Dayra masuk ke dalam rumahnya yang sudah sangat berantakan. Dia mengeluh beberapa kali kakinya menginjak beberapa benda yang tergeletak di atas lantai.
Semenjak kepergian Ibunya, Dayra sama sekali tidak membuka diri kepada orang lain, satu-satunya hanya Gea yang tau bagaimana kondisi Dayra saat ini.
"Sudah pulang?" Dayra melihat ayahnya yang sedang beres-beres rumah dengan kedua sarung tangan serta memegang sapu dan serokan.
"Ayah bersih-bersih, nanti akan datang tamu." Jawab Tio โayah Dayraโ sambil tersenyum manis kearah putri satu-satunya.
"Oh, mau ada lamaran ya?" Tanya Dayra tanpa senyuman sama sekali. Dia malah menatap ayahnya dengan tatapan sinis.
Tio terkekeh, "Bukan nak, masih lama."
"Oh, berarti beneran mau menikah?"
"Sama selingkuhan Ayah itu?" Lanjutnya dan Tio langsung tersentak.
"Hubungi tante Rina, apa dia masih mau nampung aku atau enggak, aku mau tinggal sama mereka aja." Ujar Dayra lalu menaiki tangga, namun Tio langsung menahan tangan anaknya itu.
"Kenapa kamu mau tinggal di sana?"
Dayra menepis tangan ayahnya. "Karena ada banyak pengkhianatan di rumah ini, aku muak." Jawab Dayra lalu langsung naik ke lantai atas menuju kamarnya. Tio yang mendengar itu jelas tidak bisa berkutik apa-apa.
..
Kai berbaring di atas ranjang. Dia benar-benar lelah hari ini. Hingga ponselnya berbunyi dan Kai mengambil ponselnya, dia melihat yang memanggilnya adalah ibunya.
Kai langsung mengangkatnya.
"Iya Ibu?" jawabnya dengan menggunakan bahasa Korea.
"Krystal sudah menghubungi mu? Hubungan kalian baik-baik saja?" Tanya Ibu nya dan Kai hanya terdiam.
"Ibu, tolong, aku tidak ingin begini." Ujar Kai memelas.
"Maksudmu? Kai! Tolong jangan buat ibu dan ayah kecewa, kita sudah sama-sama sepakat untuk menikahkan kalian, lagipula Krystal cantik dan dia se-"
Belum selesai ibunya berbicara Kai sudah memutuskan sambungan. Dia tau ini sangat tidak sopan, tapi untuk hari ini Kai tidak mau membahas tentang pernikahan nya.
Dia masih berusia dua puluh lima tahun. Masih ada beberapa langkah yang harus dia ambil, dan dia ingin menikah dengan orang yang dicintai nya.
Kai memejamkan matanya, berharap saat dia terbangun kembali semua mimpi buruk nya akan hilang.
..
Dayra berlari kencang melewati koridor sekolah dengan perasaan panik. Dia tau, kalau ini sudah lewat jam 7 pagi dan dia telat.
"Pagi pak." Dayra membuka pintu kelas dengan kondisi rambut yang sudah acak acakan, mungkin karena terlalu kencang berlari, rambutnya jadi tidak beraturan. Keringat sudah membasahi bajunya.
"Kamu abis kecebur dimana?" Tanya Pak Jono selalu guru Sejarah Dayra dan semua murid langsung tertawa.
"Maaf Pak saya telat." Ujar Dayra lalu masuk ke dalam kelas.
Pak Jono memberikan Dayra untuk masuk kelas. Dia jalan ke belakang kelas dan pergi menuju meja nya yang berada di belakang.
"Aduh." Dayra mengeluh karena ada seseorang yang menyelengkat kakinya. Untung Dayra menahan badan nya dengan cepat supaya dia tidak jatuh ke tanah.
Dayra melihat Kintan yang tadi berusaha membuat nya jatuh. Gadis itu hanya terkekeh geli lalu kembali mencatat pelajaran di depan.
Dayra menghela nafas panjang, dia merasa tidak terima Kintan main mengerjai nya begitu saja. Dayra menarik rambut Kintan kencang lalu melepaskannya kembali saat gadis itu meringis.
"Gausah sok jadi anak." Komentar Dayra lalu duduk di tempat duduknya.
Kintan hanya memandangnya sebal lalu langsung kembali menulis.
..
