Chereads / The Merlin's Reincarnation - Earth Book 3 / Chapter 3 - The Merlin's Reincarnation : The Kid Part 2

Chapter 3 - The Merlin's Reincarnation : The Kid Part 2

(Teman)

 

"hey..boleh kita berbicara" Marvin menatapku dengan wajah yang ramah.

"kenapa?"

"ini em…kita berteman yuk" Marvin mengulurkan tangannya dan aku meraih tangannya dengan lembut.

"Xavier Oxley.."

"Nathan Marvin..panggil aja Nathan" Nathan ramah, ini membuatku bingung ada orang yang memperbolehka orang lain memanggil Namanya bukan Marganya.

"ow..kalo begitu Xavier" aku mengikuti, terlihat Ethan yang duduk di belakangku dengan wajahnya yang kaku.

"Ace" dia menatapku karena aku menatapnya duluan.

"Xavier" ucapku menatap matanya yang tajam, Usai sekolah aku berjalan masuk ke mobil dengan ke dua adik anehku.

"Tuan muda Xavier anda akan di bawa ke Perusahaan utama Oxley" supir berbicara menatap kaca sepion yang memantuk kearahku, aku hanya mengangguk tanda mengerti.

"anak kesayangan ayah" Liya berbicara dengan nada mengejek.

"jadi pelacur ayah sendiri kali" Cilver berbicara mengejek juga, aku bingung seusia mereka tau kata-kata seperti itu, kata-kata yang seharusnya tidak di pakai untuk mengejek orang melainkan untuk mencari sesuatu bukti kalimat untuk alibi mungkin lebih baik ketimbang menjadi sebuah kata-kata ejekan, contohnya 'dia jadi pelacur dan dibunuh' atau 'aku melihat dia dilecehkan dengan seorang pria dan dibunuh' itu kalimat yang pas untuk diucapkan ketimbang untuk mengejek orang lain yang derajat nya saja di atas yang lain.

"ngaca kali Liya kau ka enggak perawan" ucapanku tepat sasaran membuat Liya ketrigger, aku tau Liya sudah tidak perawan lagi, kenapa aku bisa tau?, karena aku tidak sengaja melihatnya keluar kamar mandi dengan membuang tes kehamilan ke tempat sampah, hamper dituduh juga sama nek lampir pas dicek ternyata memang bukan milikku.

"diam kau kutu buku" Liya kesal.

"cantik tapi enggak perawan otaknya enggak dipake lagi mantap semua kebodohan keknya dianut" ucapanku di selipi tawa kecil tanda merendahkan, Liya tidak bisa melawan kalo pun dia melawan dia blunder, Cuma ya..pemikiran dia siapa tahu.

"kau hanya manusia yang dilahirkan dari ibu rendahan" ucapnya yang malah mengatai ibuku, skakmat..aku menatapnya dengan wajah yang menyeringai.

"dari pada ibumu yang tidak memiliki silsilah keluarga yang tidak jelas bahkan hanya bisa menghancurkan cabang Perusahaan ayahku" ya aku mengucapka fakta, aku jujur saja bingung kenapa Nenek lampir itu tidak bisa mengurus Perusahaan dan malah menghancurkan Perusahaan cabang milik ayahku, Liya diam karena dia tidak bisa berbicara lagi, jujur aku lebih baik memiliki ibu pembantu yang baik dan pinter ketimbang bodoh dan tolol. Aku sampai di Perusahaan utama ayahku.

"gimana sekolah?" ayah menatapku masuk ruangan dengan santai.

"baik, yah" aku duduk di sofa dengan santai menikmati Ac dingin di ruang kerja ayahku di lantai paling atas Gedung Perusahaan.

"ayah nanti ada pertemuan sama Perusahaan utama Ethan, setaukua Perusahaan Ethan akan membawa dua anaknya jadi kau harus sopan" ayahku berbicara, aku bingung perasaan Keluarga Ethan hanya memiliki 1 anak bukan 2 anak, Terlihat CEO Perusahaan Ethan adalah Blaine Ethan dan terlihat Nathan dan Ace yang ikut masuk, beruntuk sekali Nathan ya..dia megang daun semanggi kah?.

"Xavier ajak anak-anak pak Ethan berkeliling" ayah menatap dengan ramah, aku keluar di ikuti Nathan dan Ace, jujur saja Nathan itu orang yang sangat beruntung dia sampe di anggep sebagai anak seorang Miliarder loh…waw, "Nathan kamu anak CEO Ethan?" tanyaku.

"aaa..enggak, paman memang sering mangatakan aku anaknya tapi bukan" Nathan meluruskan, Nathan adalah anak yang pendiam di kelas dengan temannya seorang Ethan, Nathan juga orang yang rama sih kalo aku berada di sampingnya.

