(Masa lalu)
Action, thriller, adventure, Drama, Fantasi
"selamat atas penobatannya" Gelya menatap kastil istana Winter dari Gedung yang sangat jauh tempat Gedung kosong yang berlumut.
"Tajem" Fill menatap Gelya yang masih fokus melihat penobatan.
"Kita enggak perlu joinkan?" Naki bertanya dengan wajah polos.
"Enggak lah, emang mereka tau kita" Fill menjawab dengan wajah kakunya, Naki hanya mengembuskan nafas kasar artinya mengerti, memang benar dunia tidak ada yang tau jika mereka mengawasi oleh entitas lain di segala multiver dunia untuk melindungi mereka para manusia dari Parasit moster.
Xavier Wirght Jones/ Xavier Austin Oxley
"em, Tumben sekali?" aku menatap Ryan dengan wajah yang santai
"sekarang giliranmu bukan, Merlin" ucapnya dengan suara Arthur dan mata bercahaya diikuti dengan logo Renkarnasi Athur yang menyala. Mau ulang?..ayo kita ulang pada saat umurku masih 7 tahun ya, aku tinggal di Oxford, Keluargaku jangan ditanya mereka golongan kaum orang kaya sebut aja Miliarder yang menduduki posisi ke 10 Miliarder di Inggirs, Yang pertama dan kedua jelas Kerjaan Windsor dan Winter ketiga? Adalah keluarga Ethan.
"kau adalah anak buangan" seorang Wanita cantik menarik buku yang aku baca, sebut saja dia adalah ibu? Keknya bukan nenek lampir nah…itu cocok buat nama Wanita itu, mau tau alasan kenapa nenek lampir ini membenci ku?, aku adalah anak dari hubungan gelap ayahku dan pembantu, Rendahan banget sumpah orang kayak ngehamilin orang miskin.
"ayolah kembalikan" aku meminta buku sejarahku yang diambil.
"nuh ambil" nenek lampir itu membuang buku sejarahku ke tong sampah, dia tertawa saat buku sejarahku itu masuk tong sampah, aku bingung dengan humornya itu.
"untung enggak basah" aku mengambil buku itu dan memberikannya parfum agar wangi tidak enak itu menghilang, aku ya..anak pintar bisa dibilang, kenapa aku bilang akua nak pintar, karena ini bocah tengil kesayangan mereka berdua itu selalu iri padaku karena rangking 1 jelas.
"udah enggak papa sayang "nenek lampir itu mengusap kepala bocah itu panggil aja Cilver, Cilver mendapat nilai ujian yaitu 60, mau ketawa sih serius anak kesayangan mereka yang mereka banggakan kalah ama aku yang santai dan bersih ini.
"ulanga?" ayah meminta kertas ulanganku dan aku langsung memberikannya.
"bagus" ayah mengusap kepalaku dengan lembut, ya..ayahku masih menyayangiku seperti anaknya sendiri, sedangkan nek lampir itu tidak jadi kayak perebutan tahta kekayaan sih, kamarku jangan ditanya dong aku maniak kebersihan.
"woi..bersihin yang bener napa" ucapku masih menemukan debu kotor di meja yang keliatan bersih.
"maaf" ucap pembantu itu langsung membersihkannya, banyak yang membenciku karena aku selalu marah karena hal sepele padahal itu demi kebaikan mereka.
"kamarkuu yang indah" aku memasuki kamarku yang penuh dengan rak buku yang berisi Novel, materi umum dan Sejarah. Ayahku Max Oxley seorang pria tampan yang tidak sengaja berhubungan fisik dengan seorang pembantu tapi setidaknya Ayahku masih mau menggapku anaknya.
*tok-tok* suara ketukan pintu.
"Xavier ini ayah".
"masuk aja" suaraku saat membaca buku, ayah masuk kamarku dan mengusap kepalaku dengan lembut.
"ini buku barumu" ayah memberikan buku baru Novel psikologis ke padaku.
"kau kapan dekat dengan istri ayah hem.." ayah berjongkok dan menatapku.
"nenek lampir itu yang membenci ku, aku menyapanya aja malah disiram air tanaman" aku masih ingat dengan jelas kemaren aku menyapa nek lampir itu dengan ramah tapi dia malah menyiramku, sepengaruh itu kah aku menjadi penduduk harta ayah?, oh..jelas aku kan cakep kaya plus pinter.
