Dayra menatap dirinya berbaring di sebuah kamar yang sangat gelap, dia yang kala itu masih berusia tujuh tahun turun dari ranjang nya dan mencoba mencari saklar lampu dengan meraba-raba tembok.
Tubuhnya penuh dengan keringat, mungkin karena gerah, pendingin sudah dimatikan oleh ibu nya. Dan Dayra sama sekali tidak tau dimana ibu nya berada.
Dia mengambil sapu lalu menyalakan lampu dengan gagang sapu yang panjang, setelah memastikan lampu menyala Dayra tersenyum dan berbalik.
Namun, langkahnya terhenti saat melihat sesuatu, mata nya menangkap sesuatu yang mengerikan yang sama sekali tidak mau dia lihat lagi.
Ibunya gantung diri tepat di kamar tidur mereka.
"PAPA!!!!" Dengan cepat Dayra memanggil ayahnya yang tiba-tiba masuk dan ikut melihat objek yang ada disana, ayahnya terkejut dan langsung menutupi wajah Dayra dengan tangannya.
Dayra takut, dia memeluk ayahnya erat-erat, tidak mau melihat wajah ibunya yang sudah membiru. Dayra menangis sekenceng mungkin, tubuh nya bergetar hebat.
Kring!!!!
Alarm berbunyi, Dayra membuka matanya cepat, dia mengatur nafas ketika sudah membuka matanya lebar-lebar.
Keringat dingin membasahi tubuhnya, Dayra memandang lampu yang menyala di langit-langit. Lagi-lagi mimpi itu, mimpi yang membuatnya trauma akan gelap.
"Non sarapan non."
Dayra melihat kearah pintu, Bi Neni sudah memanggilnya diluar sana. "Iya Bu." Jawabnya lalu segera berdiri dengan kaki yang sedikit gemetar.
Selalu begini, saat mimpi itu tiba dan datang menyerangnya, Dayra akan merasakan tubuhnya bergetar hebat, sama seperti kejadian beberapa tahun yang lalu.
Dayra melangkah keluar kamar, dia membuka pintu kamar dan turun ke bawah untuk sarapan, dia melihat Bi Neni yang sedang menyiapkan sarapan, "Ayah sudah berangkat neng." Ujar Bi Neni dan Dayra mengangguk.
"Iya Bu, Ibu sudah makan?' Tanya Dayra lalu menuangkan air ke dalam mug panda kesukaan nya lalu meminumnya.
"Yaampun neng, kenapa keringetan gini?" Tanya Bi Neni histeris lalu mengelap keringat Dayra denga tangannya, Dayra tersenyum dan menggeleng. "Gerah tadi, baru sadar tidur nggak nyalahin ac." Ujar Dayra berbohong dan Bi Neni percaya.
"Yaudah neng Dayra makan dulu ya." Ujar Bi Neni dan Dayra mengangguk dan langsung duduk di kursi, dia menatap kosong makanan-makanan yang ada di depan meja.
"Bu." Panggil Dayra.
"Iya neng?" Tanya Bi Neni dan melihat Dayra yang masih menatap kosong makanan-makanan itu. "Aku izin libur sekolah ya, nggak enak badan." Ujar Dayra dan Bi Neni langsung terlihat panik.
"Neng sakit? Neng makan dulu ya, nggak apa-apa kalau neng nggak sekolah, yang penting makan ya." Ujar Bi Neni dan Dayra mengangguk, dia langsung menyendok nasi dan mengambil lauk dengan wajah tidak selera.
"Bibi kebelakang sebentar ya neng." Ujar Bi Neni lalu kemudian pergi ke belakang rumah meninggalkan Dayra sendirian disana.
Dayra terdiam, dia melihat makanan itu tanpa selera, entah kenapa ayah goreng madu yang biasanya menjadi makanan kesukaan nya tampak tidak menguggah di matanya hari ini.
Dayra kembali teringat mimpi tadi yang dia alami, mimpi yang horor baginya dan dia tidak mau lagi memimpikan hal itu lagi. Tanpa sadar air matanya jatuh diatas meja makan, Dayra menjadi lebih terisak setelah itu lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangannya lalu menangis.
***
Kai masuk ke dalam ruang guru dengan langkah pelan, sebenarnya dia malas untuk datang ke sekolah karena ini hari Senin, hari dimana semua orang malas menjalankan aktivitas. Begitupun dengan Kai yang rasanya masih ingin bermalas-malasan dengan kasurnya. Tapi, pekerjaan tetap harus dia jalani.
"Pagi pak."
"Pagi."
Kai menyapa sapaan anak-anak murid yang ditemui nya dengan senyuman. Kai melewati kelas 12-4 yang dimana itu adalah kelas Dayra, dia menghentikan langkahnya dan melihat kelas itu melalui jendela kelas. Kai melihat dimana tempat dimana gadis itu, namun nyatanya bangkunya kosong.
Dimana Dayra?
Apa dia tidak masuk sekolah?
Perlahan di dalam hatinya terbesit rasa khawatir, entah. Mungkin karena dia bertanggung jawab atas Dayra dan saat anak itu tidak ada dia jadi ikut khawatir.
"Pak Kai?" Kai menoleh dan melihat Bu Bella yang berdiri tepat di belakangnya. Dia tersenyum melihat Bu Bella. "Iya Bu?"
