Chereads / The Merlin's Reincarnation - Earth Book 3 / Chapter 9 - The Merlin's Reincarnation : The Kid Part 8

Chapter 9 - The Merlin's Reincarnation : The Kid Part 8

(Anak itu)

Theo meninggalkan ku di ruangan itu sendirian.

"bosan" suaraku saat aku membuka pintu kamarku dan berjalan keruangan sebelah kamarku, terlihat seorang wanita dengan rambut putih keluar dari ruangan itu dan menatapku.

"halo..kamu pasti mencari ayahmu kan" wanita itu memberi ku jalan agar aku bisa masuk keruangan itu, aku melihat ayahku masih tertidur di kasur dengan wajah yang damai tanpa gangguan.

"biarkan dia istirahat, mau jalan-jalan?" tanya wanitaku bertanya dengan wajah yang ramah.

"tentu..jawabku" aku mengikuti wanita itu berjalan keliatannya dia dari Cina soalnya di bawah matanya kayak ada garis merah begitu.

"oya namaku Lianqi.." wanita itu memperkenalkan diri dengan nama Lianqi ternyata benar dia dari cina.

"Xavier.." aku berbicara.

"baiklah tapi di sini kami memanggilmu Merlin" Lianqi berbicara sambil mempertemukan ku dengan 11 orang campuran antara laki-laki dan perempuan, aku melihat ada Theo yang duduk di ikuti pria yang pernah menolongku itu sedang menatapku tajam.

"perkenalkan yang di tengah itu namanya kak Naki" Lianqi memperkenalkan Naki di depanku, wajah kaku dengan aura dingin di sekeliling Naki itu sudah menunjukkan jika dirinya tidak baik kepala siapapun.

"selamat datang, Merlin...kau disambut dengan baik di Manor ini" Naki berbicara dengan kaku sambil menatapku dengan wajahnya yang tidak bisa beresperesi, aku mengangguk tanda mengerti tidak mau terlalu banyak berinteraksi.

"jangan kaku-kaku amat..dia baik kok" Theo merangkul Naki tampak bersahabat tapi Naki menatapnya Kaku.

"seserem itu kah wajahku?" Naki memegang wajahnya sendiri.

"kak...inget pertama kali Viel melihatmu..dia takut dan menangis" Neo tertawa waktu mengingat kejadian itu.

"iya sih..Cuma ayolah itu juga sudah lama" Theo mengusap bahu Naki, Viel ya? Jadi itu anak kecil yang menempati kamar itu?.

"Viel itu anak yang di kamar 20 ya?" aku bertanya sambil menatap Naki dengan wajah yang ingin tahu.

"ya...itu Viel, kau ingin bertemu dengannya?" Naki bangkit berjalan kearahku, Naki mengantarkanku ke kamar 20 dan membuka pintu kamar itu, Ruangannya sangat gelap minim pencahaya dan berantakan, Naki duduk di pinggir kasur dan mengusap kepala seorang anak yang berambut panjang dan berantakan.

"ma-matanya" aku kaget melihat mata anak itu yang bagian kirinya sudah dijahit paksa tertutup permanen.

"itu karena ayah kandungnya" Naki mengusap pipi Viel dan terlihat Viel memegang tangan Naki, jadi Naki mengadopsi seorang anak?, anaknya seumuran sepertinya denganku, semoga saja bisa berteman dengannya.

"ini terlalu gelap kenapa tidak buka gordennya" aku ingin membuka gordeng jendela dan malah ditahan oleh rantai yang mengingat tanganku.

"jangan buka gordennya" suaranya menyeramkan.

"kenapa?" tanyaku.

"dia..belum bisa menerima, dan jangan bertanya" Naki menekan kalimatnya membuatku takut dengan suaranya, aku mengangguk mengerti dengan ucapan Naki yang masih sangat perhatian dengan Viel.

"Theo" aku menatap Theo yang sedang membaca buku tebal.

"em?" Theo mengangguk.

"kenapa aku di sini?.aku kan masih harus sekolah" aku menatap Theo dengan wajah kesal.

"waktu sedang aku berhentikan karena terdapat monster Human Biologis yang berkeliaran di berbagai dunia, aku kaget saat dia mengatakan monster mengerikan itu berkeliaran di berbagai belahan di dunia.

"tapi kalian bersantai di sini?"

"kami lebih tepatnya membuat cloningan diri kami" Theo menjelaskan membuatku mengangguk mengerti karena bumi itu besar wajar saja mereka sampai membuat cloningan bumi itu seluas itu, tiba-tiba saja Lianqi tergesah-gesah menghampiri Naki yang sedang memegang asap hitamnya.

