Desa Qingshan terletak di kaki pegunungan hijau yang diselimuti kabut tipis setiap pagi. Sungai jernih mengalir membelah sawah-sawah kecil, dan rumah-rumah bambu berdiri sederhana di antara pepohonan tua. Kehidupan di desa itu tenang dan damai—setidaknya bagi mereka yang tidak pernah kehilangan segalanya.
Seorang pemuda berusia enam belas tahun berjalan di antara ladang, membawa seikat kayu bakar di punggungnya. Wajahnya tampak tenang, tetapi matanya menyiratkan keteguhan yang sulit dijelaskan. Yan Ling telah tumbuh menjadi remaja yang kuat meskipun berasal dari keluarga miskin. Sejak kecil, ia hidup hanya bersama ibunya, Mei Lan, setelah ayahnya dibunuh oleh seorang kultivator kuat.
Yan Ling masih mengingat malam itu dengan jelas. Hujan deras mengguyur desa, dan suara petir menggelegar di langit. Di depan rumahnya, tubuh ayahnya terkapar berlumuran darah, sementara seorang pria berjubah hitam berdiri di atasnya. Mata pria itu dingin, tanpa emosi, seakan nyawa ayahnya tidak lebih dari sekadar debu yang tertiup angin. Saat itu, Yan Ling masih terlalu kecil untuk memahami apa yang terjadi—tetapi satu hal yang tidak pernah ia lupakan adalah simbol sekte yang terukir di dada pria itu.
Sejak malam itu, ibunya menjadi satu-satunya keluarga yang tersisa. Mereka hidup dalam kesulitan, mengandalkan hasil kebun dan tenunan kain ibunya untuk bertahan hidup. Namun, tidak ada satupun hari yang berlalu tanpa Yan Ling mengingat wajah pembunuh ayahnya.
"Aku harus menjadi lebih kuat... Bagaimanapun caranya."
Setiap malam, saat ibunya tertidur, Yan Ling akan pergi ke hutan, berlatih sendiri dengan tubuhnya yang lemah. Ia meniru gerakan para pemburu, melatih kecepatan dan ketahanannya. Ia mengamati cara air mengalir di sungai, mencoba memahami bagaimana energi dunia bekerja. Meski tidak memiliki teknik kultivasi, tekadnya tak pernah goyah.
Suatu hari, saat ia sedang membawa kayu bakar pulang, suara gemuruh dari langit membuatnya menoleh. Di kejauhan, di atas puncak gunung, kilatan cahaya keemasan melesat menembus awan, diikuti oleh suara ledakan yang mengguncang tanah. Para penduduk desa berlarian keluar, menatap langit dengan ketakutan.
"Itu... pertempuran antar kultivator!" seru salah satu orang tua di desa.
Yan Ling berdiri diam, matanya tidak berkedip. Bagi penduduk desa, para kultivator adalah makhluk yang berada di atas mereka—entitas yang hidup di dunia yang berbeda, memiliki kekuatan yang hanya bisa diimpikan oleh manusia biasa. Tapi bagi Yan Ling, para kultivator bukan hanya legenda. Salah satu dari mereka telah menghancurkan hidupnya.
Tiba-tiba, di dalam hatinya muncul tekad yang semakin kuat. Ia tidak bisa terus hidup seperti ini, hanya menjadi seorang bocah desa yang tidak berdaya. Jika ingin membalas dendam, ia harus memasuki dunia kultivasi.
Dengan genggaman erat pada liontin giok kecil peninggalan ayahnya, Yan Ling membuat keputusan terbesar dalam hidupnya.
"Aku akan menjadi seorang kultivator… Tak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan. Dan ketika saatnya tiba—aku akan membuat mereka membayar harga atas apa yang telah mereka lakukan."
Di langit, kilatan cahaya kembali menyambar. Di bumi, takdir seorang pemuda mulai bergerak menuju jalan yang tak terduga.
BERSAMBUNG...