(Lomba)
Perlombaan dimulai aku duduk di meja dengan para lawan yang sudah berusia 12 tahun, hanya aku ternyata anak Year 5 dengan umur 8 tahun, tertawa dulu karena aku pintar.
"peserta di mohon mengerjakan dengan.." Panitia memulai dengan menjelaskan peraturan dan memberikan kertas ulangan, aku melihat kertas ujiannya dan tersenyum, alasan aku tersenyum?, pertanyaan nya gampang soal fisikanya, aku kan anak jenius masa iya beginian enggak bisa kan ya.
"kalo begitu para peserta di harap mengerjakan selama 1 jam penuh, soal ulangan fisika di hadiri sekitar 1000 perwakilan sekolah dengan para guru sebagai pendamping mereka, terlihat mereka menatap sinis kearahku jangan ditanya kenapa mereka seperti itu, yang jelas karena aku sering Lomba dan memenangkan juara dengan mudah, bahkan sampe ada yang bilang aku nyuap guru karena aku anak CEO.
Oxley semoga beruntung" ucap panitia yang lewat di sebelahku sambil tersenyum, mungkin karena senang ada anak yang berperestasi apa lagi masih berumur 8 tahun, 30 menit aku berhasil mengerjakan sekitar 50 pertanyaan dengan cepat dan lembar rumus yang rapih, Aku duduk di ruangan tunggu ulangan sambil meminum kalengan yang aku beli tadi, tiba-tiba saja sebuah gempa ringan aku rasakan jadi aku melihat air akuarium yang berkuncang sedikit tidak normal.
"ada yang aneh?" aku menatap sekeliling dan merasa ruangan ini tampak sunyi dan menakutkan, tiba-tiba saja pintu menuju staff terbuka menunjukkan sebuah mahluk tanpa wajah dan mendengar gerak-gerikku, aku hanya diam memperhatikan monster itu yang berjalan dengan perlahan kearahku dengan wajah yang hilang.
"em.." aku kaget saat ada orang yang menarikku masuk ke sebuah retakan dimensi yang langsung tertutup, aku melirik siapa orang yang menarikku, dia pria? Dengan rambut putih dengan mata hijau yang bagus.
"duniamu..di penuhi oleh monster parasite" orang itu berbicara sambil mengangkatku.
"kau siapa?" aku menatap orang itu.
"aku…namaku Theo" orang itu berbicara tapi aku tidak bisa mendengar siapa Namanya karena mulutnya seperti ditutup paksa oleh jahitan dan menghilang saat berbicara hal lain selain data dirinya.
"bisa kah kau berbicara dengan benar aku tidak bisa mendengar namamu" aku menatap orang itu.
-Informasi-
Alasan kenapa Xavier tidak bisa mendengar dengan jelas nama Theo karena Xavier tidak memiliki darah keturunan Dewa berbeda dengan Ryan yang memang leluhurnya pernah menikahi Dewi itu membuat dirinya bisa mendengar Theo berkenalkan diri, Cuma ad acara lain yaitu menghentikan waktu dan membuat medan waktu agar yang bisa mendengar hanya orang terpilih saja.
Tidak sembarang orang juga yang dapat mendengar Namanya, jika dia membuat medan waktu kau mendengarnya, maka kau adalah orang terpilih.
-Informasi ditutup-
"kau serius enggak denger namaku?" dia menatapku.
"iya lah!" kesalku sambil menarik kemejanya.
"oke..santai" ucapnya menenangkanku dengan lembut, orang itu langsung membuat cloning dan membuat medan waktu membuat yang di luar medan berhenti berjalan.
"Theo..Theo Edgar, tapi panggil Theo aja" Theo mengusap kepalaku.
"Xavier Oxley" jawanku.
"anak baik" Theo menatapku sambil tersenyum.
"berhenti memanggilku anak baik" ucapku menginjak kaki Theo.
"i..iya" ucapnya dengan senyuman menyakitkan.
"apa?" tanyaku ingin langsung ke intinya, "aku hanya menolongmu kau seharusnya tidak bertemu dengan monster yang tadi" jawabnya.
"jelaskan"
"baiklah monster yang tadi itu Human Biologis yang tidak sempurna akan sangat berbahaya jika kau ada di sana" Theo menatapku.
"tapi di daerah sana ada ayahku kembalikan aku kesana" aku menatapnya dengan tatapan tajam.
