Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Jejak Misteri di Tanah Nusantara

🇮🇩Fyro_Aws
28
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 28 chs / week.
--
NOT RATINGS
591
Views
Synopsis
Arya, seorang pemuda Bali, terjerat dalam petualangan tak terduga setelah menemukan topeng kuno yang membawa dirinya melintasi dimensi lain. Dengan petunjuk dari tokoh-tokoh mistis dan legenda Indonesia, Arya mencari jawaban atas takdirnya sebagai penjaga antara dunia manusia dan dunia gaib. Dari desa Trunyan yang penuh rahasia hingga hutan Bali yang mistis, ia mengungkap misteri-misteri tersembunyi di Tanah Nusantara. Dalam perjalanan berbahaya ini, Arya harus menghadapi makhluk gaib dan kekuatan jahat yang berusaha merubah keseimbangan dunia, sementara ia menemukan lebih banyak tentang dirinya dan takdir yang harus ia jalani.
VIEW MORE

Chapter 1 - Penjaga Dimensi: Pintu Waktu dan Takdir

Di sepanjang jalur sempit yang membelah sawah, seorang pemuda berjalan perlahan. Ia mengenakan pakaian tradisional Bali, membawa sesajen kecil berupa bunga, buah, dan dupa di sebuah baki anyaman. Udara sore dipenuhi dengan aroma harum dupa yang dibawa angin lembut, menciptakan suasana damai dan sakral.

Pemuda itu menuju ke sebuah pura kecil yang terletak di tepi sawah. Pura itu tampak kokoh, meskipun usianya jelas sudah ratusan tahun. Patung-patung penjaga pura yang berbentuk singa berlapis lumut berdiri gagah di kedua sisi gerbang. Ia berhenti sejenak di depan gerbang, menundukkan kepala sebagai tanda hormat, lalu melangkah masuk.

Di dalam pura, suasana semakin tenang. Hanya terdengar gemericik air dari pancuran kecil yang mengalir ke kolam di bawahnya. Pemuda itu meletakkan sesajen di altar utama, lalu menyalakan dupa. Ia menutup matanya, mengucapkan doa dalam hati, dan membiarkan ketenangan menyelimuti dirinya.

Ketika ia membuka matanya kembali, matahari telah hampir tenggelam sepenuhnya. Cahaya jingga terakhir melukis langit, sementara bayangan malam mulai menyelimuti sawah dan pura. Namun, alih-alih mencekam, malam di Bali justru terasa hangat dan menenangkan, seperti pelukan ibu alam yang penuh kasih.

Pemuda itu berjalan kembali ke jalur sempit, kini ditemani suara jangkrik yang mulai bersahutan. Di kejauhan, lampu-lampu kecil dari rumah-rumah penduduk mulai menyala, memberikan sinar keemasan yang terlihat seperti bintang di bumi. Bali malam itu benar-benar memancarkan keindahan dan kedamaian yang sulit dilupakan.

Ketika pemuda itu melangkah pulang, tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang berbeda di udara. Angin sepoi-sepoi berubah menjadi hembusan yang dingin, dan suara jangkrik yang tadinya bersahutan mendadak hilang. Ia berhenti sejenak, mengernyitkan dahi sambil memandang sekitar. Sawah yang tadi begitu damai kini tampak diselimuti kabut tipis yang perlahan semakin tebal.

Dari kejauhan, terdengar suara gamelan yang samar-samar, meskipun ia tahu desa sudah lama tak menggelar upacara malam. Suara itu terdengar lembut namun aneh, seperti datang dari tempat yang jauh sekaligus dekat. Pemuda itu memutuskan untuk mencari asal suara tersebut. Langkahnya hati-hati, mengikuti jalur kecil di antara sawah, sementara kabut semakin menutupi pandangannya.

Tak lama kemudian, ia tiba di sebuah area yang tak dikenalnya, padahal ia sudah berjalan di sawah ini sejak kecil. Di depannya, berdiri sebuah pura besar yang tampak megah, jauh lebih besar dari pura yang tadi ia kunjungi. Pura itu bercahaya lembut, dengan sinar kekuningan yang tampak seperti berasal dari lilin-lilin besar di dalamnya. Namun, ada sesuatu yang ganjil, pura ini tak pernah ada sebelumnya.