"Kenapa nggak ke ruang guru?" Tanya Bu Bella dan seakan Kai baru sadar akan hal itu, dia langsung tertawa, "Ah iya, tadi saya melamun, sampai lupa mau ke ruang guru, ayo bu bareng saja." Ujar Kai tersenyum ramah sambil mempersilahkan Bu Bella jalan lebih dulu.
Sebelum dia benar-benar pergi Kai melihat kelas Dayra sekali lagi dan kemudian mengikuti Bu Bella dari belakang, masalah Dayra mungkin dia akan bertanya dengan teman sekelasnya nanti.
***
Dayra sedari tadi hanya meringkuk diatas sofa, dia terlalu takut untuk pergi ke kamar sendirian. Bi Neni sedang keluar sebentar, dan ayahnya? Mungkin akan pulang malam, jadi dia tidak memperdulikan ayahnya sama sekali.
Dayra menarik selimut, dia menyalakan tv dan menonton acara tidak jelas yang sangat membosankan baginya, tapi karena ingin mengusir kesepian, akhirnya dia mau tidak mau menonton acara itu dan menikmatinya.
Tiba-tiba Dayra menjadi teringat ibunya yang setiap hari akan menyetel kartun kesukaan nya saat dia libur sekolah, mengusap rambutnya dan juga membawa Dayra ke dalam pelukannya. Kebiasaan itu terhenti saat dia menginjak usia enam tahun, dimana ibunya menjadi lebih menjauh dan memilih sendiri.
Dayra membenarkan posisi bantalnya dan memejamkan matanya berkali-kali, berharap kalau lagi-lagi air mata ini tidak akan jatuh begitu saja.
Sunyi.
Hampa.
Tidak bersuara.
Mungkin itulah perasaan ibunya dulu. Saat itu Dayra sama sekali tidak mengerti apa yang ibunya rasakan pada saat itu, namun semakin dewasa, Dayra semakin paham dengan semuanya.
"Neng Dayra." Dayra langsung terduduk di sofa karena terkejut mendengar suara Bi Neni yang baru saja pulang dari urusannya.
"Ibu, bikin kaget aja." Ujar Dayra lalu tersenyum dan Bi Neni hanya terkekeh.
"Bibi suda beli beberapa minuman kesukaan kamu, kalau neng haus ambil saja di kulkas ya." Ujar Bi Neni dan Dayra mengangguk.
Saat dia berusia sepuluh tahun, dia dirawat oleh Bi Neni dan Dayra sangat menyayangi Bi Neni dan sudah menganggapnya sebagai ibunya sendiri, mungkin kasih sayang seorang ibu yang sudah tidak dia dapat semenjak dia berusia tujuh tahun membuat Dayra menyayangi Bi Neni yang sekalu memberinya banyak kasih sayang.
"Ibu beli ice cream?" Tanya Dayra dan Bi Neni terkejut, dia lupa.
"Nggak neng,"
"Yaudah Dayra yang beli aja." Ujar Dayra dan Bi Neni menyetujui.
Dayra berdiri dan membenarkan sedikit bajunya yang berantakan. Dia menguncir rambutnya dan langsung pergi ke luar rumah. "Tunggu Dayra yaa." Ujar Dayra dengan senyuman lalu pergi.
***
Benar, Dayra tidak masuk ke sekolah. Kai merapikan seluruh barang-barangnya dan bersiap untuk pulang ke rumah. Dia berjalan menuju parkiran setelah itu.
Kai membuka pintu mobilnya dan menaruh tas nya lebih dulu lalu baru dia masuk ke dalam mobil. Kai terdiam di dalam mobil, dia jadi kepikiran, apakah Dayra baik-baik saja?
Kai menjalankan mobilnya perlahan dan pergi pulang. Kai sedikit terkejut saat tiba-tiba turun hujan deras dan langsung membuat Kai terkejut dengan suara gaduh air hujan. "Untung udah di mobil." Gumam Kai lalu kembali fokus menyetir.
Saat sudah hampir sampai di dekat apartemen nya, Kai melihat seorang gadis yang tampak tak asing baginya sedang berjalan di tengah derasnya hujan. Kai menepikan mobilnya dan melihat bahwa gadis itu adalah Dayra.
Kai turun dari mobilnya, tapi sebelum dia turun dia sudah menyiapkan payung yang sudah dia bawa. Kai perlahan mendekati Dayra.
Dayra berjalan sambil terus menatap kosong ke jalanan sambil menenteng kantung plastik yang berisi ice cream miliknya dan milik Bi Neni, Dayra memikirkan apa yang dia alami beberapa tahun yang lalu, saat ibunya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
"Dayra." Seseorang memanggil namanya, dan disaat itu pula, hujan deras yang tadi jatuh dan membuat kepalanya sakit mendadak hilang.
Dayra terdiam dan perlahan mendongak melihat siapa yang melakukan ini kepadanya, dia benar-benar terkejut saat matanya langsung bertatapan dengan mata Kai. Entah bagaimana laki-laki itu bisa ada disini, Kai berdiri dekat darinya dan berbagi payung untuknya.
"Kamu nggak apa-apa?" Tanya nya dengan nada khawatir.
Bukannya menjawab, Dayra malah terpana dan entah kenapa terpesona oleh tatapan mata Kai yang entah kenapa membuat jantungnya berdegup dua kali lebih cepat.
Bersambung..