"baiklah setidaknya kau harus tau cara membedakan monster dengan manusia" Theo mengusap keningnya dengan kasar.
"kau anak yang paling susah ku urus" Theo mengumpat.
"kau adalah orang asing yang tiba-tiba menculikku" aku kesal.
"sabar-sabar" Theo mengusap bahuku.
"terserah"
"iya aku buat portal untukmu okeh?, jadi jangan marah" Theo tunduk dan berbicara dengan lembut.
"kau kecil-kecil suka marah ya" ejeknya dan langsungku injak lagi kakinya.
"iya..kamu enggak marah-marah" ucapnya menahan rasa sakit dari Tindakanku, entah kenapa dia tampan dan penurut, eh..sadar masa iya aku suka orang dewasa, aku menatapnya dan dia sadar dengan tatapanku.
"kenapa?" dia bertanya dengan wajahnya yang enggak keliatan tua sekitar umur 17 tahun.
"umur 17?" tanyaku.
"enggak.." jawabnya.
"hem…yang bener?" aku mendekatinya dan menarik bajunya.
"ya makasih karena menggapku muda tapi umurku 110 tahun" jawabnya membuatku kaget, mana ada manusia seumur Panjang ini dengan wajah yang masih kuat dan sehat.
"bohong" tatapan ku tidak percaya.
"serius aku udah tua" jawabnya.
"tapi ini serius kau seharusnya tidak bertemu Human Biologis" Theo memegang bahuku tatapannya sangat serius.
"kenapa ?" aku ingin tau, masalahnya dia dari tadi berbicara seperti itu dengan tatapannya yang tajam.
"kau bisa mati sebelum waktunya kau dipilih" Theo menjelaskan.
"baiklah " aku mengerti tapi dipilih?, dipilih untuk apa? Itu yang perlu ku caritau, Theo membuka retakan dimensi.
"ayah gimana ya?" suaraku yang sudah memasuki ruanganku yang tadi dengan monster yang sudah tidak ada, aku bingung kenapa Human Biologis itu mengincarku atau mereka mengincar manusia, terlihat banyak para peserta yang baru selesai ulangan masuk ruangan dengan wajah yang masam saat menatapku, aku hanya membaca buku dan memakai earphones ku.
"heh bocah ini bukan tempat untukmu" ucap siswa dari sekolah swasta lain sambil menarik buku Pelajaran sejarahku.
"ini tempat umum sih tidak ada tulisan minimal umur " aku langsung mengambil buku sejarahku.
"maksudnya kau itu anak kecil" mereka menarik kemejaku.
"anak kecil istilah yang di buat untuk mengambarkan jika umur anak itu di bawah dirimu atau sikapmu, oke..aku paham hanya saja dari sikap saja di sini kau lebih terlihat anak-anak ketimbang diriku" aku mengejeknya dengan sangat lembut.
"dasar kau-" dia mengumpat dan diTarik oleh panitia karena dianggap penganggu, aku kembali membaca buku kembali dengan mata-mata yang menatapku, tatapanku berfokus pada satu peserta yang tatapannya kosong dan beraura sama seperti monster parasite itu, peserta itu menatapku dengan artian 'aku tau…kau' tatapan itu terus menatapku dan malah ku tatap lagi dengan artian 'terus?', peserta itu tiba-tiba langsung beralih penglihatannya ke orang lain.
"aneh" suaraku pelan dan langsung berada di dalam perpustakaan besar di sebuah kastil tua.
"aneh seperti apa?" Merlin sedang membaca buku di depanku dengan memakai kacamatanya.
"auranya..kek monster parasite" jawabku sambil membalik halaman bukuku.
"ow..aku tidak tau itu jadi lebih baik kau cari jawabannya" Merlin tersenyum sambil menatapku.
"coba kau tanya orang itu" Merlin menunjuk Theo yang masuk.
"hah..kok kau di sini?" tanya kaget.
"memang kenapa?" Theo duduk di sebelahku sambil memegang buku, "ini kana lam bawah sadarku" jawabku.
"ini bukan alam bawah sadarmu melainkan tempat peristirahatnya Merlin…" Theo menjelasakan membutaku berfikir bahwa yang aku sangka alam bawah sadarku adalah sebuah tempat Merlin beristirahat.
"jadi ini nyata?" tanyaku ingin tau.