"Viel...Viel kambuh lagi" Lianqi berbicara dengan panik, Naki langsung pertereportasi ke ruagan Viel, aku ingin melihat apa yang terjadi tapi Theo menarikku dengan sangat kuat.

"aku ingin lihat"

"dengar ini masalah pribadi jangan ikut campur masalah orang lain" Theo memberi tauku tapi aku langsung menarik tanganku dan berlari ke ruangan Viel hanya ingin melihat keadaan Viel, tiba-tiba saja retakan dimensi terbuka memperlihatkan Theo yang yang ingin menangkapku, dengan sepontan aku langsung menghindarinya tapi entah dari mana dia berhasil menarik tanganku.

"jangan...itu urusan pribadi orang lain" Theo menahanku menggunaka 1 tangannya.

"lepas!!" Aku langsung melepaskan diri lagi dan berlari secepat mungkin ke arah pintu kamar Viel yang terbuka.

"aku ingin mati saja!!" suara teriakan Viel dengan kedua pipi yang berdarah dan tatapan kosong dari 1 matanya.

"hey..tenang dulu" Naki menahan Viel yang ingin membelah lehernya sendiri, aku Cuma diam melihatnya dan ambruk, kenapa ada orang yang ingin membunuh dirinya?, kenapa ada orang yang ingin sekali mati?, apa alasannya?. Aku terdiam dengan wajah yang kosong memikirkan alasan Viel ingin membunuh dirinya.

"ibu..sudah tiada!!, buat apa aku hidup!, tidak ada yang menyenangkan di dunia ini..selain ibu" Viel menangis dan hanya mengatakan ibu, ibu dan ibu, Apa ibunya terbunuh dan dia ingin membunuh dirinya sendiri karena ingin menyusul ibunya?, apa karena itu?.

"jika kau membunuh dirimu apa kau tidak menyesal?, bunuh diri enggak ada gunanya, belum tentu kau bunuh diri bisa bertemu dengan ibumu" aku berbicara dengan lantang sambil menatap Viel, Viel menatapku dengan tatapan kosong dan ingin membunuh.

"kau enggak ngerti aku enggak usah berbicara" Viel menatapku dan berlari kearahku ingin membunuhku tapi langsung ditahan oleh rantai milih Naki dan tangan Theo yang menahan Cutter Viel yang mengarah ke mataku.

"sudah ku bilangkan..jangan ikut campur" Theo berbicara dengan suara yang mengintimidasi. 

Aku melihat Theo yang menyembuhkan tubuhnya, jujur saja aku kaget darah Theo berwarna kuning ingin sekali aku bertanya Cuma dia kayaknya marah denganku lebih baik aku pergi, Aku berjalan keluar ruangan unit kesehatan berjalan ke suatu rumah kaca penuh tanaman. 

"merasa bersalah?" Merlin menatapku sambil minum teh, aku berpindah ke ruangan tempat pengistirahatan Melin.

"ya..Cuma aku memiliki dua pertanyaan"

"apa itu?"

"darah Theo berwarna emas bukan merah, apa sel darahnya berubah?" aku bertanya.

"jika itu aku tidak bisa menjawabnya, karena kau harus bertanya pada The Gods itu sendiri" Merlin tidak mejawab pertanyaanku dan malah memberi saran untuk mendatangi di The Gods, lagian The Gods itu apa sudah.

"The Gods?"

"yang membuat alam semesta ini...itu namanya The Gods" Merlin menjawab.

"jadi disembah?" tanyaku.

"tidak The Gods yang ku maksud dia tidak disembah melainkan hanya ingin melihat para manusia melakukan apa yang kalian inginkan" Merlin menjawab dengan wajah yang sedikit bingung membuatku bertanya-tanya alasan The Gods menciptakan. 

"baiklah..tapi aku bertanya, Viel itu kenapa?" Aku menatap Merlin.

"aku tidak mengenal anak itu, tapi saat aku melihat penglihatanmu, anak itu mengalami trauma berat atas apa yang dilakukan seseorang dulu kepadanya" Merlin berbicara membuatku berfikir, kenapa anak kecil bisa mengalami trauma sedalam itu padahal ada orang tua mengatakan bahwa anak kecil tidak bisa merasakan trauma berat karena hidup anak kecil itu sangat menyenangkan, tapi saat aku melihat ini, argumen itu bisa di patahkan.