"jangan merendah, sedikit lagi kamu bakal masuk ke keluarga Ethan dengan sempurna" Ace berbicara dengan kaku, tunggu Nathan bakal di pungut? Waw..tapi bagus sih dari pada CEO Ethan memungut anak yang pada dasarnya hewan kan jadi ini lebih baik.

"jangan lah masa iya beneran" ucapnya merendah dengan senyuman yang ramah, aku merasakan tasku yang bergetar entah apa yang membuatnya bergetar jadi aku mencari asal getaranya.

"Merlin?" ucapku perlahan saat melihat buku The Merlin yang ada di tasku.

"kenapa?" Ace manatapku.

"aaa..ngecek buku takutnya ada yang ilang" suaraku terdengar santai. 

"sampai jumpa Tuan Ethan" ayahku mengantar CEO Ethan dengan kedua temanku? Sebutan bagus mungkin buat mereka berdua.

"ayah..boleh aku bertanya?" aku menatap ayahku saat berjalan di sampingnya, ayah mengangguk tanda ingin mendengarkan.

"ayah tau buku The Merlin?" tanyaku polos, ayah menghentikan langkahnya dan menatapku dengan wajahnya yang sedikit gelisah.

"kamu akan tau..dia akan menuntunmu kesuatu hal…" ayah tidak memberi alasan yang jelas tapi itu membuatku sadar jika aku harus melindungi diriku sendiri pada akhirnya.

"dan..jangan meminta bantuan orang lain, jika pada saat ayah tidak membantumu kau harus bisa sendiri" ayah mengusap kepalaku dan memberikanku sebuah miniature tongkat Merlin dengan senyumannya yang ramah.

"sebuah petual-"suaraku berhenti saat ada tembakan yang mengenai lengan ayahku.

"Ayah!!" aku menangkap ayahku dengan penjaga ayahku yang siap mengelilingi aku dan ayah.

"ayah.." ucapku menahan pendarahan dengan tanganku yang banyak Darah Ayah.

"ayah hanya tertembak oke…ini juga bukan organ Vital" ayah memegang pipiku dengan lembut.

"apa yang kalian lakukan panggil ambulan!" teriakku kesal karena pergerakan mereka yang lambat, Di Rumah sakit aku menunggu di luar dan terlihat nenek lampir itu datang.

"kau ini anak bodoh ya gimana jadinya suami saya hamper mati karena mu" ucapnya kesal.

"KAU ADALAH WANITA BABI DIAM LAH..!!!" teriakanku menggelegar karena amarahku sudah di puncak, "jika kau di sini hanya untuk memarahi ku yang tidak penting lebih baik kau pergi.." ucapku dengan wajah yang kesal.

"kau udah mulai melawan ya?" nenek lampir itu kesal.

"heh..babi yang enggak ada penghasilan lebih baik diem sebelum mulutmu ku robek" ucapku ingin dia diam, Nenek lampir itu kek enggak tau situasi kepalanya isinya ingin menghancurkanku terus, apa sebenci itu dia denganku?, membuang waktu saja memikirkan dirinya yang memang tidak jelas.

"Xavier ..gimana keadaan ayahmu?" kakek ku baru sampai Conor Jones ilmuan yang sudah bertahun-tahun masih aktif meneliti ini adalah idolaku.

"ayah sedang diperiksa" jawabku santai, Suster keluar dan mengatakan jika ayah bisa dijengung aku langsung masuk dan melihat ayah.

"kau anak pintar" ucap ayah yang masih sadar sambil menatapku.

"jika bukan karena caramu yang cepat menahan pendarahan mungkin ayah akan kehilangan banyak darah" ayah mengusap kepalaku dan mengucapkan pujian lagi, sambil mengusap kepalaku dengan lembut, aku merasa ayahku akan meninggal seperti ada tanda tapi aku tidak tau apa tanda itu akan terjadi atau tidak. Malam hari tiba aku menemani ayahku bermalam di rumah sakit dan akan bergantian dengan kakekku jika kakek ku ada waktu, "kamu makan nak" ayah menatapku yang sedang berfikir keras.

"em..iya ayah nanti aku makan" aku tersenyum berusaha membuat ayahku tidak perlu khawatir, Aku makan sambil tersenyum tidak ingin membuat ayahku berpikir.

"ayah" aku menatap ayahku dan tiba-tiba saja waktu berhenti aku bangkit mengecek sekitar.

"jam berhenti..ayah" ucapku memegang ayah tapi ayah tidak merespon bahkan nafasnya tidak terasa, suara Langkah kaki berjalan aku langsung menyiapkan diriku, tiba-tiba saja miniature tongkat Merlin berubah ke ukuran aslinya dan membuat pelindung di ruangan inap ayahku.