Chereads / The Merlin's Reincarnation - Earth Book 3 / Chapter 12 - The Merlin's Reincarnation 2 : The Morgana Part 1

Chapter 12 - The Merlin's Reincarnation 2 : The Morgana Part 1

(Awal?)

3 Tahun kemudian, gelapnya pedalaman hutan kematian yang berada di Hell Of Windder.

"Akhirnya aku bangkit di saat yang tepat" mahluk keluar dari kuburan dengan tubuh yang masih belum terbentuk dengan sempurna hanya ada tengkorang dan tulang.

"aku akan mencarimu...Merlin" suara mahluk itu menggelegar di kepala Xavier dengan sangat keras, membuat Xavier terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang aneh.

'apaan tadi itu?, mahluk aneh' batin Xavier mengusap lengan atas nya menggunakan tangan kanan nya, Xavier bangkit dari tempat tidurnya, berjalan keluar kamar dan melihat lorong-lorong sambil berjalan ke tangga.

"gelap..masih jam 11 malam sih" Xavier berbicara dengan perlahan dan menuruni anak tangga. "tumben?" terdengar suara Max yang berbicara.

"ayah bergadang?" Xavier bertanya sambil mengambil minuman dingin di lemari es.

"iya..ayah harus kerja" Max menjawab sambil meminum kopi.

"kamu sendiri?" Max menatap anaknya yang meminum air putih dingin.

"mimpi buruk, Cuma kek ada yang aneh" Xavier duduk di sebelah ayahnya, Max menatapnya dengan tanda tanya yang besar.

"mimpi apa?"

"ada..Cuma jangan dibahas, lagian tidak terlalu penting ini" Xavier memunum air di gelasnya dengan tenang di ikuti sang ayah yang masih membaca dokumen.

"selamat ulang tahun ya.." Max menatap anaknya sambil memberikan box yang berisi notebook pc, Xavier kaget dengan wajah yang bertanya.

'oya..hari ini ulang tahunku yang ke 11 tahun ya' batin Xavier sambil mengambil box itu dan menatap ayahnya dengan wajah yang berfikir. 

Jam menunjukkan sudah pukul 6 pagi di sekolah Xavier.

"pengumuman anak bernama Xavier Oxley di mohon ke ruang kepala sekolah" suara dari spiker membuat semua siswa dan siswi di kelas Xavier menatap Xavier dengan wajah yang tidak kaget dan malah membicarakan Xavier dengan kalimat buruk, Xavier mengetuk pintu ruang kepala sekolah, dari dalam ruang kepala sekolah.

"masuk" Xavier langsung masuk saat mendengar izin dari kepala sekolah.

"terimakasih atas usahamu Xavier" kepala sekolah menatap Xavier dengan tegas, "karena dirimu sekolah kita bisa menduduki peringkat 2 sekolah terbaik di jenjang Secondary School terbaik di negara, Xavier hanya mendengarkan kepala sekolah yang membesar-besarkan nama dirinya, karena Xavier tau kepala sekolah Charlie Moore adalah si mulut manis [orang yang akan memanipulasi emosional korbannya untuk merasa sombong dan mengotrol korban dengan pujian manis].

'keluarkan aku dari sini, tebakanku pasti ada perlombaan Sains Post-16 Education tingkat nasional, meskipun aku Cuma menduduki kelas Key Stage 4 [Umur 14-16 tahun (Tahun 10 hingga Tahun 11)] sedangkan Post-16 Education [16-18 tahun] dan pastinya hanya anak usia 11 tahun yang bakal lompat kelas lagi, tapi anggap saja ini tangga ...' batin Xavier berfikir dengan wajahnya yang kaku, 'apapun agar namaku menjadi lebih baik' batin Charlie dengan wajah yang senang dan masih berusaha memanipulasi Xavier.

'anak ini, adalah alat' Charlie menatap Xavier dengan wajah memangsa. Xavier berjalan di lorong yang penuh dengan siswa siswi yang menatapnya dengan aneh, Xavier?, dia tidak peduli dengan tatapan masyarakat padanya, yang dia pedulikan gimana caranya mendapat hal yang dia sukai tanpa memberatkan orang tuanya.

"lihat anak itu, dia bakal lompat kelas lagi keknya" siswa 1 dan siswa 2 membicarakan Xavier, banyak yang tidak menyukai Xavier karena dianggap menggunaka uang untuk naik kelas, Xavier tidak sebodoh itu untuk mengeluarkan uang.

"hey..kau pasti bakal jadi pelacur?" siswi 1 menghadang Xavier dengan wajah penuh make up yang tebal.