"Lo tau nggak? Tadi gue diselengkat! Anak setan emang si Kintan, gue tau dia tuh nggak mau kalah cantik, tapi terima kenyataan napa kalau gue lebih cakep." Ujar Dayra sambil memakan bakso nya.
Gea tertawa, "Lo juga kepedean gitu bikin dia makin kesel aja." Ujar Gea lalu mengaduk bakso nya.
"Biarin aja, biar mati sama rasa dengki, sebel aja gue abisan." Ujar Dayra lalu terkekeh dan memakan bakso nya.
"Gimana urusan lo sama Pak Kai?" Tanya Gea dan Dayra terkekeh. Dia melihat sekitar kantin dan terpaku melihat sosok laki-laki yang sibuk membawa semangkuk bakso dan akhirnya duduk bersama Bu Bella.
"Maksud lo dia?" Tanya Dayra menunjuk Kai dengan dagunya.
"Hm. Gimana?"
"Cuma guru yang kepo sama anak murid aja kok." Ujar Dayra berbicara agak keras. Dia sengaja supaya Kai dengar, dan sepertinya laki-laki itu dengar, dia sedikit menoleh kearah Dayra.
"PENGUMUMAN! HARI INI ADA PEMERIKSAAN, RAZIA HP SAMA PERLENGKAPAN SEKOLAH!" Rio si biang onar berteriak ke seluruh kantin dan Dayra langsung terkejut mendengarnya.
Tumben, ada pemeriksaan gini, biasanya tidak selalu ada. Dan dia lupa kalau Dayra tidak membawa dasi.
"Ge!!! Gue lupa bawa dasi!" Teriaknya heboh lalu langsung pergi dari kantin dan berlari menuju kelas.
"Day! Eh tunggu!" Gea menghabiskan bakso nya dengan cepat lalu berlari mengejar Dayra yang sudah lari cepat menuju kelas.
Laki-laki yang duduk tak jauh diantara mereka terdiam melihat kedua gadis itu berlari meninggalkan kantin.
..
"Eh ada yang punya dasi dua nggak? Aduh minjem dong." Ujar Dayra sambil memelas dia meminta hampir satu angkatan dan tidak ada yang membawa dasi lebih.
Memang, salahnya juga karena harus meninggalkan dasi nya di rumah karena terburu-buru. Dan sekarang dia harus menerima konsekuensi nya.
Bukan apa, Dayra hanya malas mendengar ceramah panjang lebar Bu Nisa selaku guru BP dan juga harus membersihkan masjid sepulang sekolah.
Dia hanya butuh dasi satu, dasi hanya sebuah dasi yang dicarinya sangat susah. Apalagi disaat seperti ini dasi dilarang beli karena akan ketahuan kalau kita tidak bawa dasi.
"Bu Nisa sama Pak Andi udah mau naik tangga ke kelas dua belas oy!" Teriak salah satu orang yang membuat seluruh kelas panik.
Ada yang buru-buru nyembunyiin make up, bersihin lipstick yang terlalu merah, ada yang ngapusin video bokep di handphone nya. Dan masih banyak lagi.
Kini Dayra kalang kabut mencari dasi.
"Gue harus minjem kemana?" Dayra melihat Bu Nisa dan Pak Andi yang sudah ada di ujung koridor.
Saat dirinya sudah mulai pasrah, ada satu tangan yang menarik tubuhnya untuk menjauh dari kumpulan orang-orang yang sibuk dengan urusannya.
Dayra terdiam dan melihat sosok laki-laki yang dia sudah katai dengan ucapan ucapan kasar waktu itu. Dia adalah Kai.
"Saya tau kamu butuh ini, tadi saya beli buat kamu." Kai memasang dasi SMA itu di leher Dayra, dia membuka kerah baju Dayra dan menutupinya kembali.
"Kamu bisa aman dengan ini." Ujarnya sambil memakaikan dasi itu pula.
Dayra terdiam memandangi Kai yang masih fokus memakaikan dirinya dasi. "Selesai." Jawab Kai lalu tersenyum melihat Dayra yang melihatnya tanpa berkedip.
"Semoga harimu menyenangkan Dayra." Ujar Kai lalu segera berlalu, Dayra yang masih syok itu melihat Kai yang sudah berjalan menjauh. Lalu Dayra berganti melihat ke dasi yang dia pakai.
Hari ini, dia terselamatkan oleh guru yang sudah dia kasih sumpah serapah. Dan Dayra benar-benar tidak bisa berkata apa-apa.