malu.
Dia benar-benar benci matematika, karena menurutny aitu bukan keahlian nya, dia benar-benar benci menghitung, jadi tidak kaget kalau misalnya dia mendapat nilai yang jelek, namun dia sangat malu karena sudah diomelin di depan banyak anak-anak.
Bahkan Gea pun hanya bisa menjadi penonton, karena dia tidak bisa membantu Dayra.
"Maaf pak." Ujar Dayra sambil menunduk dan Pak Andrea terus mengoceh panjang lebar, karena tak tega akhirnya Gea mengambil ponselnya dan menghubungi Kai. Kata Kai dia harus memberi tau tentang Kalya.
Geaa : Pak, Dayra dapat nilai satu pas ujian matematika, dan sekarang dia lagi diomelin.
Ketik Gea dan mengirimkan pesan itu kepada Kai, berharap laki-laki itu segera membaca nya.
"Keluar dari kelas saya!" Teriak Pak Andrea membuat semua anak murid langsung terkejut termasuk Gea, dia melihat Dayra menunduk, dapat terlihat jelas ekali gadis itu menahan tangisnya dan keluar dari kelas.
.
Kai baru saja keluar dari toliet dan siap menuju ruang guru karena dia tidak ada jadwal mengajar lagi, Kai merasakan ponselnya berdering, dia langsung mengambil ponselnya dan meihat satu pesan masuk dari Gea. Dia membaca isi pesan itu dan menghela nafas.
Kai baru saja akan melangkah pergi, tapi dia melihat Dayra keluar dari kelasnya sambil menahan tangis, Kai langsung mendekati Dayra dan berdiri di hadapan gadis itu.
Dayra langsung berhenti dan melihat Kai.
"Kamu nangis?" Tanya Kai dan Dayra menunduk, dia tidak mau melihat Kai sama sekali.
"Saya nggak apa-apa." Ujar Dayra dan Kai langsung memegang kedua pundak Dayra, "Kamu ada masalah? Cerita sama saya, kamu lupa kalau saya guru pembimbing kamu?" Ujar Kai dan Dayra langsung terdiam.
Dia melihat sekitar, untunglah lorong sepi, dia langsung menunduk dan menangis. Kai yang melihat itu langsung merasa bersalah, dia sangat benci melihat seorang wanita menangis.
"Kamu jangan nangis." Ujar Kai lirih dan kemudian membawa Dayra ke dalam dekapannya dan tangisan gadis itu menjadi sangat pecah saat Kai membawanya ke dalam pelukan.