"berkacalah..." Xavier membalik sebuah cermin membuat siswi 1 menatap cermin itu.

"kau pelacurnya, Natsya" Xavier melanjutkan dengan suara tegas menginjak harga diri orang itu.

'semoga dia berubah, jangan suka ngatain orang kalo diri sendiri aja blm bener' batin Xavier berjalan pergi sambil melihat sekitar, Xavier tampak menikmati udara yang segar sambil duduk di bawah pohon, tiba-tiba saja waktu berhenti di ikuti dengan Theo yang keluar dari retakan dimensi.

"hari yang menyenangkan bukan?" sambut Theo yang langsung duduk di sebelah Xavier dengan wajah yang kaku, Xavier meletakkan kepalanya di bahu Theo sambil memikirkan apa dirinya harus mengikuti lomba Sains tadi atau tidak.

"aku minta saran" Xavier memegang tangan Theo dengan lembut.

"hah?" Theo memerah saat Xavier memegang tangannya.

"sa-saran apa?" Lanjut Theo dengan suara yang gagu karena Xavier memainkan tangannya.

"aku harus ikut Lomba Sains atau tidak?" Xavier bertanya.

"itu kau memintaku untuk membantumu memilih" Theo menatap Xavier.

"baiklah, itu tergantung pada dirimu keberatan atau tidak saat mengikuti lomba Sains, tapi..lebih baik kau ikut jika kau mau" Theo mengusap kepala Xavier dengan tenang.

'aku mencintaimu, Xavier...' batin Theo mengusap kepala Xavier dengan lembut dan menatap Xavier yang tertidur di bahunya.

Di Hell Of Windder, "ini serius ada yang bangkit dari kematian?" Noel menatap Fallen dengan wajah yang serius.

 

-Informasi-

Fallen atau Sentinel of Chthonian adalah penjaga dari gerbang neraka, yang menjaga penduduk neraka agar tidak masuk ke Word Of Munhall dan Heaven Of Divinity, Fallen juga seorang entitas dengan kekuatan sekuat Noel.

Avalon atau Sentinel Of Nevaeh adalah penjaga gerbang surga, menjaga penduduk Heaven Of Divinity [Dewa-Dewi, Jiwa-jiwa yang memiliki kemungkinan hidup kembali, tempat True Form VI yang sedang tertidur dan tempat para penjaga Earth Multivers yang menunggu dunia pararel mereka di hancurkan dan dibuat kembali oleh para VI].

-Informasi ditutup-

 

"bukan bangkit, tapi segel yang lepas" Fallen menjawab dengan wajah yang serius.

"segel?, yang ada di Tartarus?" Noel menatap dengan tajam kepada Fallen.

"i-iya sepertinya, aku belum bisa memastikan" Fallen belum bisa memastikan hal itu dengan benar.

"cari jangan sampe kita tidak tau jika segel itu lepas" Noel menatap Fallen dengan wajah yang kesal.

"saya..saya akan mencarinya" Fallen menundukkan kepalanya.

"jangan sampai kau lengah, kita tau di Tartarus ada dia" Noel mengingatkan Fallen dengan tugas Fallen. 

Di gerbang Heaven Of Divinity Noel bertemu dengan Avalon yang menunggunya di gerbang Heaven Of Divinity.

"akhirnya" Avalon menatap Noel yang keluar dari retakan dimensi, "jadi bagaimana?, Segel itu beneran lepas?" Avalon bertanya tidak mau membuang waktunya yang berharga.

"tidak tau Fallen belum bisa memastikan itu" Noel menjawab.

"kenapa Fallen selalu bergerak terlambat?, aku selalu bingung dengannya kenapa tidak mau bergerak lebih cepat ketimbang musuh" Avalon merasa Fallen terlalu membuang waktu.

"jangan mengejudge orang Avalon, lebih baik kita membantu Fallen dan menemukan segel yang longgar itu dengan cepat" Noel memberi saran, Avalon adalah orang yang tidak suka membuang waktu dan terlalu disiplin untuk dirinya dan orang lain, membuat Avalon sangat tidak cocok dengan Fallen yang terlalu fokus ke satu hal dan menyelesaikan masalah dengan sangat sulit, karena mengurus Hell Of Windder itu sangat sulit, karena kebanyakan dari mereka adalah manusia yang memiliki keegoisan di atas segalanya, banyak pengebooman di kota [terdapat kota di Hell Of Windder, yaitu kota pusat The Purgatory, dan 5 kota yang ada di bawahnya yaitu Pit, Perdition, Underword, Damnation dan The Tartarus).