Chereads / Guru Ganteng / Chapter 17 - Bab 17 : Usaha Tidak Mengkhianati Hasil

Chapter 17 - Bab 17 : Usaha Tidak Mengkhianati Hasil

Kai berjalan di lorong sekolah menuju ke ruang guru, ini sudah jam istirahat dan dia hendak pergi ke ruang guru, menaruh bukunya dan mengisi perutnya yang sudah lapar.

"Pak Kai!!!!" Belum sempat dia memegang gagang pintu, pekikkan seorang wanita terdengar memanggil namanya, dia langsung menoleh dan melihat Gea yang sedang beralari ke arahnya, dari raut wajahnya sepertinya ada sesuatu yang tidak beres.

"Ada apa? Kenapa kamu lari kayak gitu?" Kata Kai setelah gadis itu sampai di depannya, dia melihat Gea yang sedang menatapnya dengan tatapan aneh.

"Dayra, Dayra."

"Dayra kenapa?"

"Dia di hukum pak Andrea."

Kai mengerutkan keningnya, "Kenapa bisa?"

"Karena dituduh menyontek saat ulangan matematika."

Kai terdiam dan kemudian melihat ke kelas Dayra dan kembali melihat Gea, "Di mana pak Andrea sekarang?"

"Di ruang kepala sekolah, dia bilang dia bakal memblacklist Dayra dari pelajarannya." Kata Gea takut dan Kai segera membulatkan matanya, dia memberikan buku-bukunya kepada Gea.

"Taruh di ruangan saya, saya yang akan menyelesaikan semuanya." Kata Kai dan kemudian segera berlari pergi dari hadapan Gea dan menuju ke ruang kepala sekolah, rasa laparnya seketika hilang saat mendengar berita seperi ini.

***

"Saya datang ke sini untuk membicarakan Dayra, anak murid yang bapak tau sendiri dia sudah tidak bisa ditolong lagi." Kat pak Andrea duduk di hadapan kepala sekolah.

"Bukannya pak Kai sudah mengurus itu? Dia ada guru pembimbing kan?"

"Iya, saya tau, tapi tingkah lakunya tidak ada yang berubah, dia masih saja nakal dan saya ingin menghapus dia dari mata pelajaran saya."

"Loh-loh, kenapa? Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik dulu? Kalau dia mendapat nilai kosong dari pelajarab bapak, bisa-bisa dia tidak naik kelas."

"Dia mencontek saat ulangan, maka dari itu saya heran mengapa dia bisa mendapat nilai bagus, ternyata karena hasil menyontek, saya pikir dia sudah berubah namun nyatanya masih sama saja, bahkan lebih parah. Apa yang pak Kai ajakrkan kepada dia?"

Brakk!!

Pintu ruang kepala sekolah terbuka melompong dan Kai datang berdiri di depan pintu sambil mengatur nafasnya yang memburu, dia melihat pak Andrea dan kepala sekolah yang sekarang sedang melihat ke arahnya.

"Ada apa pak Kai?" Tegur kepala sekolah dan Kai tersenyum kecil.

"Sepertinya ada kesalahpahaman antara bapak dengan Dayra." Kata Kai melihat pak Andrea yang sekarang sedang menatap dirinya dengan tatapan menakutkan khas beliau.

"Maksud kamu? Bisa duduk dulu pak Kai?"

Kai menghela nafas dan kemudian menutup pintu ruang kepala sekolah dan melangkah mendekat, dia menarik kursi di samping pak Andrea dan duduk di sana.

"Maksud bapak apa? Bapak sudah tau kalau murid bapak menyontek saat ulangan?"

"Bisa tenang dulu pak Andrea? Bisa kita dengarkan pak Kai berbicara?"

Kai melihat kepala sekolah yang mengangguk pelan melihatnya, artinya dia sudah boleh menceritakan apa saja dan meluruskan semua masalah ini.

"Dayra tidak menyontek."

"Bagaimana bapak tau?"

"Saya yang selama ini mengajarkan dia, semua pelajaran matematika."

Pak Andrea terdiam dan melihat Kai dengan tatapan tak yakin. "Maksud bapak?"

"Dayra bukan anak nakal, dia anak yang sangat pintar, dan bapak tidak pantas untuk mengecap dia sebagai anak yang nakal, kalau dia memang bersalah dia akan mengakuinya. Bapak di sini menuduh Dayra menyontek kan?"

"Bukan menuduh tapi fakta."

"Apa buktinya?"

Pak Andrea langsung terdiam saat Kai memberikan pertanyaan itu kepadanya, tentunya dia tidak memegang bukti apa-apa, dan kepala sekolah tersenyum melihat Kai, suka dengan cara berbicara laki-laki itu melawan pak Andrea.

"Bapak tidak ada bukti kan? Jangan karena dia anak nakal, tiba-tiba mendapat nilai bagus dan bapak mencurigai dia menyontek," Tatapan Kai berubah menjadi tajam sekarang, menusuk tatapan pak Andrea.

"Dia, seminggu ini belajar tanpa henti, melewatkan makan siangnya karena dia menyelesaikan semua soal-soal matematika dengan cara yang sudah saya ajarkan, kalau bapak tidak percaya saya ada bukti, bapak bisa tanyakan kepada teman sekelasnya, dia sangat menghargai bapak, maka dari itu dia belajar mati-matian. Tapi, seperti ini balasan bapak? Hanya karena dia anak bandel dan tiba-tiba mendapat nilai bagus bapak bilang dia menyontek?