Penasaran, ia melangkah mendekati gerbang pura. Aroma dupa menguar, tetapi lebih kuat dan lebih menyengat dibandingkan dupa biasa. Saat ia mendekat, ia menyadari bahwa gerbang pura itu dijaga oleh dua patung besar yang berbeda dari patung penjaga biasanya. Patung-patung itu berbentuk makhluk menyerupai manusia, namun dengan kepala binatang, yang satu kepala burung, yang lain kepala anjing. Mata mereka tampak seperti hidup, mengikuti setiap gerakannya.

Dengan napas tertahan, pemuda itu melangkah masuk ke dalam pura. Saat ia melintasi gerbang, suara gamelan yang tadi samar kini terdengar jelas, tetapi nadanya tak biasa, menyanyikan harmoni yang penuh teka-teki, seolah menyembunyikan pesan yang tak terungkap. Di tengah pelataran pura, ada sebuah altar besar dengan bola cahaya yang berputar perlahan di atasnya. Cahaya itu memancarkan bayangan yang bergerak aneh di sekelilingnya.

Sebelum ia sempat mendekat, suara halus namun dalam memanggil namanya. Ia menoleh cepat, tetapi tak ada siapa pun di sana. "Siapa... siapa itu?" tanyanya dengan suara gemetar. Suara itu hanya tertawa lembut, lalu berkata, "Kamu telah dipilih. Jangan takut. Masuklah lebih dalam, dan temukan takdirmu."

Pemuda itu berdiri terpaku. Keringat dingin membasahi dahinya, tetapi rasa penasaran yang tak tertahankan mendorongnya untuk melangkah maju. Dengan hati-hati, ia mendekati altar di tengah pelataran pura. Bola cahaya yang berputar di atas altar tampak semakin terang, dan bayangan-bayangannya kini menyerupai siluet makhluk asing, seperti penari, tetapi gerakan mereka terasa tidak wajar, melawan logika dunia nyata.

Saat ia hanya beberapa langkah dari altar, tanah di bawah kakinya terasa bergetar. Bola cahaya itu berhenti berputar, dan dari dalamnya muncul sebuah suara bergema, "Waktumu telah tiba. Jawablah pertanyaanku, dan nasibmu akan terungkap. Tapi jika kau salah, kau akan terperangkap di sini selamanya."

Pemuda itu menelan ludah. "Pertanyaan apa?" tanyanya dengan suara yang nyaris tak terdengar.

Bola cahaya itu membesar, memancarkan sinar yang menyilaukan, sebelum akhirnya mengajukan pertanyaan yang bergema di seluruh pura:

"Apa yang paling berharga di dunia ini, yang tak bisa kau genggam, namun selalu kau kejar?"

Pemuda itu terdiam, pikirannya berpacu. Pertanyaan itu terdengar sederhana, tetapi ia merasakan bobot yang luar biasa di baliknya. "Waktu," bisiknya pada dirinya sendiri, mengingat pelajaran yang pernah ia dengar dari orang tuanya. Namun ia juga ragu, apakah itu jawabannya?

Dengan keberanian yang tersisa, ia menjawab lantang, "Waktu."

Hening sejenak. Kabut di sekitarnya bergerak lebih cepat, dan suara gamelan berubah menjadi irama yang lebih intens. Kemudian bola cahaya itu menyusut hingga seukuran genggaman tangan, sebelum terbang mendekati pemuda tersebut. Cahaya itu melayang di depannya, dan dari dalamnya muncul sebuah suara lagi, kali ini lebih lembut:

"Kau benar. Namun jawabanmu hanyalah permulaan. Waktu adalah kunci, tetapi pintunya harus kau temukan sendiri."

Seketika itu juga, bola cahaya menyatu ke dalam tubuhnya. Pemuda itu merasakan gelombang energi yang aneh, seperti campuran kehangatan dan dingin yang menembus jiwanya. Ia tersentak mundur, dan ketika ia membuka matanya, dunia di sekitarnya telah berubah.

Sawah hijau dan pura yang ia kenal sudah kembali, tetapi semuanya terasa berbeda. Langit tampak lebih cerah, suara alam lebih hidup, dan tubuhnya terasa lebih ringan. Namun ia tahu, di dalam dirinya, sesuatu telah berubah.

Ia merasakan ada kekuatan baru yang mengalir dalam tubuhnya, seolah-olah ia kini menjadi penjaga waktu dan dimensi. Namun ia juga tahu, tanggung jawab besar kini berada di pundaknya, mencari tahu apa pintu yang harus ia temukan, dan apa makna sebenarnya dari perjalanan yang baru saja ia mulai.