"lah..dia bilang kamu mukul dia make batu bata" ayah bingung.
"ayahku..cih.cih, ngapain ngelempar batu bata..aku lempar rumah ke dia entar" ucapku bercanda ayahku tau jika aku memang anak yang suka bercanda, alasan aku ikut ayah? Karena darahku didominasi oleh ayahku jadi kalo bibi itu yang membawaku pastilah ketauan.
"kau ini emang doyan bercanda" ayahku mengusap kepalaku dengan lembut.
"semoga dia bisa menerimamu menjadi anaknya" ayah memikirkanku, ayahku terlalu baik dan gampang dimanipulasi ya terlalu implusif, aku tidak menjawab karena aku bingung, bagiku manusia itu abstrak jadi aku tidak bisa beropini dengan mudah tanpa argument, menerima dan tidak menerima itu juga butuh argument agar ayah percaya tapi aku tidak suka terlihat membohongi ayahku.
"sudahlah yah biarkan saja lebih baik ayah duduk dan membaca buku denganku" ucapku menepuk bangku di sebelahku.
"oya..ayah dengar kamu marah sama pembantu baru ya" ayah menatapku saat dia sudah duduk di bangku.
"oh..iya, dia enggak menjaga kebersihan jadi aku kesal" aku menjelaskan.
"tapi jangan terlalu keras" ayahku mengingatkanku.
"me..baiklah.." ucapku mengalah dengan bola mata yang berputar tanda tidak peduli, mau gimana pun juga ayahku ya ayahku jadi aku harus menurut, makan malam tiba aku berjalan menuruni tangga sambil membuka ponselku, ya..nenek lampir itu menatapku dengan acuh, saat aku duduk kursi ditarik oleh nenek lampir itu.
"upss..maaf tidak sengaja" ucapnya dengan wajah yang menyindir, aku bingung mau respon apa dengan keadaanku yang jatuh ke lantai.
"nenek lampir" ucap ku bangkit dan membersihkan pakaianku dari kotoran.
"jelek" nek kampir menatap ku dengan jijik, aku bingung dengan ni nenek lampir satu ini otaknya isinya harta-harta hanya itu, aku menarik kursiku lagi dan duduk di samping ayahku.
"turunkan emosimu" ayah mengusap kepalaku dengan lembut, ayah tau aku memiliki anger issue yang berlebihan dan suka merendahkan manusia lain, bagiku manusia itu seharusnya sempurna berpakaian rapih dengan rumah yang indah dan bersih, selesai makan malam aku kembali ke kamar dan di dorong oleh anak dari nenek lampir itu yang Bernama Liya ya..gadis cantik yang selalu di dambakan oleh nenek lampir itu, aku bingung Cuma karena cantik dia terkenal, tapi sayang nilanya jelek kek otaknya, aku bangkit dan masuk ke kamarku.
"istanaku" ucapku sambil melihat tumpukan buku baru yang perlu disusun, Ayahku selalu membelikanku buku Novel Misteri dan memang aku menyukai Novel itu bahkan banyak Novel sherlock holmes yang aku koleksi dan juga Pelajaran Sejarah yang banyak aku baca.
"Sejarah ya" ucapku melihat buku tumpukan yang tebal.
"menarik" aku membaca judul buku yang ternyata adalah Historia Regum Britanniae, Le Morte d'Arthur, The Mabinogion dan The Merlin.
"kosong" aku kaget saat membuka buku The Merlin yang isinya kosong.
*brak* aku melepas buku The Merlin dari tanganku karena buku itu tiba-tiba mengeluarkan asap yang berlebihan.
"aneh" aku mengambil sapu dan mendorong buku The Merlin ke bawah lemari bajunya.
"berantakan" aku kesal karena ada debu di rak bukuku, aku langsung mengambil kemoceng dan membersihkan rak bukuku yang berdebu sambil menyetel music klasik yang indah dengan melodi piano.
"naaa~…" suaraku yang mengikuti melodi sambil bersih-bersih.
"bagus" suara ayah yang tiba-tiba saja duduk di kursi.
"ehh..ayah" aku kaget karena ada ayah.
"mau les biola enggak?" ayah bertanya dengan wajah yang paham apa yang aku butuhkan.
"okeh..aku mau" aku tanpa berfikir Panjang menerima tawaran dari ayah.