Saya, tidak akan ada di sini kalau memang Dayra salah, seharusnya bapak menghargai usaha Dayra, bukannya memojokkan dia tanpa bukti, masalah Dayra adalah masalah saya juga, saya guru pembimbingnya dan akan bertanggung jawab dengan semua hal yang melibatkan anak murid saya."

Kai berhenti berbicara dan melihat pak Andrea yang sepertinya dia sudah tidak bisa mengelak, dia melihat Kai dengan tatapan malu, malu karena sudah main percaya dengan orang lain tanpa tau yang sebenarnya.

"Saya minta maaf." Kata pak Andrea, "Minta maaf ke Dayra pak, bukan ke saya." Kata Kai dengan senyuman. Tak disangka, dia bisa membela Dayra saat ini, rasanya sangat senang, senang bahwa gadis itu kembali baik-baik saja.

***

Dayra duduk melamun di pinggir lapangan, katanya dia akan diblacklist dari pelajaran matematika. Sangat sakit rasanya saat mengakui yang bukan kesalahannya, dia tidak menyontek atau apapun itu, dia mengerjakan soal-soal itu dengan pemikirannya sendiri.

"Dayra." Dayra menoleh melihat pak Andrea yang melangkah mendekati dirinya, dia langsung berdiri dan melihat pak Andrea takut, "Ba-bapak."

Pak Andrea tersenyum kecil melihat Dayra yang menatapnya dengan takit-takut. "Kedatangan bapak ke sini,"

Beliau berhenti sebentar dan kemudian menghela nafas, "Maafkan bapak."

Dayra mengerutkan keningnya tak percaya, mengapa pak Andrea datang untuk meminta maaf? Bukannya untuk mengusir dirinya secara terang-terangan.

"Maksud bapak?"

"Bapak sudah main asal menilai kamu, bilang kalau kamu menyontek, padahal kamu sama sekali tidak melakukan itu,"

"Pak Kai tadi datang, dan bilang kalau kamu sudah berusaha keras untuk mengikuti ulangan saya, dan saya malah membuat kamu menjadi sedih, maafkan bapak."

Dayra masih terdiam, belum mengerti dengan situasi yang ada di hadapannya sekarang, "Kamu bisa mengikuti kelas bapak lagi, maaf bapak sudah salah sangka." Kata pak Andrea dan Dayra mengangguk pelan.

Pak Andrea tersenyum, dan kemudian pamit pergi dari hadapan Dayra, setelah beliau pergi Dayra langsung tersenyum lebar, seakan-akan semua bebannya telah hilang, pak Andrea kembali mengizinkannya masuk ke dalam kelas dan itu membuat Dayra sangat senang.

Dia terdiam saat mengingat bahwa pak Andrea tadi menyebut nama Kai, apa itu semua gara-gara pak Kai?

***

Dayra segera beralari dan sambil melihat ke sekitar gerbang sekolah, dia mencari Kai yang tidak ada di ruang guru, kenapa guru satu itu sering sekali menghilang di saat dia membutuhkannya.

"Dayra!" Tangannya ditarik oleh seseorang saat dia hendak berlari lagi untuk mencari Kai, dia melihat Kai yang sekarang berada di hadapannya sambil menahan tangan gadis itu. "Pak Kai?"

"Kamu kemana aja? Saya cariin kamu daritadi." Kata Kai dan kemudian melepaskan tangan Dayra, dia melihat gadis itu yang tampaknya terus memperhatikannya.

"Ada yang mau saya omongin." Mereka berucap itu secara bersamaan, membuat Kai maupun Dayra terkejut dengan apa yang barusan mereka lakukan.

"Kamu dulu." Kata Kai menunduk, menutupi pipinya yang tiba-tiba memanas dan Dayra tersenyum.

"Makasih pak, saya tau bapak yang datangi pak Andrea buat ngejelasin semuanya. Saya nggak tau lagi selain berterimakasih dengan bapak." Kata Dayra dengan senyuman.

"Itu udah tugas saya." Kata Kai enteng dan kemudian menunjukkan papperbag kepada Dayra, "Saya ada hadiah buat kamu."

"Apa itu?"

Kai memberikan papperbag itu dan kemudian Dayra menerimanya dan segera membuka apa isi dari papperbag itu.

Alangkah terkejutnya dia begitu mengetahui bahwa ada hal yang sangat dia suka di dalamnya, beberapa album boyband terkenal ada di sana, Dayra tersenyum semakin lebar dan melihat Kai dengan tatapan bahagia.

"Makasih pak!" Katanya dengan penuh semangat dan Kai mengangguk-angguk, "Sama-sama."

"Makasih pak," Dayra tersenyum lebar.

"Bapak selalu beri saya kebahagiaan, saya bener-bener bahagia." Katanya lagi dan Kai langsung terdiam.

Tiba-tiba saja jantungnya kembali berdegup kencang, dan semakin berdegup kencang saat dia melihat senyuman manis yang terlihat jelas di wajah cantik gadis itu.