Hutan di sekeliling Arya berubah menjadi arena gelap dengan kabut tebal yang menyesakkan. Suara gemuruh bergema di udara, dan dari bayangan kabut itu, makhluk-makhluk gaib mulai bermunculan. Sosok-sosok itu berbentuk menyeramkan, bercampur antara manusia, hewan, dan entitas gaib yang sulit didefinisikan.
Arya memegang topeng Rangda di tangannya dengan erat, merasakan energi yang mengalir dari benda itu ke tubuhnya. Ia menyadari ujian ini bukan hanya tentang fisik, tetapi juga mental dan spiritual.
"Berpikirlah, Arya," suara Rangda menggema di udara. Sosok Raja Jin Bali itu tak terlihat, tetapi keberadaannya terasa kuat di sekeliling. "Ini bukan sekadar tentang keberanian. Kau harus membuktikan bahwa kau layak menjadi penjaga keseimbangan. Temukan jawabannya di dalam dirimu."
Makhluk Pertama: Bayangan Ketakutan
Makhluk pertama yang muncul adalah sosok tinggi dengan wajah yang terus berubah, menampilkan berbagai bentuk ketakutan Arya. Ia melihat bayangan orang tuanya yang menghilang, suara-suara dari masa kecilnya yang mencemoohnya, hingga sosoknya sendiri yang dipenuhi rasa ragu.
Bayangan itu mendekat dengan langkah perlahan namun mengintimidasi, menyelubungi Arya dengan rasa takut yang menyesakkan.
Arya menutup matanya dan mengambil napas dalam. Ia mengingat pelajaran dari perjalanan sebelumnya, rasa takut hanya bisa diatasi dengan menerima kenyataan.
"Ketakutan hanyalah bayangan dari pikiran," Arya berkata kepada dirinya sendiri. "Aku tidak bisa melarikan diri darinya, tetapi aku juga tidak harus tunduk padanya."
Ketika ia membuka matanya, makhluk itu mulai memudar, terpecah menjadi asap tipis sebelum akhirnya lenyap sepenuhnya.
Makhluk Kedua: Rantai Masa Lalu
Makhluk berikutnya memiliki tubuh berantai, dengan wajah yang kosong seperti topeng porselen. Setiap langkahnya menimbulkan suara besi beradu, menggambarkan beban masa lalu yang tak pernah dilepaskan.
Makhluk ini mencoba menyerang Arya, tetapi setiap kali ia menghindar, rantai itu melilit tubuhnya sedikit demi sedikit, memperlambat gerakannya. Arya menyadari bahwa melawan tidak akan menyelesaikan apa-apa.
"Untuk maju, aku harus melepaskan beban ini," pikir Arya.
Ia berhenti berjuang dan memejamkan mata, mengingatkan dirinya akan pengampunan—untuk dirinya sendiri dan orang lain. Rantai yang melilitnya mulai lepas satu per satu, hingga akhirnya makhluk itu terjatuh dan hancur menjadi debu.
Makhluk Ketiga: Penjaga Keseimbangan
Makhluk terakhir adalah entitas besar berbentuk naga, tubuhnya bersinar seperti batu berharga, tetapi matanya bersinar merah menyala penuh dengan amarah. Makhluk ini tidak menyerang secara langsung, tetapi lingkaran cahaya di sekelilingnya menciptakan medan energi yang memengaruhi pikiran Arya.
Suara bisikan memenuhi pikirannya, mencoba mengguncang keyakinannya:
"Apa kau yakin ini jalanmu? Apa kau bisa menjaga keseimbangan dunia tanpa menghancurkan dirimu sendiri?"
Arya merasakan kebingungan dan keraguan, tetapi ia mengingat suara Rangda yang mengatakan bahwa jawabannya ada dalam dirinya. Ia duduk bersila, menenangkan pikirannya di tengah medan energi itu.
"Raguku adalah bagian dari diriku," Arya berkata dengan tenang. "Tetapi aku tidak akan membiarkannya menguasai diriku. Jika aku memilih jalan ini, aku harus mempercayai hatiku."
Medan energi itu mulai memudar, dan naga besar itu menundukkan kepalanya, menghilang ke udara.
Pengakuan Rangda
Setelah semua makhluk lenyap, hutan kembali seperti semula. Rangda muncul di hadapan Arya, sosoknya megah dan penuh kewibawaan.
"Kau telah membuktikan dirimu," kata Rangda dengan suara yang berat namun penuh penghargaan. "Ujian ini bukan tentang kekuatanmu untuk melawan, tetapi kemampuanmu untuk memahami dirimu sendiri. Seorang penjaga keseimbangan harus bisa mengatasi kegelapan tanpa kehilangan jati dirinya."
Arya berdiri, kelelahan tetapi merasa lebih kuat dari sebelumnya. Ia merasa bahwa ujian ini telah membuka sesuatu yang baru dalam dirinya, keberanian untuk menerima tanggung jawab dan ketenangan untuk menghadapi tantangan.
"Kau telah diterima sebagai penjaga baru," Rangda melanjutkan. "Aku adalah khodammu, dan mulai saat ini, aku akan mendampingimu. Namun ingat, perjalananmu baru saja dimulai. Dunia tidak hanya tentang kegelapan atau cahaya, tetapi bagaimana keduanya hidup berdampingan."
Arya mengangguk. Ia tahu jalan di depannya penuh dengan tantangan, tetapi ia siap. Dengan kehadiran Rangda sebagai khodamnya, ia merasa memiliki kekuatan untuk menghadapi apa pun yang akan datang.
(Bersambung...)