Chereads / Jejak Misteri di Tanah Nusantara / Chapter 6 - Gerbang yang Terbuka

Chapter 6 - Gerbang yang Terbuka

Saat Arya melangkah lebih dalam ke dalam gua, dia merasakan sebuah energi yang begitu kuat, seperti ada kekuatan yang menyatu dengan dirinya. Dinding gua yang bergerak menciptakan ilusi yang semakin mengaburkan pandangannya, membuatnya seolah-olah terperangkap dalam dunia yang tak berujung. Namun, dia tahu dia harus terus maju, karena semakin dekat dengan pusat gua, semakin jelas pula suara yang mengelilinginya.

"Gerbang ini harus ditutup," suara itu terdengar lagi, semakin kuat. Arya menoleh ke segala arah, tetapi tak ada siapa pun di sana. Hanya bayangan yang bergerak di antara celah-celah batu. "Kamu yang terpilih, tetapi pilihan itu datang dengan konsekuensi yang besar."

Arya merasakan sebuah sensasi yang tak dapat dijelaskan. Selama perjalanan ini, dia telah menemui banyak hal tak terduga, namun tak ada yang sebanding dengan kekuatan yang ia rasakan sekarang. Perlahan, dia melangkah menuju sebuah batu besar di tengah gua. Batu itu dihiasi dengan ukiran rumit, menggambarkan dua sosok yang saling bertarung, Barong dan Rangda, namun ada sesuatu yang aneh. Ukiran-ukiran itu seakan hidup, seolah bergerak mengikuti setiap gerakan Arya.

Di atas batu tersebut terdapat sebuah simbol lingkaran yang mengelilingi gerbang yang terbuka. Arya menyadari bahwa ini adalah simbol yang sama yang dia lihat di Desa Trunyan, juga di altar besar di sana. Begitu dia menyentuh batu itu, simbol tersebut mulai bersinar terang, menyebarkan cahaya yang menyilaukan. Di tengah cahaya itu, sebuah suara terdengar, sebuah suara yang menggetarkan seluruh tubuhnya.

"Selamat datang, Arya," suara itu bergema. "Kamu telah sampai pada titik ini karena takdir yang lebih besar dari dirimu sendiri. Namun sekarang, pilihan ada di tanganmu."

Tiba-tiba, bayangan-bayangan mulai muncul di gua tersebut. Barong, makhluk pelindung yang selama ini dikenal sebagai penjaga keseimbangan, muncul di satu sisi. Sementara itu, Rangda, ratu jahat yang berusaha merusak dunia, muncul dari sisi lainnya. Kedua kekuatan tersebut saling berhadapan di tengah gua, masing-masing dengan aura yang mengerikan.

"Apakah kamu memilih untuk menutup gerbang ini, Arya?" suara itu terdengar sekali lagi. "Atau kamu akan membiarkan dunia ini terpecah oleh kekuatan yang lebih besar?"

Arya menatap kedua makhluk tersebut dengan hati yang berdebar. Dia tahu bahwa pilihannya tidak hanya akan mempengaruhi Bali, tetapi juga seluruh dunia. Perang antara kebaikan dan kejahatan, antara dunia manusia dan dunia roh, sedang berlangsung di depannya. Dan dia, sebagai pemegang kunci, harus memutuskan jalan mana yang akan diambil.

"Gerbang ini tidak hanya menghubungkan dunia ini dengan dunia roh," suara itu melanjutkan, "tapi juga dengan dimensi lain yang lebih gelap, yang telah lama terperangkap. Jika kamu memilih untuk membuka gerbang ini lebih lebar, dunia akan terbelah, dan kekuatan-kekuatan jahat yang lebih besar akan masuk."

Arya menatap Rangda dan Barong, dua sosok yang mewakili kekuatan lawan yang saling bertarung untuk menjaga keseimbangan. Dia merasakan sebuah dorongan untuk memilih Barong, kekuatan kebaikan yang selama ini berusaha menjaga dunia dari kehancuran. Namun, suara yang berbisik di telinganya mengatakan bahwa bukan itu pilihan yang sederhana.

"Sekali kamu memilih, tidak ada jalan mundur," suara itu menekankan. "Keseimbangan dunia akan bergantung padamu."

Tangan Arya mulai bergetar. Pilihan ini bukan hanya tentang mengalahkan satu kekuatan, tetapi tentang menyeimbangkan dua dunia yang begitu berbeda. Dia mengingat kata-kata wanita tua di Desa Trunyan, bahwa pertanyaan baru akan datang seiring dengan jawaban yang ditemukan. Dan sekarang, pertanyaan itu mengarah padanya: apakah dia siap untuk mengorbankan dirinya demi dunia ini?

Sambil memejamkan matanya, Arya memutuskan. Dengan tekad yang kuat, dia mengangkat tangannya dan menekan simbol yang ada di batu tersebut. Sebuah suara gemuruh terdengar di seluruh gua, dan cahaya yang menyilaukan membanjiri sekitarnya. Dalam sekejap, semua bayangan menghilang, meninggalkan Arya sendirian di tengah gua yang kembali sunyi.

Tiba-tiba, dari kegelapan, suara wanita tua itu terdengar lagi.

"Keputusanmu telah ditentukan, Arya. Tetapi ingatlah, apa yang telah terbuka takkan pernah kembali tertutup. Dunia ini akan berubah selamanya."

Arya merasakan tubuhnya terangkat, seolah-olah dirinya ditarik ke dalam aliran waktu dan ruang. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi satu hal yang pasti—dia tidak bisa mundur lagi. Gerbang yang terbuka kini memanggilnya untuk menghadapi takdir yang jauh lebih besar dari yang bisa dia bayangkan.

(To be continued...)